MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perkembangan teknologi sangat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal itu dirasakan dengan kehadiran Grab di Indonesia, khususnya di Kota Medan. Tidak tanggung-tanggung, Grab memberikan kontribusi sebesar Rp2,66 Triliun pada tahun 2018 di kota terbesar ketiga di tanah air ini.
ANGKA itu diperoleh dari riset yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics Riset pada periode November-Desember 2018. Ojek online Grab dijadikan sebagai objek riset.
Peneliti Ekonomi Tenggara Strategics, Stella Kusumawardhani merinci Rp2,66 triliun pendapatan yang disumbang Grab. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh mitra GrabBike sebesar Rp1,06 triliun.
“Kemudian diikuti GrabFood sebesar Rp1,03 triliun, GrabCar senilai Rp 541 miliar, GrabKios individual dan toko sebesar Rp 34 miliar,” sebut Stella Stella pada diskusi publik dengan mengusung tema “Laporan Dampak Sosial 2018-2019” di Adi Mulia Hotel, Selasa (29/10).
Sedangkan, pendapatan mitra pengemudi GrabBike meningkat sebesar 72 persen dan mitra GrabCar sebesar 86 persen. Selain itu, penjualan mingguan mitra merchant GrabFood meningkat sebesar 19 persen.
Melihat data tersebut, kesimpulannya, beroperasinya Grab di Kota Medan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Selain meningkatkan pendapatan para mitra, Grab juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja. 31persen mitra pengemudi GrabBike dan agen individual GrabKios, serta 29 persen mitra pengemudi GrabCar tidak memiliki sumber penghasilan tetap sebelum bermitra dengan Grab,” beber Stella.
Selain di Kota Medan, riset juga dilakukan pada beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Masing-masing, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar.
Hasilnya, dapat dilihat kehadiran Grab telah memberi kontribusi kepada perekonomian nasional sebesar Rp48,9 triliun.
“Kontribusi ekonomi nasional itu didapat salah satunya melalui penciptaan lapangan tenaga kerja. Dari data terlihat bahwa 32 persen mitra GrabBike dan 24 persen mitra GrabCar sebelumnya tidak memiliki pendapatan tetap,” tutur Stella.
Dengan menawarkan peluang pendapatan kepada sekitar 300.000 pengemudi dan 40.000 agen Kudo individual yang sebelumnya menganggur, diperkirakan input ekonomi Grab mencapai Rp16,4 triliun pada 2018.
Sementara itu, Public Affairs Communications & Social Impact Manager Grab Indonesia, Shally Pristine mengatakan, Indonesia siap menjadi salah satu ekonomi terbesar di Asia.
Namun kenyataannya, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk ikut tumbuh bersama Indonesia yang tengah tumbuh.
“Jika sektor swasta secara aktif menciptakan program-program untuk komunitas lokal, maka teknologi dapat lebih dijangkau oleh lebih banyak orang. Proses pembelajaran keterampilan-keterampilan baru juga dapat dengan segera mengubah kehidupan lebih banyak orang di Indonesia,” tutur Shally.
Shally mengatakan, kehadiran Grab di Indonesia ingin terus berkontribusi untuk membangunan Indonesia dari segi ekonomi teknologi digital ini.
“Grab ingin membangun sebuah platform yang inklusif. Karena telah menjadi komitmen kami untuk menciptakan dampak positif serta berkelanjutan di setiap negara tempat kami beroperasi. Grab for Good,” tegas Shally.
Kepala Dinas (Kadis) Perhubungan Sumut, Abdul Haris Lubis mengatakan, teknologi digital sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebab, teknologi digital untuk pekerjaan, industri dan pelayanan transportasi telah menjadi kebutuhan.
“Penerapan regulasi terhadap online. Kami dari Pemerintah meminta pelaku usaha untuk terbuka dan transparan menjalani usahanya,” jelas Haris saaat memberikan kata sambutan dalam diskusi tersebut.
Wakil Ketua DPRD Sumut, Yasir Ridho Lubis meminta Grab berkomitmen memberikan pelayanan transportasi yang aman dan nyaman.
“Dengan kehadiran teknologi dilakukan Grab sangat memberikan kontribusi pada pertumbuhan kita,” singkatnya.(gus/ala)