25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

18 Tersangka Digiring ke Polda

KE 17 Muslim Rohingya yang ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan 8 nelayan Myanmar di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Sabtu (13/4) dini hari kemarin, dipindahkan dari Mapolres Pelabuhan Belawan ke markas Polda Sumatera Utara di Jalan Sisingamangaraja Km 10,5 Medan. Pemindahan secara mendadak itu dilakukan pasca bentrok ormas islam dengan polisi yang mencederai 10 orang, Jumat (12/4). Ormas tersebut menuntut pihak berwajib membebaskan para tersangka dari etnis Rohingya.

Belasan tersangka berinisial, NM (37), RH (29), ZH (23), MJ (35), MT (25), MY (15), SA (25), MM (16), SA (33), N (16), AB (22), U (18), I (16), AH (22), MSA (23), AH (25), dan MZ (35) direlokasi dari sel tahanan Polres Pelabuhan Belawan pada malam hari, hal ini diduga dilakukan guna mengantisipasi terulangnya kembali bentrok fisik antara polisi dengan ormas islam, yang minta para tersangka dibebaskan.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Yudi Friyanto membenarkan pemindahan ke 17 tersangka muslim rohingya. Yudi mengungkapkan, para tersangka digiring ke Mapolda Sumut dengan alasan keamanan dan demi kelancaran proses penyidikan terhadap kasus dimaksud.

“Demi keamanan dan kelancaran proses pemeriksaan.

Nantinya penyidikan perkara tetap Polres berkoordinasi dengan Polda,” kata Yudi.

Terkait rencana pemberian kuasa hukum dari Tim Pembela Muslim dan Pusat Advokasi Hukum dan HAM (Paham), Yudi menyebutkan, pihaknya tetap akan membantu memfasilitasi hal tersebut. “Sesuai kesepakatan sebelumnya, kita tetap bersedia memfasilitasinya apa yang menjadi tuntutan mereka,” ujarnya.

Selain pemindahan penahanan, pengamanan di Polres Pelabuhan Belawan tampak diperketat. Begitu juga di Rudenim Belawan, pasca peristiwa bentrok berdarah tersebut terjadi hingga kemarin masih dikawal ketat beberapa personel provos kepolisian.

Seperti diberitakan, 2 anggota polisi dan 8 pengunjuk rasa cedera setelah ratusan massa dari berbagai elemen ormas islam terlibat baku hantam dengan polisi di Mapolres Pelabuhan Belawan.

Dalam aksinya, pengunjuk rasa menuntut Plh Kepala Rudenim Belawan dan bawahannya ditangkap. Mereka menilai pihak imigrasi lemah dan sengaja tidak berkoordinasi dengan polisi guna memberikan sanksi hukum pada pelaku pemerkosaan wanita muslim rohingya, hingga memicu terjadinya bentrok berdarah dan menewaskan 8 warga negara Myanmar.

Pengunjuk rasa yang memaksa masuk ke Mapolres Pelabuhan Belawan, minta belasan tersangka Muslim Rohingya dibebaskan terlibat saling dorong dengan aparat keamanan.

Mendapat serangan dari pengunjuk rasa, polisi balik membalas hingga akhirnya terjadi saling lempar batu antara kedua belah pihak. Kericuhan itu mereda setelah perwakilan ormas melakukan pertemuan dengan pihak berkompeten di Mapolres Pelabuhan Belawan.

Sementara itu, anggota DPD RI Parlindungan Purba mengatakan, over kapasitas di lokasi penampungan yang diperuntukan bagi imigran dan tahanan warga negara asing diduga menjadi pemicu timbulnya gesejan antar para penghuni.

Dia juga menyambut baik upaya Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM, mengambil inisiatif menjadi tuan rumah dalam seminar pembahasan soal penanganan para imigran.

“Inisiatif yang diambil pak Wali Kota Medan cukup baik, beliau bersedia menjadi tuan rumah seminar penanganan para imigran. Dalam seminar yang akan dilakukan pada awal bulan Mei mendatang itu nantinya juga dibahas soal lokasi permukiman bagi para imigran, yang lari dari negaranya untuk mendapatkan suaka politik,” kata Parlindungan Purba, saat meninjau kondisi Rudenim Belawan.

Selain membahas lokasi bagi para imigran gelap, seminar yang nantinya akan dihadiri Menkopolhukam RI, Perwakilan Luar Negeri, IOM, UNHCR, SKPD, Camat dan Lurah tersebut juga akan membicarakan tentang bagi mana para pengungsi dalam mencari nafkah sendiri dengan bercocok tanam atau lainnya.

“Jadi bukan cuma membahas lahan sebagai lokasi penampungan imigran saja, tapi mereka juga akan diberikan kesempatan untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sebelum akhirnya mereka (imigran) diserahkan ke negara ketiga yang bersedia menerima mereka,” ungkapnya.

Berdasarkan data diperoleh sumut pos, jumlah imigran yang saat ini berada di Rudenim Belawan terdapat sekitar 185 orang, dengan rincian warga negara Myanmar 53 orang, Srilangka 79 orang, Afghanistan 19 orang, Iran 11 orang, Banglades 5 orang, Somalia 4 orang, Pakistan 4 orang dan Iraq 2 orang.

Sementara sebelumnya terjadi bentrokan berdarah antar WN Myanmar yang merenggut delapan korban jiwa, total imigran di rumah detensi tersebut mencapai 280 orang, atau melebihi kapasitas tampung 120 orang.(rul)

KE 17 Muslim Rohingya yang ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan 8 nelayan Myanmar di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Sabtu (13/4) dini hari kemarin, dipindahkan dari Mapolres Pelabuhan Belawan ke markas Polda Sumatera Utara di Jalan Sisingamangaraja Km 10,5 Medan. Pemindahan secara mendadak itu dilakukan pasca bentrok ormas islam dengan polisi yang mencederai 10 orang, Jumat (12/4). Ormas tersebut menuntut pihak berwajib membebaskan para tersangka dari etnis Rohingya.

Belasan tersangka berinisial, NM (37), RH (29), ZH (23), MJ (35), MT (25), MY (15), SA (25), MM (16), SA (33), N (16), AB (22), U (18), I (16), AH (22), MSA (23), AH (25), dan MZ (35) direlokasi dari sel tahanan Polres Pelabuhan Belawan pada malam hari, hal ini diduga dilakukan guna mengantisipasi terulangnya kembali bentrok fisik antara polisi dengan ormas islam, yang minta para tersangka dibebaskan.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Yudi Friyanto membenarkan pemindahan ke 17 tersangka muslim rohingya. Yudi mengungkapkan, para tersangka digiring ke Mapolda Sumut dengan alasan keamanan dan demi kelancaran proses penyidikan terhadap kasus dimaksud.

“Demi keamanan dan kelancaran proses pemeriksaan.

Nantinya penyidikan perkara tetap Polres berkoordinasi dengan Polda,” kata Yudi.

Terkait rencana pemberian kuasa hukum dari Tim Pembela Muslim dan Pusat Advokasi Hukum dan HAM (Paham), Yudi menyebutkan, pihaknya tetap akan membantu memfasilitasi hal tersebut. “Sesuai kesepakatan sebelumnya, kita tetap bersedia memfasilitasinya apa yang menjadi tuntutan mereka,” ujarnya.

Selain pemindahan penahanan, pengamanan di Polres Pelabuhan Belawan tampak diperketat. Begitu juga di Rudenim Belawan, pasca peristiwa bentrok berdarah tersebut terjadi hingga kemarin masih dikawal ketat beberapa personel provos kepolisian.

Seperti diberitakan, 2 anggota polisi dan 8 pengunjuk rasa cedera setelah ratusan massa dari berbagai elemen ormas islam terlibat baku hantam dengan polisi di Mapolres Pelabuhan Belawan.

Dalam aksinya, pengunjuk rasa menuntut Plh Kepala Rudenim Belawan dan bawahannya ditangkap. Mereka menilai pihak imigrasi lemah dan sengaja tidak berkoordinasi dengan polisi guna memberikan sanksi hukum pada pelaku pemerkosaan wanita muslim rohingya, hingga memicu terjadinya bentrok berdarah dan menewaskan 8 warga negara Myanmar.

Pengunjuk rasa yang memaksa masuk ke Mapolres Pelabuhan Belawan, minta belasan tersangka Muslim Rohingya dibebaskan terlibat saling dorong dengan aparat keamanan.

Mendapat serangan dari pengunjuk rasa, polisi balik membalas hingga akhirnya terjadi saling lempar batu antara kedua belah pihak. Kericuhan itu mereda setelah perwakilan ormas melakukan pertemuan dengan pihak berkompeten di Mapolres Pelabuhan Belawan.

Sementara itu, anggota DPD RI Parlindungan Purba mengatakan, over kapasitas di lokasi penampungan yang diperuntukan bagi imigran dan tahanan warga negara asing diduga menjadi pemicu timbulnya gesejan antar para penghuni.

Dia juga menyambut baik upaya Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM, mengambil inisiatif menjadi tuan rumah dalam seminar pembahasan soal penanganan para imigran.

“Inisiatif yang diambil pak Wali Kota Medan cukup baik, beliau bersedia menjadi tuan rumah seminar penanganan para imigran. Dalam seminar yang akan dilakukan pada awal bulan Mei mendatang itu nantinya juga dibahas soal lokasi permukiman bagi para imigran, yang lari dari negaranya untuk mendapatkan suaka politik,” kata Parlindungan Purba, saat meninjau kondisi Rudenim Belawan.

Selain membahas lokasi bagi para imigran gelap, seminar yang nantinya akan dihadiri Menkopolhukam RI, Perwakilan Luar Negeri, IOM, UNHCR, SKPD, Camat dan Lurah tersebut juga akan membicarakan tentang bagi mana para pengungsi dalam mencari nafkah sendiri dengan bercocok tanam atau lainnya.

“Jadi bukan cuma membahas lahan sebagai lokasi penampungan imigran saja, tapi mereka juga akan diberikan kesempatan untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sebelum akhirnya mereka (imigran) diserahkan ke negara ketiga yang bersedia menerima mereka,” ungkapnya.

Berdasarkan data diperoleh sumut pos, jumlah imigran yang saat ini berada di Rudenim Belawan terdapat sekitar 185 orang, dengan rincian warga negara Myanmar 53 orang, Srilangka 79 orang, Afghanistan 19 orang, Iran 11 orang, Banglades 5 orang, Somalia 4 orang, Pakistan 4 orang dan Iraq 2 orang.

Sementara sebelumnya terjadi bentrokan berdarah antar WN Myanmar yang merenggut delapan korban jiwa, total imigran di rumah detensi tersebut mencapai 280 orang, atau melebihi kapasitas tampung 120 orang.(rul)

Artikel Terkait

Rekening Gendut Akil dari Sumut?

Pedagang Emas Kian Ketar-ketir

Selalu Menghargai Sesama

Dahlan Iskan & Langkanya Daging Sapi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/