Menurut alumnus Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini, ada tantangan tersendiri saat membaca buku-buku fiksi tersebut. Seperti diperlukan analisa untuk memahami sebuah cerita dalam buku.
“Tertariknya di situ. Buku-buku fiksi tentang cerita kriminal dan detektif memerlukan sedikit tantangan dalam menganalisa sebuah cerita. Selain senang membacanya, kakak juga gemar mengoleksinya. Lebih dari 20-an buku cerita tentang itu yang kakak punya,” tuturnya.
Beranjak dewasa atau setelah menyandang status mahasiswi, Syafrida pun mulai ‘mengunyah’ buku-buku berbau politik dan keagamaan. Dimana dimulai dari judul buku yang ringan karya Ibnu Taimiyah, yakni Politik Islam. “Ya, buku tersebut salah satu judul yang pernah kakak baca. Dan memang untuk buku-buku tentang agama sudah banyak saya baca,” katanya.
Mantan anggota KPU Kabupaten Asahan periode 2008-2013 dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) pada Pilgubsu 2013 ini juga tidak memungkiri, kesenangan membaca buku detektif sejak kanak-kanak dan buku politik telah membawanya sampai ke level yang sekarang. Dimana saat ini sudah dua periode dirinya bertugas di lembaga pengawas pemilu. “Kayaknya seperti itu,” katanya tanpa menyangka efek membaca sejak usia dini mampu memberi efek positif untuk masa depannya. (prn/ram)