25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sempat Ditentang Abang dan Ibu

Muhammad Ferry Budiman Sumbayak, Pimpinan EO Anak Medan

Pemilik nama lengkap Muhammad Ferry Budiman Sumbayak ini mengaku bukan mudah untuk menukuni sebuah usaha. Banyak kendala yang dihadapinya, mulai dari perhitungan biaya (budget), presentasi, hingga kendala yang dihadapi dari keluarga. Terutama dari sang abang dan ibu yang khawatir dengan pilihan bisnisnya. Tetapi, dengan tekad kuat, akhirnya pria kelahiran Medan 1 Februari 1979 ini berjanji pada sang ibu, bahwa dia akan bisa sukses dalam bisnis yang belakang diberinama EO Anak Medan.

Muhammad Ferry Budiman Sumbayak, Pimpinan EO Anak Medan
Muhammad Ferry Budiman Sumbayak, Pimpinan EO Anak Medan

Bagaimana perjalanan bisnis suami Rika Zuliana Nasution ini, berikut petikan wawancara dengan wartawan Sumut Pos, Juli Ramadhani Rambe.

Kendala seperti apa yang Anda hadapi saat mendirikan EO?

Banyak sebetulnya, tapi yang paling saya ingat adalah keluarga saya. Terutama, ibu dan abang. Karena, pada masa-masa itu saya bekerja sama abang sebagai programmer di nusa.net, sebuah provider internet di Medan. Nah, saat saya mengundurkan diri, ibu saya merajuk. Saat itu, saya hanya bisa berkata “ibu slow saja. Insya Allah, semua baik-baik saja,”. Tetapi beliau tidak menanggapinya. Ya, kemudian saya biasa saja, dan menganggap ibu saya sudah setuju.

Terjun ke dunia EO, apa tidak sayang dengan ilmu yang telah Anda peroleh di bangku kuliah?

Sebenarnya ada ya. MIPA kan ilmu pasti, dan EO walaupun terkesan santai, tetapi dia ilmu pasti. Karena saya harus menyusun budget dengan sebenar-benarnya. Walaupun sebenarnya, budget itu sempat menjadi kendala saya. Apalagi harus presentasi, aduh rasanya sangat merepotkan.

Bagaimana suka dukanya bekerja di bidang EO?

Ada suka dan ada duka. Berimbanglah, hanya tinggal bagaimana kita memanagenya. Seperti posisi saat ini misalnya, EO semakin banyak di Medan, pada tahun 2003, EO hanya sekitar 30-an. Sedangkan untuk tahun ini, sudah ada sebanyak 75-an. Mulai dari EO Wedding dan lainnya. Tetapi,  kebutuhan masyarakat akan hiburan pun terus bertambah. Jadi, saingan banyak, tetapi selalu ada event. Saat ini, analogi berpikir masyarakat, sebuah event, terutama dalam bidang musik itu, sudah menjadi ajang hiburan. Hiburan atau liburan saat ini tidak harus lagi ke alam, tetapi dengan mendengarkan musik.

Bicara tentang budget, apakah Anda pernah merugi atau salah hitung?

Ada, bahkan kerugiannya mencapai ratusan juta. Tepatnya tahun 2007, pada event Medan Art Festival serta Medan Motor Show yang merupakan obsesi dari hobi saya. Karena rugi, jadi pindah kantor, balik ke rumah di Jalan PON III pada Juli 2008 demi efisiensi. Alhamdulillah setahun kemudian datang job besar meng-handle konser 7 Kota Peterpan Medan sampai Pekanbaru. Syukur waktu itu dimulai dari Medan dulu, kalau dari Pekanbaru baru terakhir Medan alamat batal karena gak bakal dapat izin karena baru saja terjadi musibah kerusuhan di DPRD Medan, meninggalnya almarhum Azis Angkat. Tetapi, masalah belum selesai, karena adanya tragedi tersebut, ada peraturan tentang perizinan. Karena masalah perizinan ini, Ungu yang sudah dibayar tidak jadi tampil. Jadi makan gaji buta lah.

Saat ini, bagaimana dengan perizinan, masih sulitkah?

Tidak, tidak terlalu lah. Karena itu tadi, cara berpikir masyarakat kita yang ingin cepat. Jadi, acara-acara keramaian tidak terlalu sulit untuk saat ini, apalagi acara musik yang menampilkan artis ibukota. Yang penting, kalau kita sudah mengetahui bagaimana kerja Dinas Pariwisata, Polsek, dan muspida dari keluarahan akan mudah kok. (*)

Hobi Musik

Ayah satu anak ini hobi dengan musik. Maka tak jarang Event Organizer nya selalu ditunjuk sebagai penggelar konser-konser musik yang ada di Kota Medan.

Tepatnya 1 Juli 2003 lalu, Muhammad Ferry Budiman Sumbayak yang akrab disapa Ferry Anak Medan ini mulai mendirikan Event Organizer Anak Medan. Jalan panjang dan berlikupun dilalui pria yang memiliki ciri khas dengan jenggot panjang ini. “Titik awal sebenarnya pada saat dipercaya menangani klinik gitar Paul Gilberat gitaris Mr Big di Medan tahun 2001,” ungkap Ferry.

Event itu diadakan di Deli Room HDTI. Namun masih memakai bendera “anak medan.com”. Ini nama situs komunitas yang didirikannya, gawean online komunitas anak muda  Medan.  Meski bersifat klinik, dalam event itu Paul Gilbert  tampil maksimal membawakan 10 lagu dan nge-jam dengan gitaris Medan yang lulus seleksi. Dianggap sukses, mitra kerja dari Jakarta yang menangani event ini lantas merekomendasikan “anakmedan” kepada kliennya yang akan mengadakan kegiatan sales-promo di pasar-pasar swalayan.

Ferry pun diminta menyediakan SPG 8 orang.  Ia pun menyanggupi. Ternyata di sinilah keberuntungan itu datang lagi.

Tak sengaja Ferry bersua dengan orang lokal dari produsen  yang lagi promo tersebut. Ferry ditantang apakah bisa main di pasar-pasar. Atau tepatnya di 50 pasar. Setelah berhasil dan sukses, berbagai event besarpun mulai mendatanginya.  Sebutlah event-event otomotif yang diadakan Suzuki. Begitu pula event music yang diadakan X-Mild.

Jadilah tahun 2003 Ferry mengawali keseriusan ber-EO. Ia mengontrak di Jalan DI Panjaitan sebagai kantor. PT Media Kreasi Nusantara pun dibentuk di mana ia sebagai presiden komisaris. Bendera anakmedan production pun dikibarkan.
Sejak itu, perusahaan jasa organisasi event ini menggelinding perlahan tapi pasti mengikuti aura motto yang dianutnya: Big Dream, Small Step. Enam sampi tujuh event ditangani.
Tahun 2006 akhir AnakMedan Production menangani road show 4 kota di Sumut grup musik /rif. Inilah kerja awal pihaknya memangani dari A sampai Z  event musik akbar.

Penciumannya dalam bisnis ini termasuk tajam. Terbukti, dalam jangka waktu relatif singkat, Ferry sudah mengukuhkan nama Anak Medan sekelas dengan EO lainnya. Diakui ayah dari Ali Muhammad Rifki Sumbayak ini bisnis jasa ini sangat menarik. Selain melibatkan personil yang banyak, strategi, dan kreativitas pun harus ditingkatkan sedemikian rupa agar mampu berhasil di masyarakat. “Dalam dunia EO, kita harus dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas. Karena tidak dipungkiri, bahwa kita adalah perusahaan jasa,” lanjutnya.

Selain mengurusi EO AnakMedan, saat ini Ferry juga telah mengembangkan sayap usahanya untuk membuka usaha dalam pengurusan tiket. Medan Tix Master ini merupakan tiket service, sehingga bila dalam sebuah event, EO atau promotor tidak disibukkan lagi dengan namanya penjualanan tiket.

“Tidak dipungkiri, saat ini dalam setiap pertunjukkan orang pasti berharap kenyamanan. Nah, salah satunya dengan melakukan reservasi. Inilah yang ingin kita ambil alih tugasnya,” tambahnya.(ram)

[table caption=”Bio Data” delimiter=”:”]

Nama    :     Muhammad Ferry Budiman Sumbayak
Jabatan    :     Pimpinan EO Anak Medan
Kelahiran    :     Medan 1 Februari 1979
Istri    :     Rika Zuliana Nasution
Anak    : 1 Orang

[/table]

Muhammad Ferry Budiman Sumbayak, Pimpinan EO Anak Medan

Pemilik nama lengkap Muhammad Ferry Budiman Sumbayak ini mengaku bukan mudah untuk menukuni sebuah usaha. Banyak kendala yang dihadapinya, mulai dari perhitungan biaya (budget), presentasi, hingga kendala yang dihadapi dari keluarga. Terutama dari sang abang dan ibu yang khawatir dengan pilihan bisnisnya. Tetapi, dengan tekad kuat, akhirnya pria kelahiran Medan 1 Februari 1979 ini berjanji pada sang ibu, bahwa dia akan bisa sukses dalam bisnis yang belakang diberinama EO Anak Medan.

Muhammad Ferry Budiman Sumbayak, Pimpinan EO Anak Medan
Muhammad Ferry Budiman Sumbayak, Pimpinan EO Anak Medan

Bagaimana perjalanan bisnis suami Rika Zuliana Nasution ini, berikut petikan wawancara dengan wartawan Sumut Pos, Juli Ramadhani Rambe.

Kendala seperti apa yang Anda hadapi saat mendirikan EO?

Banyak sebetulnya, tapi yang paling saya ingat adalah keluarga saya. Terutama, ibu dan abang. Karena, pada masa-masa itu saya bekerja sama abang sebagai programmer di nusa.net, sebuah provider internet di Medan. Nah, saat saya mengundurkan diri, ibu saya merajuk. Saat itu, saya hanya bisa berkata “ibu slow saja. Insya Allah, semua baik-baik saja,”. Tetapi beliau tidak menanggapinya. Ya, kemudian saya biasa saja, dan menganggap ibu saya sudah setuju.

Terjun ke dunia EO, apa tidak sayang dengan ilmu yang telah Anda peroleh di bangku kuliah?

Sebenarnya ada ya. MIPA kan ilmu pasti, dan EO walaupun terkesan santai, tetapi dia ilmu pasti. Karena saya harus menyusun budget dengan sebenar-benarnya. Walaupun sebenarnya, budget itu sempat menjadi kendala saya. Apalagi harus presentasi, aduh rasanya sangat merepotkan.

Bagaimana suka dukanya bekerja di bidang EO?

Ada suka dan ada duka. Berimbanglah, hanya tinggal bagaimana kita memanagenya. Seperti posisi saat ini misalnya, EO semakin banyak di Medan, pada tahun 2003, EO hanya sekitar 30-an. Sedangkan untuk tahun ini, sudah ada sebanyak 75-an. Mulai dari EO Wedding dan lainnya. Tetapi,  kebutuhan masyarakat akan hiburan pun terus bertambah. Jadi, saingan banyak, tetapi selalu ada event. Saat ini, analogi berpikir masyarakat, sebuah event, terutama dalam bidang musik itu, sudah menjadi ajang hiburan. Hiburan atau liburan saat ini tidak harus lagi ke alam, tetapi dengan mendengarkan musik.

Bicara tentang budget, apakah Anda pernah merugi atau salah hitung?

Ada, bahkan kerugiannya mencapai ratusan juta. Tepatnya tahun 2007, pada event Medan Art Festival serta Medan Motor Show yang merupakan obsesi dari hobi saya. Karena rugi, jadi pindah kantor, balik ke rumah di Jalan PON III pada Juli 2008 demi efisiensi. Alhamdulillah setahun kemudian datang job besar meng-handle konser 7 Kota Peterpan Medan sampai Pekanbaru. Syukur waktu itu dimulai dari Medan dulu, kalau dari Pekanbaru baru terakhir Medan alamat batal karena gak bakal dapat izin karena baru saja terjadi musibah kerusuhan di DPRD Medan, meninggalnya almarhum Azis Angkat. Tetapi, masalah belum selesai, karena adanya tragedi tersebut, ada peraturan tentang perizinan. Karena masalah perizinan ini, Ungu yang sudah dibayar tidak jadi tampil. Jadi makan gaji buta lah.

Saat ini, bagaimana dengan perizinan, masih sulitkah?

Tidak, tidak terlalu lah. Karena itu tadi, cara berpikir masyarakat kita yang ingin cepat. Jadi, acara-acara keramaian tidak terlalu sulit untuk saat ini, apalagi acara musik yang menampilkan artis ibukota. Yang penting, kalau kita sudah mengetahui bagaimana kerja Dinas Pariwisata, Polsek, dan muspida dari keluarahan akan mudah kok. (*)

Hobi Musik

Ayah satu anak ini hobi dengan musik. Maka tak jarang Event Organizer nya selalu ditunjuk sebagai penggelar konser-konser musik yang ada di Kota Medan.

Tepatnya 1 Juli 2003 lalu, Muhammad Ferry Budiman Sumbayak yang akrab disapa Ferry Anak Medan ini mulai mendirikan Event Organizer Anak Medan. Jalan panjang dan berlikupun dilalui pria yang memiliki ciri khas dengan jenggot panjang ini. “Titik awal sebenarnya pada saat dipercaya menangani klinik gitar Paul Gilberat gitaris Mr Big di Medan tahun 2001,” ungkap Ferry.

Event itu diadakan di Deli Room HDTI. Namun masih memakai bendera “anak medan.com”. Ini nama situs komunitas yang didirikannya, gawean online komunitas anak muda  Medan.  Meski bersifat klinik, dalam event itu Paul Gilbert  tampil maksimal membawakan 10 lagu dan nge-jam dengan gitaris Medan yang lulus seleksi. Dianggap sukses, mitra kerja dari Jakarta yang menangani event ini lantas merekomendasikan “anakmedan” kepada kliennya yang akan mengadakan kegiatan sales-promo di pasar-pasar swalayan.

Ferry pun diminta menyediakan SPG 8 orang.  Ia pun menyanggupi. Ternyata di sinilah keberuntungan itu datang lagi.

Tak sengaja Ferry bersua dengan orang lokal dari produsen  yang lagi promo tersebut. Ferry ditantang apakah bisa main di pasar-pasar. Atau tepatnya di 50 pasar. Setelah berhasil dan sukses, berbagai event besarpun mulai mendatanginya.  Sebutlah event-event otomotif yang diadakan Suzuki. Begitu pula event music yang diadakan X-Mild.

Jadilah tahun 2003 Ferry mengawali keseriusan ber-EO. Ia mengontrak di Jalan DI Panjaitan sebagai kantor. PT Media Kreasi Nusantara pun dibentuk di mana ia sebagai presiden komisaris. Bendera anakmedan production pun dikibarkan.
Sejak itu, perusahaan jasa organisasi event ini menggelinding perlahan tapi pasti mengikuti aura motto yang dianutnya: Big Dream, Small Step. Enam sampi tujuh event ditangani.
Tahun 2006 akhir AnakMedan Production menangani road show 4 kota di Sumut grup musik /rif. Inilah kerja awal pihaknya memangani dari A sampai Z  event musik akbar.

Penciumannya dalam bisnis ini termasuk tajam. Terbukti, dalam jangka waktu relatif singkat, Ferry sudah mengukuhkan nama Anak Medan sekelas dengan EO lainnya. Diakui ayah dari Ali Muhammad Rifki Sumbayak ini bisnis jasa ini sangat menarik. Selain melibatkan personil yang banyak, strategi, dan kreativitas pun harus ditingkatkan sedemikian rupa agar mampu berhasil di masyarakat. “Dalam dunia EO, kita harus dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas. Karena tidak dipungkiri, bahwa kita adalah perusahaan jasa,” lanjutnya.

Selain mengurusi EO AnakMedan, saat ini Ferry juga telah mengembangkan sayap usahanya untuk membuka usaha dalam pengurusan tiket. Medan Tix Master ini merupakan tiket service, sehingga bila dalam sebuah event, EO atau promotor tidak disibukkan lagi dengan namanya penjualanan tiket.

“Tidak dipungkiri, saat ini dalam setiap pertunjukkan orang pasti berharap kenyamanan. Nah, salah satunya dengan melakukan reservasi. Inilah yang ingin kita ambil alih tugasnya,” tambahnya.(ram)

[table caption=”Bio Data” delimiter=”:”]

Nama    :     Muhammad Ferry Budiman Sumbayak
Jabatan    :     Pimpinan EO Anak Medan
Kelahiran    :     Medan 1 Februari 1979
Istri    :     Rika Zuliana Nasution
Anak    : 1 Orang

[/table]

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/