Profesor Goodenough tidak hanya belajar atas kekurangan teknis lithium. Lithium adalah penemuan yang hebat. Tapi, dia juga mendengarkan keluhan publik: proses mewujudkan penemuan itu menjadi produk terlalu lama. Masyarakat baru bisa membeli baterai lithium lebih 20 tahun kemudian. Terlalu lama.
Mengapa begitu? Akankah penemuan ini juga baru bisa dibeli puluhan tahun yang akan datang? Tidak. Profesor Goodenough juga tidak sabar. Di masa lalu Profesor Goodenough hanya menjual hak patennya kepada satu perusahaan.
Terlalu bergantung pada kemampuan satu perusahaan itu untuk memulai memproduksinya. Pembeli paten juga melihat dulu apakah pasar sudah bisa menerima atau belum. Itulah penyebab utama mengapa penemuannya tidak bisa segera dinikmati masyarakat. Harganya pun menjadi mahal.
Untuk penemuannya kali ini, Profesor Goodenough berubah strategi. Memberikan hak paten kepada banyak perusahaan sekaligus.
Karena itu, beliau yakin dalam tiga tahun ke depan baterai pengganti lithium sudah bisa beredar di pasar. Diakuinya, sejak ditemukan dulu, kemajuan lithium sangat lambat. Hanya 10 persen/lima tahun. Kini, dengan penemuan barunya itu, lithium meloncat 1.000 persen sekaligus.
Semua perkembangan tersebut tentu kian menambah gairah maraknya mobil listrik. Selama ini mobil listrik memang masih mahal. Itu semata-mata karena masalah baterai. Harga baterai saja sudah 50 persen dari harga mobil.
Tapi, tidak lama lagi semua hambatan tersebut teratasi. Mau tidak mau mobil listrik benar-benar akan menguasai dunia.
Ke mana arah penelitian kita? Baterai lithium? Hydrogen fuel cell? Superkapasitor? Baterai sodium? Atau belajar santet saja? (*)