26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Ciputra di Tengah Siapa Pun Cawapresnya

Ketika Hendra ditangkap,  Ciputra sedih. Itu tahun 1965. Setelah Gestapu/PKI. Ia tidak percaya Hendra komunis.

Sembilan tahun Hendra dipenjara. Tanpa peradilan. Ciputra tetap mencari lukisan Hendra. Dengan, kata Ciputra, semampu keuangannya. Saat itu.

 

”Saya dikawini setelah Hendra keluar penjara,” ujar Bu Nuraini.

 

Lalu keduanya pindah ke Bali. Memiliki satu anak laki-laki. Istri pertama tetap di Bandung.  Dengan tiga anak.

 

Di Bali Hendra membeli rumah cicilan. Lewat BNI 46. Dengan jaminan koleksi lukisannya.

 

Suatu saat Ciputra gundah. Jakarta terasa menyesakkan batinnya. Ia ingin keluar kota. Tapi tidak tahu ingin ke mana.

Ia putuskan ke Bali.

 

Naik pesawat.

 

Di dalam pesawat itulah ia ingat: Hendra kan di Bali.

Ia langsung cari alamat Hendra. Ketemu.

 

Ia kaget.

Hendra tergeletak.

Tidak berdaya.

Tidak ingat siapa-siapa.

 

Ciputra lebih kaget. Setelah mengamati rumah itu kosong. Tidak ada satu pun lukisan. Tidak seperti rumah pelukis.

 

”Ke mana lukisan-lukisan Hendra?” tanya Ciputra pada Nuraini.

 

”Disita bank BNI,” jawab sang istri.

 

Ada 32 lukisan yang disita.

Ciputra langsung kembali ke Jakarta. Hari itu juga.

Ia tebus lukisan itu.

Ia lunasi kekurangan pembayaran rumah Hendra.

 

Semua itu diceritakan Ciputra di panggung. Dengan tutur cerita yang mengharukan. Di acara 100 tahun Hendra. Yang juga menampilkan tari kreasi baru. Tari transformasi. Dulu dari lukisan ke patung. Kini dari lukisan ke tari.

 

Biarlah Jokowi memilih Ma’ruf Amin. Untuk cawapres berikutnya.

Biarlah Prabowo pilih Sandi Uno. Untuk pasangan Pilpres tahun depan.

Saya pilih pengusaha besar Ciputra. Untuk tema disway hari ini. (dahlan iskan)

Ketika Hendra ditangkap,  Ciputra sedih. Itu tahun 1965. Setelah Gestapu/PKI. Ia tidak percaya Hendra komunis.

Sembilan tahun Hendra dipenjara. Tanpa peradilan. Ciputra tetap mencari lukisan Hendra. Dengan, kata Ciputra, semampu keuangannya. Saat itu.

 

”Saya dikawini setelah Hendra keluar penjara,” ujar Bu Nuraini.

 

Lalu keduanya pindah ke Bali. Memiliki satu anak laki-laki. Istri pertama tetap di Bandung.  Dengan tiga anak.

 

Di Bali Hendra membeli rumah cicilan. Lewat BNI 46. Dengan jaminan koleksi lukisannya.

 

Suatu saat Ciputra gundah. Jakarta terasa menyesakkan batinnya. Ia ingin keluar kota. Tapi tidak tahu ingin ke mana.

Ia putuskan ke Bali.

 

Naik pesawat.

 

Di dalam pesawat itulah ia ingat: Hendra kan di Bali.

Ia langsung cari alamat Hendra. Ketemu.

 

Ia kaget.

Hendra tergeletak.

Tidak berdaya.

Tidak ingat siapa-siapa.

 

Ciputra lebih kaget. Setelah mengamati rumah itu kosong. Tidak ada satu pun lukisan. Tidak seperti rumah pelukis.

 

”Ke mana lukisan-lukisan Hendra?” tanya Ciputra pada Nuraini.

 

”Disita bank BNI,” jawab sang istri.

 

Ada 32 lukisan yang disita.

Ciputra langsung kembali ke Jakarta. Hari itu juga.

Ia tebus lukisan itu.

Ia lunasi kekurangan pembayaran rumah Hendra.

 

Semua itu diceritakan Ciputra di panggung. Dengan tutur cerita yang mengharukan. Di acara 100 tahun Hendra. Yang juga menampilkan tari kreasi baru. Tari transformasi. Dulu dari lukisan ke patung. Kini dari lukisan ke tari.

 

Biarlah Jokowi memilih Ma’ruf Amin. Untuk cawapres berikutnya.

Biarlah Prabowo pilih Sandi Uno. Untuk pasangan Pilpres tahun depan.

Saya pilih pengusaha besar Ciputra. Untuk tema disway hari ini. (dahlan iskan)

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/