Kalau pun mau menampilkan contoh negara yang masih berusaha berdikari sekarang ini tinggal satu atau dua saja: Korea Utara dan Venezuela. Bagaimana dengan Kuba? Kuba baru saja meninggalkannya dua bulan lalu.
Benarkah pasang naik nasionalisme sedang terjadi di Indonesia? Nasionalisme sempitkah itu?
Kalau dilihat dari wacana di masyarakat, talk show di televisi, orasi di panggung-panggung demo dan pidato-pidato di lingkungan pejabat pemerintah kelihatannya memang begitu. Tapi kalau dilihat dari praktek sehari-hari kelihatannya tidak begitu. Kita tetap impor daging, impor garam dan impor apa pun. Bahkan, coba pikirkan, bisakah kita berhenti makan roti dan terutama mie? Padahal kita ini harus impor tepung terigu 100 persen! Sampai kapan pun. Karena kita tidak bisa menanam gandum.
Dan kita juga sulit berhenti mengutang.
Maka saya pun mencoba menafsirkan komentar perdana menteri Singapura itu. “Kalau nasionalisme itu bisa diarahkan yang baik, bisa menjadi kekuatan besar”. Artinya, kalau tidak diarahkan yang baik, bisa menjadi sumber bencana.
Artinya, nasionalisme itu baik. Agar jangan tenggelam pada kolonialisme. Yang penting, nasionalisme itu jangan sampai jatuh menjadi nasionalisme sempit.
Saya belum pernah menemukan istilah sebagai lawan kata “nasionalisme sempit.”
Tapi saya pernah mendengar istilah “kolonialisme modern”. Maka, bagaimana kalau kita ciptakan istilah baru bahwa lawan kata “nasionalisme sempit” itu adalah “nasionalisme modern?”
Lalu, seperti apa nasionalisme modern itu dalam prakteknya?
Tidak anti impor, tapi harus mati-matian mengusahakan agar barang yang tidak harus diimpor janganlah mudah diimpor.
Tidak anti impor, tapi nilai ekspor kita harus berkali lipat lebih besar dari nilai impor kita. Artinya, ekspor adalah jihad yang harus diutamakan.
Tidak anti hutang, tapi sekali berhutang harus digunakan untuk proyek yang benar-benar menghasilkan uang yang bisa dipakai untuk membayar hutang itu. Hutang itu akan bahaya kalau uangnya dipakai untuk hal-hal yang tidak produktif. Apalagi kalau 30 persennya menguap.
Pokoknya jangan anti apa pun, tapi juga jangan mudah menyerah. Contohnya bisa amat panjang. (*)