28 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Hongyi dan Shangwu Lebih Memikat daripada Hsien Loong dan Hsien Yang

Dahlan Iskan

Oleh: Dahlan Iskan

SUMUTPOS.CO – Apakah perpecahan di keluarga Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong terkait dengan suksesi?

Mengapa yang jadi pemicu perpecahan adalah wasiat terakhir mendiang ayah mereka yang juga bapak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew?

Apakah kisah suksesi di Singapura akhirnya juga mirip drama pergolakan keluarga kerajaan di Tiongkok zaman dulu? Dengan bumbu lebih seru karena, tidak seperti zaman kekaisaran dulu, kini pergolakan itu bisa dimeriahkan dengan media sosial?

Yang jelas, perpecahan ini bukan soal rebutan harta waris. Dalam pengertian tradisional. Yang jadi objek sengketa memang harta waris. Tapi bukan rebutan untuk mendapatkannya. Melainkan mau diapakan rumah mendiang bapak mereka di Jalan Oxley No 38 itu.

Anak sulung yang kini berkuasa di Singapura, Lee Hsien Loong, menghendaki rumah bersejarah bagi Singapura itu harus diabadikan. Dua adiknya, Lee Wei Ling dan Lee Hsien Yang, berkeras rumah itu harus dirobohkan.

Tentu ada alasan mendasar di baliknya. Saya mencermati adanya alasan yang mendasar itu. Yakni, dari pernyataan tersamar dua adik ini: Singapura harus menjadi lebih besar dari sekadar keluarga Lee Kuan Yew.

Kalimat itu dalam sekali artinya. Dan tujuannya. Dan dampaknya. Tidak berhubungan dengan uang. Sama sekali. Tidak ada hubungannya dengan bagi-bagi warisan.

Ada satu kalimat lagi yang bisa dianalisis sampai jauh. Diucapkan oleh anak sulung Hsieng Yang yang masih muda: Lee (Li) Shangwu. Yang posisinya adalah cucu laki-laki Lee Kuan Yew.

Sejak lama dia mengatakan ini: Jangan ada lagi keturunan Lee Kuan Yew yang sekolah dengan bantuan beasiswa pemerintah.

Kalimat ini seperti otokritik. Juga bisa diartikan prorakyat. Tapi bisa juga diartikan menyudutkan sepupunya sendiri: anak Hsien Loong dari Hoching. (Istri pertama Hsien Loong meninggal akibat sakit jantung pada 1982 dengan dua anak.

Dahlan Iskan

Oleh: Dahlan Iskan

SUMUTPOS.CO – Apakah perpecahan di keluarga Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong terkait dengan suksesi?

Mengapa yang jadi pemicu perpecahan adalah wasiat terakhir mendiang ayah mereka yang juga bapak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew?

Apakah kisah suksesi di Singapura akhirnya juga mirip drama pergolakan keluarga kerajaan di Tiongkok zaman dulu? Dengan bumbu lebih seru karena, tidak seperti zaman kekaisaran dulu, kini pergolakan itu bisa dimeriahkan dengan media sosial?

Yang jelas, perpecahan ini bukan soal rebutan harta waris. Dalam pengertian tradisional. Yang jadi objek sengketa memang harta waris. Tapi bukan rebutan untuk mendapatkannya. Melainkan mau diapakan rumah mendiang bapak mereka di Jalan Oxley No 38 itu.

Anak sulung yang kini berkuasa di Singapura, Lee Hsien Loong, menghendaki rumah bersejarah bagi Singapura itu harus diabadikan. Dua adiknya, Lee Wei Ling dan Lee Hsien Yang, berkeras rumah itu harus dirobohkan.

Tentu ada alasan mendasar di baliknya. Saya mencermati adanya alasan yang mendasar itu. Yakni, dari pernyataan tersamar dua adik ini: Singapura harus menjadi lebih besar dari sekadar keluarga Lee Kuan Yew.

Kalimat itu dalam sekali artinya. Dan tujuannya. Dan dampaknya. Tidak berhubungan dengan uang. Sama sekali. Tidak ada hubungannya dengan bagi-bagi warisan.

Ada satu kalimat lagi yang bisa dianalisis sampai jauh. Diucapkan oleh anak sulung Hsieng Yang yang masih muda: Lee (Li) Shangwu. Yang posisinya adalah cucu laki-laki Lee Kuan Yew.

Sejak lama dia mengatakan ini: Jangan ada lagi keturunan Lee Kuan Yew yang sekolah dengan bantuan beasiswa pemerintah.

Kalimat ini seperti otokritik. Juga bisa diartikan prorakyat. Tapi bisa juga diartikan menyudutkan sepupunya sendiri: anak Hsien Loong dari Hoching. (Istri pertama Hsien Loong meninggal akibat sakit jantung pada 1982 dengan dua anak.

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/