Saya ambil piring. Agar piring tidak kotor saya lapisi tisu jenis tebal. Saya ambil beberapa bahan dari kulkas: sayur spinach, cuilan brocoli, salari, tiga macam cheese, irisan daging atau ayam, mustard dan yang utama tortilla.
Lembaran bundar tortilla (baca: tortiya) saya hampar di atas tisu tadi. Sayur-mayur saya taburkan di atas tortilla.
Cheese-nya saya potong-potong kecil dan saya taburkan di atas sayur. Kalau tidak mau cuci pisau nyuwilnya pakai tangan.
Lalu mustardnya saya cecerkan di atasnya. Selesai.
Masukkan piring itu ke microwave. Satu menit. Keluarkan dan taruh lagi di meja dapur.
Pekerjaan terakhir: menggulung tortilla itu. Jadilah gulungan burrito. Tisunya jangan dibuang. Pakai untuk bungkus gulungan.
Tidak perlu cuci apa pun setelah itu. Simple. Itulah makan siang saya sehari-hari. Enak sekali. Kalau lama tidak ke Amerika saya kangen makan burrito made in Disway ini.
Memang saya bisa membuatnya di Jakarta atau Surabaya. Cucu-cucu saya sering minta dibuatkan burrito. Seadanya. Rasanya tidak bisa sama.
Yang sulit: saya tidak bisa menemukan tortilla yang lembarannya lebar. Di Jakarta ada dijual tortilla. Lebarnya hanya separuhnya. Sulit menggulungnya. Tidak cukup pula untuk makan siang.
Yang juga sulit: mencari cheese yang ada rasa pedasnya. Sudah saya kelilingi supermarket di Jakarta. Termasuk yang pelanggannya banyak orang asing: tidak ketemu.
Kalau sayur kale dan salari bisa di dapat di Jakarta maupun Surabaya. Namun mustard yang saya sukai itu tidak ada. Ada info?
Kelak, kalau pensiun dari Disway, rasanya saya bisa buka kursus bikin burrito.