Di Bumi, sebagian besar dari kita telah mendengar tentang apa yang disebut siklus air. Uap air terbentuk (misalnya, di atas lautan), dan naik ke atas untuk menciptakan awan. Saat mereka naik ke ketinggian beberapa kilometer, awan mendinginkan diri untuk memproduksi tetesan air kecil, yang jatuh seperti hujan. Tetesan ini berukuran beberapa milimeter.
Di Matahari, hal serupa terjadi – tapi dengan plasma, dan dengan skala yang jauh lebih besar. Melalui berbagai proses, plasma Matahari akan menyemprot di ketinggian sekitar 63.000 kilometer, mendinginkan diri dan kemudian jatuh lagi. Tapi tetesannya besar – sekitar 100.000 kilometer persegi, atau kira-kira sebesar ukuran Tasmania. Dan ketika mereka jatuh, mereka turun ke permukaan Matahari dengan kecepatan sekitar 50 kilometer per detik.
Di samping hal mengejutkan yang kita tahu tentang bintang terdekat kita, masih ada begitu banyak hal yang kita tak ketahui. Sebagai contoh, kita tak tahu mengapa atmosfer Matahari sekitar satu juta derajat celcius lebih panas ketimbang permukaannya.
Tapi pada tahun 2017 nanti, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meluncurkan pesawat luar angkasa ‘Solar Orbiter’. Pesawat ini tak hanya akan berjarak 45 juta kilometer dari Matahari, tetapi ia juga akan memberi kita tampilan pertama dari kutub utara dan selatan Matahari.
Dan setahun setelahnya, NASA akan meluncurkan pesawat ruang angkasa ‘Solar Probe Plus’ yang hanya berjarak enam juta kilometer dari permukaan Matahari
Itu seharusnya cukup dekat untuk menyoroti banyak kejutan baru yang tak terduga. (Jpnn)