26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Ilmu dan Teknologi Ibarat Pisau Bermata Dua

MADINA, SUMUTPOS.CO—Orang tua atau parenting memiliki peran krusial dalam memberikan ajaran tentang keamanan internet untuk anak. Sebab antara ilmu dan teknologi, disebut ibarat pisau bermata dua. Yakni punya dampak positif dan negatif.

WEBINAR: Webinar Literasi Digital diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Mandailing Natal pada 29 Juli 2021. (IST)

“ilmu dan teknologi ibarat pisau bermata dua, yaitu dapat digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan,” kata Prof. Agus Suradika, Anggota Persatuan Guru Republik Indonesia dan Guru Besar FIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, saat menjadi narasumber pada Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) pada 29 Juli 2021.

Berbicara di sesi Keamanan Digital, Agus memberikan materi bertema “Peran Orang Tua Dalam Memberikan Ajaran Tentang Keamanan Internet untuk Anak”.

Ia menjelaskan dampak baik dan buruk internet bagi anak adalah dapat mempermudah informasi, memudahkan komunikasi, serta memudahkan transaksi bisnis. Adapun sisi negatifnya adalah, bahaya pornografi persebaran informasi palsu, serta menampilkan kekejaman.

“Dampak lain yang harus diwaspadai oleh orang tua adalah dapat merenggangkan hubungan sosial dengan anak, anak cenderung mengisolasi diri, dan anak menjadi pribadi pemarah. Cara mencegah hal-hal tersebut dengan cara mengedukasi pentingnya privasi, menerapkan batasan bermain internet, dan menjelaskan cyber bullying,” pungkasnya.

Widya Rastika, Managing Director Lowell dan Riley Strategic Communication Consulting, pada sesi Kecakapan Digital memaparkan tema “Informasi Digital, Identitas Digital dan Jejak Digital Dalam Media Sosial”.

Dikatakannya, medsos menjadi landasan dari platform berita digital, tetap up to date dengan berita peristiwa saat ini adalah hal paling menjadi alasan mengapa orang menggunakan platform sosial, konsumen digital menggunakan medsos untuk tujuan hiburan dalam skala yang besar dari sebelum wabah pandemi Corona melanda dunia.

“Identitas digital adalah peta dinamis berdasarkan informasi yang tersedia di internet tentang seseorang atau merek jejak digital serta persepsi yang dihasilkan informasi ini di pihak ketiga. Jejak digital bersifat permanen. Maka dari itu pantaulah selalu personal branding dan tidak lupa untuk tambahkan nilai untuk membedakan,” katanya.

Irwan Safii di sesi Budaya Digital, memberikan materi bertema “Mengenal Lebih Jauh Tentang UU ITE Terkait Perlindungan Data Pribadi”. Dosen dan guru SMK negeri ini menyebutkan, di zaman serba online semuanya serba mudah dan cepat, tetapi masyarakat harus waspada dengan data-data pribadi yang diisi dalam medsos dan memiliki risiko besar terhadap hal negatif seperti pencurian data pribadi.

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, berhak atas rasa aman dan perlindungan, ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat merupakan hak asasi manusia,” katanya.

Adapun informasi atau dokumen elektronik yang melanggar peraturan perundang-undangan, kata dia seperti perjudian, pemerasan, pornografi, kekerasan, berita bohong, provokasi SARA. Cara melindungi data pribadi antara lain hindari menyimpan username dan password akun-akun penting secara otomatis, tidak sembarangan klik tautan atau lampiran iklan pop-up, tidak membagikan informasi pribadi kepada siapa pun, tidak unggah, membagikan atau mengunggah data pribadi ke media sosial, dan verifikasi dan cek dengan teliti situs web.

Agung Pratama di sesi Etika Digital menambahkan, hal yang harus dilakukan dalam berinternet antara lain konten atau komen sesuai dengan kebenaran, konten yang diunggah bisa berguna buat khalayak, informasi yang diunggah dapat dipertanggungjawabkan.

“Ikuti akun yang bermanfaat, serta lakukan detoks pada medsos. Hal yang tidak boleh dilakukan, meliputi berpura-pura menjadi orang lain, ujar dan kata kasar, merendahkan orang lain, terlalu cepat menelan informasi, dan membagikan hal pribadi secara berlebihan,” kata penerima Anugerah Guru Inspiratif dengan mengangkat tema “Bijak Sebelum Unggah di Media Sosial” tersebut.

Agung membahas bijak artinya selalu menggunakan akal budinya, sedangkan medsos adalah media daring yang digunakan untuk berpartisipasi berinteraksi, berbagi dan cipta.

“Menerima internet bukanlah zona yang terbatas melainkan zona yang begitu luas. Proteksi adalah perlindungan, proteksi pada perangkat merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan kinerja, proses, dan fungsi computer, agar dapat berjalan sesuai semestinya. Jikalau pada saat suatu proses berjalan, dan terjadi keadaan prosesor terhenti,” tutupnya.

Webinar diakhiri Amanda Julia, selaku millenial BUMN dan influencer berfollowers 23,3 ribu, yang menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat oleh para narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

MADINA, SUMUTPOS.CO—Orang tua atau parenting memiliki peran krusial dalam memberikan ajaran tentang keamanan internet untuk anak. Sebab antara ilmu dan teknologi, disebut ibarat pisau bermata dua. Yakni punya dampak positif dan negatif.

WEBINAR: Webinar Literasi Digital diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Mandailing Natal pada 29 Juli 2021. (IST)

“ilmu dan teknologi ibarat pisau bermata dua, yaitu dapat digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan,” kata Prof. Agus Suradika, Anggota Persatuan Guru Republik Indonesia dan Guru Besar FIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, saat menjadi narasumber pada Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) pada 29 Juli 2021.

Berbicara di sesi Keamanan Digital, Agus memberikan materi bertema “Peran Orang Tua Dalam Memberikan Ajaran Tentang Keamanan Internet untuk Anak”.

Ia menjelaskan dampak baik dan buruk internet bagi anak adalah dapat mempermudah informasi, memudahkan komunikasi, serta memudahkan transaksi bisnis. Adapun sisi negatifnya adalah, bahaya pornografi persebaran informasi palsu, serta menampilkan kekejaman.

“Dampak lain yang harus diwaspadai oleh orang tua adalah dapat merenggangkan hubungan sosial dengan anak, anak cenderung mengisolasi diri, dan anak menjadi pribadi pemarah. Cara mencegah hal-hal tersebut dengan cara mengedukasi pentingnya privasi, menerapkan batasan bermain internet, dan menjelaskan cyber bullying,” pungkasnya.

Widya Rastika, Managing Director Lowell dan Riley Strategic Communication Consulting, pada sesi Kecakapan Digital memaparkan tema “Informasi Digital, Identitas Digital dan Jejak Digital Dalam Media Sosial”.

Dikatakannya, medsos menjadi landasan dari platform berita digital, tetap up to date dengan berita peristiwa saat ini adalah hal paling menjadi alasan mengapa orang menggunakan platform sosial, konsumen digital menggunakan medsos untuk tujuan hiburan dalam skala yang besar dari sebelum wabah pandemi Corona melanda dunia.

“Identitas digital adalah peta dinamis berdasarkan informasi yang tersedia di internet tentang seseorang atau merek jejak digital serta persepsi yang dihasilkan informasi ini di pihak ketiga. Jejak digital bersifat permanen. Maka dari itu pantaulah selalu personal branding dan tidak lupa untuk tambahkan nilai untuk membedakan,” katanya.

Irwan Safii di sesi Budaya Digital, memberikan materi bertema “Mengenal Lebih Jauh Tentang UU ITE Terkait Perlindungan Data Pribadi”. Dosen dan guru SMK negeri ini menyebutkan, di zaman serba online semuanya serba mudah dan cepat, tetapi masyarakat harus waspada dengan data-data pribadi yang diisi dalam medsos dan memiliki risiko besar terhadap hal negatif seperti pencurian data pribadi.

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, berhak atas rasa aman dan perlindungan, ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat merupakan hak asasi manusia,” katanya.

Adapun informasi atau dokumen elektronik yang melanggar peraturan perundang-undangan, kata dia seperti perjudian, pemerasan, pornografi, kekerasan, berita bohong, provokasi SARA. Cara melindungi data pribadi antara lain hindari menyimpan username dan password akun-akun penting secara otomatis, tidak sembarangan klik tautan atau lampiran iklan pop-up, tidak membagikan informasi pribadi kepada siapa pun, tidak unggah, membagikan atau mengunggah data pribadi ke media sosial, dan verifikasi dan cek dengan teliti situs web.

Agung Pratama di sesi Etika Digital menambahkan, hal yang harus dilakukan dalam berinternet antara lain konten atau komen sesuai dengan kebenaran, konten yang diunggah bisa berguna buat khalayak, informasi yang diunggah dapat dipertanggungjawabkan.

“Ikuti akun yang bermanfaat, serta lakukan detoks pada medsos. Hal yang tidak boleh dilakukan, meliputi berpura-pura menjadi orang lain, ujar dan kata kasar, merendahkan orang lain, terlalu cepat menelan informasi, dan membagikan hal pribadi secara berlebihan,” kata penerima Anugerah Guru Inspiratif dengan mengangkat tema “Bijak Sebelum Unggah di Media Sosial” tersebut.

Agung membahas bijak artinya selalu menggunakan akal budinya, sedangkan medsos adalah media daring yang digunakan untuk berpartisipasi berinteraksi, berbagi dan cipta.

“Menerima internet bukanlah zona yang terbatas melainkan zona yang begitu luas. Proteksi adalah perlindungan, proteksi pada perangkat merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan kinerja, proses, dan fungsi computer, agar dapat berjalan sesuai semestinya. Jikalau pada saat suatu proses berjalan, dan terjadi keadaan prosesor terhenti,” tutupnya.

Webinar diakhiri Amanda Julia, selaku millenial BUMN dan influencer berfollowers 23,3 ribu, yang menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat oleh para narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/