25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mampu Deteksi Tumor & Pindai Otak

dr warsito sang ilmuwan pencipta teknologi ECVT.
dr Warsito sang ilmuwan pencipta teknologi ECVT.

KOREA, SUMUTPOS.CO – Peserta konferensi 5th International Workshop on Process Tomography (IWPT5) hampir tak percaya jika teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) buatan Indonesia mampu mendeteksi tumor dalam tubuh dan menangkap aktifitas otak manusia.

Dalam konferensi yang dihadiri lebih dari 70 peserta ahli pengembang teknologi tomografi di bidang industri dari 13 negara di seluruh dunia ini, Dr. Warsito P Taruno memperkenalkan perkembangan terakhir teknologi tomografi volumetrik ECVT.

ECVT mempunyai konsep yang berbeda dengan tomografi konvensional seperti CT-Scan dan MRI. Tomografi konvensional menggunakan prinsip pemindaian tertutup (obyek harus diletakkan di ruang tertutup dikelilingi oleh sensor-sensor pemindai). ECVT menggunakan konsep pemindaian terbuka, yang berarti obyek tidak harus diletakkan di ruang tertutup, bisa diletakkan di mana saja tidak harus seluruhnya dikelilingi sensor.

Dengan konsep ECVT ini, pemindaian obyek di dinding luar pesawat ulang-alik dari dalam pesawat seperti yang dilakukan di NASA. Dengan konsep open scanning ini memungkinkan ECVT untuk memindai kanker payudara dan otak serta aktifitas otak manusia dengan sensor berbentuk cup atau helm.

Selain kemajuan di bidang kedokteran yang dicapai oleh C-Tech Lab Edwar Technology terutama dalam teknologi pemindai otak dan kanker payudara, dalam konferensi ini DR. Warsito juga memperkenalkan pengembangan ECVT terbaru di bidang proses kimia yaitu teknologi piranti lunak untuk komputasi aliran fluida di dalam reaktor kimia yang diolah dari citra 4D yang dihasilkan oleh ECVT.

Dengan teknologi ini bisa didapatkan citra distribusi 4D kecepatan partikel dan gas di dalam reaktor secara riil yang selama ini hanya mampu dilakukan dengan simulasi super computer. Teknologi terbaru ini juga dipakai oleh Morgantown National Energy Technology Laboratory milik Departemen Energi Amerika untuk mengembangkan generasi baru generator listrik.

Pemindaian otak manusia dengan gelombang listrik berenergi rendah seperti ECVT mempunyai tingkat tantangan secara teknis yang tinggi. Pasalnya, ia menuntut kecepatan pemindaian yang sangat tinggi untuk bisa memindai aktifitas otak yang cepat. Juga sensitifitas sensor yang sangat akurat untuk bisa menangkap perubahan besaran nilai kapasitansi listrik yang sangat kecil, hingga ukuran femto Farad. Ini sebelumnya belum bisa dipecahkan oleh para peneliti dan pengembang teknologi tomografi. Hal ini yang menyebabkan para peserta konferensi di IWPT5 sulit mempercayai kemampuan ECVT yang dikembangkan oleh C-Tech Labs.

“Perkembangan terbaru ECVT untuk proses yang mampu menghasilkan citra distribusi kecepatan partikel 4D di dalam ruang reaktor merupakan capaian yang luar biasa. Ini memerlukan kecepatan pemindaian serta kemampuan komputasi yang sangat tinggi,” komentar Prof. Mi Wang dari University of Leeds (UK), yang merupakan anggota senior Scientific Committee ISIPT. Prof. Masahiro Takei dari Chiba University, Jepang.

Ia juga sekaligus menjabat sebagai presiden ISIPT juga menyambut baik capaian C-Tech Labs sehingga sangat antusias untuk menerima mahasiswa Indonesia yang selama ini banyak melakukan riset untuk tugas akhir di fasilitas riset C-Tech Labs di Alam Sutera, Tangerang. (rel/mea)

dr warsito sang ilmuwan pencipta teknologi ECVT.
dr Warsito sang ilmuwan pencipta teknologi ECVT.

KOREA, SUMUTPOS.CO – Peserta konferensi 5th International Workshop on Process Tomography (IWPT5) hampir tak percaya jika teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) buatan Indonesia mampu mendeteksi tumor dalam tubuh dan menangkap aktifitas otak manusia.

Dalam konferensi yang dihadiri lebih dari 70 peserta ahli pengembang teknologi tomografi di bidang industri dari 13 negara di seluruh dunia ini, Dr. Warsito P Taruno memperkenalkan perkembangan terakhir teknologi tomografi volumetrik ECVT.

ECVT mempunyai konsep yang berbeda dengan tomografi konvensional seperti CT-Scan dan MRI. Tomografi konvensional menggunakan prinsip pemindaian tertutup (obyek harus diletakkan di ruang tertutup dikelilingi oleh sensor-sensor pemindai). ECVT menggunakan konsep pemindaian terbuka, yang berarti obyek tidak harus diletakkan di ruang tertutup, bisa diletakkan di mana saja tidak harus seluruhnya dikelilingi sensor.

Dengan konsep ECVT ini, pemindaian obyek di dinding luar pesawat ulang-alik dari dalam pesawat seperti yang dilakukan di NASA. Dengan konsep open scanning ini memungkinkan ECVT untuk memindai kanker payudara dan otak serta aktifitas otak manusia dengan sensor berbentuk cup atau helm.

Selain kemajuan di bidang kedokteran yang dicapai oleh C-Tech Lab Edwar Technology terutama dalam teknologi pemindai otak dan kanker payudara, dalam konferensi ini DR. Warsito juga memperkenalkan pengembangan ECVT terbaru di bidang proses kimia yaitu teknologi piranti lunak untuk komputasi aliran fluida di dalam reaktor kimia yang diolah dari citra 4D yang dihasilkan oleh ECVT.

Dengan teknologi ini bisa didapatkan citra distribusi 4D kecepatan partikel dan gas di dalam reaktor secara riil yang selama ini hanya mampu dilakukan dengan simulasi super computer. Teknologi terbaru ini juga dipakai oleh Morgantown National Energy Technology Laboratory milik Departemen Energi Amerika untuk mengembangkan generasi baru generator listrik.

Pemindaian otak manusia dengan gelombang listrik berenergi rendah seperti ECVT mempunyai tingkat tantangan secara teknis yang tinggi. Pasalnya, ia menuntut kecepatan pemindaian yang sangat tinggi untuk bisa memindai aktifitas otak yang cepat. Juga sensitifitas sensor yang sangat akurat untuk bisa menangkap perubahan besaran nilai kapasitansi listrik yang sangat kecil, hingga ukuran femto Farad. Ini sebelumnya belum bisa dipecahkan oleh para peneliti dan pengembang teknologi tomografi. Hal ini yang menyebabkan para peserta konferensi di IWPT5 sulit mempercayai kemampuan ECVT yang dikembangkan oleh C-Tech Labs.

“Perkembangan terbaru ECVT untuk proses yang mampu menghasilkan citra distribusi kecepatan partikel 4D di dalam ruang reaktor merupakan capaian yang luar biasa. Ini memerlukan kecepatan pemindaian serta kemampuan komputasi yang sangat tinggi,” komentar Prof. Mi Wang dari University of Leeds (UK), yang merupakan anggota senior Scientific Committee ISIPT. Prof. Masahiro Takei dari Chiba University, Jepang.

Ia juga sekaligus menjabat sebagai presiden ISIPT juga menyambut baik capaian C-Tech Labs sehingga sangat antusias untuk menerima mahasiswa Indonesia yang selama ini banyak melakukan riset untuk tugas akhir di fasilitas riset C-Tech Labs di Alam Sutera, Tangerang. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/