29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tingkatkan Produksi Telur Bebek UMKM, Dosen Polmed Rancang Alat Otomatis

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO- Politeknik Negeri Medan sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara memiliki Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengabdian. Pada kegiatan pengabdian kali ini, tim diketuai Friendly ST MT dengan anggota Harizahayu SSi MSc, Santi Prayudani SKom MKom, dan Zakaria Sembiring ST MSc yang merupakan tenaga pendidik dan pengajar tetap di Politeknik Negeri Medan Jurusan Teknik Komputer dan Informatika.

“Pengabdian kali ini mengambil tempat di Kampung Ternak yang berada di Jalan Sadar Timur, Pagar Jati, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Kampung Ternak sendiri dikelola Ichsan Lutfi Fahmi Rahman Siregar sebagai pemilik sejak 2019,” kata Friendly ST MT selaku ketua tim pengabdian melalui pesan tertulisnya yang diterima SumutPos.co, Sabtu (19/11).

Menurut Friendly, Kampung Ternak memiliki jumlah pekerja sebanyak 2 keluarga selain pemilik. Kampung Ternak merupakan usaha yang berorientasi pada produksi telur bebek dan pengembangan bibit bebek petelur. Hingga saat ini jumlah bebek petelur yang diternak di UMKM Kampung Ternak telah mencapai 664 ekor dan terdapat lebih kurang 440 ekor bebek petelur yang akan mulai menjadi bebek petelur baru.

Terdapat 12 kandang dengan bebek petelur di UMKM Kampung Ternak, di mana 4 kandang diantaranya masih mulai produksi. “Seiring dengan bertambahnya jumlah bebek yang akan dikelola, kebutuhan tenaga kerja dalam mengelola bebek semakin bertambah, tetapi penambahan tenaga kerja untuk saat ini tidak dimungkinkan dimana jumlah produksi telur bebek masih belum mencukupi untuk membiayai operasional dan penambahan tenaga kerja,” jelas Ichsan.

Dari wawancara dengan pemilik peternakan, jelas Ichsan, permasalahan yang sering dihadapi adalah pemberian pakan di pagi hari sering terlambat karena pada pagi hari dilakukan pengutipan telur di beberapa kandang. Berbeda dengan ayam yang telurnya cendrung berkumpul di satu tempat di dalam kandang, telur bebek terletak secara acak di dalam kandang sehingga pengutipan telur perlu dilakukan dengan ekstra hati-hati. Hal ini menyebabkan proses pemberian pakan terkadang tidak teratur. Permasalahan juga diduga karena jumlah pekerja yang kurang.

Kendala lainnya yang dihadapi adalah pekerja sering lupa memeriksa persediaan pakan bebek yang menyebabkan pemberian pakan terlambat. “Dari hasil pengamatan yang dilakukan Bapak Lutfi, produksi telur saat ini kurang memuaskan sebab walaupun jumlah bebek petelur cukup banyak, namun jumlah telur yang dihasilkan dapat mengalami penurunan, terutama bila terjadi kehabisan pakan, keterlambatan pemberian pakan atau pakan tidak memadai,” bebernya.

Adapun solusi yang ditawarkan para dosen Polmed adalah dengan membuat sebuah sistem yang dapat menampung pakan ternak bebek dan menyalurkannya secara otomatis. Sistem yang akan dibangun adalah sebuah sistem IOT yang dapat digunakan untuk menggerakkan motor yang kemudian akan mengalirkan pakan ke tempat pakan yang dapat diakses oleh ternak bebek. Sistem IOT akan dirancang untuk dapat diatur waktu pemberian pakannya sehingga sistem tidak perlu mendapatkan pengawasan untuk dapat berjalan. Perawatan terhadap perangkat IOT dapat dilakukan secara berkala dalam jangka waktu yang lebih lama antara 3-7 hari sekali untuk mengetahui jumlah pakan dan memastikan tidak terdapat kendala pada sistem. Sistem IOT akan ditanamkan alarm dalam bentuk buzzer yang akan berbunyi bila jumlah pakan pada penampungannya menurun lebih rendah dari seharusnya.

Pada tahun pertama, aplikasi akan dihubungkan dengan website, sehingga pemilik dan tim PKM dapat melakukan pemantauan secara langsung. Website juga akan digunakan sebagai media bagi tim PKM untuk melakukan evaluasi secara tidak langsung kepada target mitra dan sistem IOT yang dijalankan. “Website yang digunakan dalam aplikasi ini hanya akan dibiayai selama setahun sebab pembayaran biaya tahunan website selanjutnya ditanggung oleh mitra, sehingga tidak akan dilaporkan proses selanjutnya,” jelasnya.

Setelah 1 tahun berjalan, kata Ichsan, aplikasi tetap akan dapat digunakan walaupun tidak menggunakan website. Kekurangan aplikasi ini bila tanpa menggunakan website adalah bahwa aplikasi hanya akan dapat dipantau secara langsung atau manual, dimana pemilik dapat memperoleh rekapitulasi pemberian pakan oleh sistem IOT. “Hasil yang diharapkan dengan adanya sistem IOT ini adalah produksi telur dapat meningkat 10% dari rata-rata dan tidak terjadi penurunan produksi telur dalam 2 bulan berjalan digunakannya alat tersebut. Hasil ini akan menjadi evaluasi dengan melakukan koordinasi kepada mitra untuk mendapatkan laporan produksi telur setelah 2 bulan berjalan,” pungkasnya.

Lutfi penerima manfaat mengucapkan banyak terima kasih kepada para Dosen Polmed. “Semoga dengan adanya mesin pemberi pakan otomatis ini, produksi telur akan meningkat dan kesejahteraan kami juga ikutan meningkat,” ujar Lutfi. (rel)

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO- Politeknik Negeri Medan sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara memiliki Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengabdian. Pada kegiatan pengabdian kali ini, tim diketuai Friendly ST MT dengan anggota Harizahayu SSi MSc, Santi Prayudani SKom MKom, dan Zakaria Sembiring ST MSc yang merupakan tenaga pendidik dan pengajar tetap di Politeknik Negeri Medan Jurusan Teknik Komputer dan Informatika.

“Pengabdian kali ini mengambil tempat di Kampung Ternak yang berada di Jalan Sadar Timur, Pagar Jati, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Kampung Ternak sendiri dikelola Ichsan Lutfi Fahmi Rahman Siregar sebagai pemilik sejak 2019,” kata Friendly ST MT selaku ketua tim pengabdian melalui pesan tertulisnya yang diterima SumutPos.co, Sabtu (19/11).

Menurut Friendly, Kampung Ternak memiliki jumlah pekerja sebanyak 2 keluarga selain pemilik. Kampung Ternak merupakan usaha yang berorientasi pada produksi telur bebek dan pengembangan bibit bebek petelur. Hingga saat ini jumlah bebek petelur yang diternak di UMKM Kampung Ternak telah mencapai 664 ekor dan terdapat lebih kurang 440 ekor bebek petelur yang akan mulai menjadi bebek petelur baru.

Terdapat 12 kandang dengan bebek petelur di UMKM Kampung Ternak, di mana 4 kandang diantaranya masih mulai produksi. “Seiring dengan bertambahnya jumlah bebek yang akan dikelola, kebutuhan tenaga kerja dalam mengelola bebek semakin bertambah, tetapi penambahan tenaga kerja untuk saat ini tidak dimungkinkan dimana jumlah produksi telur bebek masih belum mencukupi untuk membiayai operasional dan penambahan tenaga kerja,” jelas Ichsan.

Dari wawancara dengan pemilik peternakan, jelas Ichsan, permasalahan yang sering dihadapi adalah pemberian pakan di pagi hari sering terlambat karena pada pagi hari dilakukan pengutipan telur di beberapa kandang. Berbeda dengan ayam yang telurnya cendrung berkumpul di satu tempat di dalam kandang, telur bebek terletak secara acak di dalam kandang sehingga pengutipan telur perlu dilakukan dengan ekstra hati-hati. Hal ini menyebabkan proses pemberian pakan terkadang tidak teratur. Permasalahan juga diduga karena jumlah pekerja yang kurang.

Kendala lainnya yang dihadapi adalah pekerja sering lupa memeriksa persediaan pakan bebek yang menyebabkan pemberian pakan terlambat. “Dari hasil pengamatan yang dilakukan Bapak Lutfi, produksi telur saat ini kurang memuaskan sebab walaupun jumlah bebek petelur cukup banyak, namun jumlah telur yang dihasilkan dapat mengalami penurunan, terutama bila terjadi kehabisan pakan, keterlambatan pemberian pakan atau pakan tidak memadai,” bebernya.

Adapun solusi yang ditawarkan para dosen Polmed adalah dengan membuat sebuah sistem yang dapat menampung pakan ternak bebek dan menyalurkannya secara otomatis. Sistem yang akan dibangun adalah sebuah sistem IOT yang dapat digunakan untuk menggerakkan motor yang kemudian akan mengalirkan pakan ke tempat pakan yang dapat diakses oleh ternak bebek. Sistem IOT akan dirancang untuk dapat diatur waktu pemberian pakannya sehingga sistem tidak perlu mendapatkan pengawasan untuk dapat berjalan. Perawatan terhadap perangkat IOT dapat dilakukan secara berkala dalam jangka waktu yang lebih lama antara 3-7 hari sekali untuk mengetahui jumlah pakan dan memastikan tidak terdapat kendala pada sistem. Sistem IOT akan ditanamkan alarm dalam bentuk buzzer yang akan berbunyi bila jumlah pakan pada penampungannya menurun lebih rendah dari seharusnya.

Pada tahun pertama, aplikasi akan dihubungkan dengan website, sehingga pemilik dan tim PKM dapat melakukan pemantauan secara langsung. Website juga akan digunakan sebagai media bagi tim PKM untuk melakukan evaluasi secara tidak langsung kepada target mitra dan sistem IOT yang dijalankan. “Website yang digunakan dalam aplikasi ini hanya akan dibiayai selama setahun sebab pembayaran biaya tahunan website selanjutnya ditanggung oleh mitra, sehingga tidak akan dilaporkan proses selanjutnya,” jelasnya.

Setelah 1 tahun berjalan, kata Ichsan, aplikasi tetap akan dapat digunakan walaupun tidak menggunakan website. Kekurangan aplikasi ini bila tanpa menggunakan website adalah bahwa aplikasi hanya akan dapat dipantau secara langsung atau manual, dimana pemilik dapat memperoleh rekapitulasi pemberian pakan oleh sistem IOT. “Hasil yang diharapkan dengan adanya sistem IOT ini adalah produksi telur dapat meningkat 10% dari rata-rata dan tidak terjadi penurunan produksi telur dalam 2 bulan berjalan digunakannya alat tersebut. Hasil ini akan menjadi evaluasi dengan melakukan koordinasi kepada mitra untuk mendapatkan laporan produksi telur setelah 2 bulan berjalan,” pungkasnya.

Lutfi penerima manfaat mengucapkan banyak terima kasih kepada para Dosen Polmed. “Semoga dengan adanya mesin pemberi pakan otomatis ini, produksi telur akan meningkat dan kesejahteraan kami juga ikutan meningkat,” ujar Lutfi. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/