26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Di Google Maps, Nama Kota-Kota di Spanyol Ini Jadi Islami

SUMUTPOS.CO – Sejumlah kota di Spanyol yang pernah berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam pada 10 abad silam tiba-tiba muncul dengan nama berbeda di Google Maps. Beberapa kota di Negeri Matador itu kembali ke nama-nama saat Kekhalifahan Cordoba berjaya di Spanyol.

Kota pertama yang diganti adalah Algeciras di Andalusia. Di Google Maps, kota yang dekat dengan Selat Gibraltar itu dikembalikan ke nama Taifa de Algeciras.

Sedangkan pada Jumat pekan lalu (20/3), kota lain di wilayah Andalusia, Niebla juga mengalami pergantian nama. Nama Neibla di Google Maps menjadi Taifa de Niebla.

Selain itu, perubahan nama juga meluas ke kota di luar Andalusia. Salah satunya adalah Abarracin di Provinsi Teruel yang diganti menjadi Taifa de Albarracin.

Taifa adalah istilah yang digunakan untuk 30 kerajaan Islam kecil yang dibentuk pada masa Kekhalifahan Cordoba di abad ke-11.

Akibatnya, Google pun jadi kerepotan. “Kami harus membetulkannya,” kata juru bicara Google seperti dikutip Daily Telegraph.

Google memang meminta bantuan para pengguna Google Maps untuk memasok informasi tentang wilayah yang tercantum di peta. Namun, kadang memang ada yang iseng atau melakukan tindak vandalisme.

“Alih-alih digunakan untuk alasan yang positif seperti menambah pengetahuan tentang pengetahuan lokal, justru anda mendapati ini sebagai jenis vandalisme dunia maya,” tutur juru bicara raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu.

Sejauh ini belum diketahui pihak yang menamai ulang nama-nama kota bekas kerajaan Islam di Spanyol. Google pun mendorong para penggunanya untuk meminimalkan kesalahan.

Perusahaan penyedia fasilitas pencarian di internet itu mengingatkan bahwa layanan petanya digunakan oleh miliaran orang di dunia. Karenanya, ketidakakuratan bisa berisiko pada sistem yang kolaboratif.

Islam di Andalusia memang masih menjadi isu politik hangat di Spanyol. Misalnya, sebuah video dari kelompok sayap kanan Spanyol, Vox menunjukkan berita bernada meledek bahwa pada 2018 nanti pemerintahan sayap kiri di Spanyol akan mengubah katedral di Cordoba dan Sevilla menjadi mesjid seiring kedatangan dua juta imigran Muslim.

Perubahan nama itu juga memunculkan kekhawatiran akan ancaman Alqaeda dan ISIS yang akan membebaskan Andalusia dari kekuasaan kaum Nasrani. Sebab, baik ISIS maupun Alqaede menegaskan bahwa Spanyol harusnya bernama Andalusia atau al-Andalus.

Penulis yang juga pengajar di Universitas Pablo de Olavide di Sevilla, Manuel R Torres Soriano mengatakan, al-Andalus masih menjadi tema bagi kelompik ekstrim untuk mobilisasi kekerasan. “Hilangnya kekuasaan Islam di Semenanjung Iberia berhubungan dengan serangkaian mitos klise yang mengakar dalam di dunia Muslim,” katanya.(telegraph/ara/jpnn)

SUMUTPOS.CO – Sejumlah kota di Spanyol yang pernah berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam pada 10 abad silam tiba-tiba muncul dengan nama berbeda di Google Maps. Beberapa kota di Negeri Matador itu kembali ke nama-nama saat Kekhalifahan Cordoba berjaya di Spanyol.

Kota pertama yang diganti adalah Algeciras di Andalusia. Di Google Maps, kota yang dekat dengan Selat Gibraltar itu dikembalikan ke nama Taifa de Algeciras.

Sedangkan pada Jumat pekan lalu (20/3), kota lain di wilayah Andalusia, Niebla juga mengalami pergantian nama. Nama Neibla di Google Maps menjadi Taifa de Niebla.

Selain itu, perubahan nama juga meluas ke kota di luar Andalusia. Salah satunya adalah Abarracin di Provinsi Teruel yang diganti menjadi Taifa de Albarracin.

Taifa adalah istilah yang digunakan untuk 30 kerajaan Islam kecil yang dibentuk pada masa Kekhalifahan Cordoba di abad ke-11.

Akibatnya, Google pun jadi kerepotan. “Kami harus membetulkannya,” kata juru bicara Google seperti dikutip Daily Telegraph.

Google memang meminta bantuan para pengguna Google Maps untuk memasok informasi tentang wilayah yang tercantum di peta. Namun, kadang memang ada yang iseng atau melakukan tindak vandalisme.

“Alih-alih digunakan untuk alasan yang positif seperti menambah pengetahuan tentang pengetahuan lokal, justru anda mendapati ini sebagai jenis vandalisme dunia maya,” tutur juru bicara raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu.

Sejauh ini belum diketahui pihak yang menamai ulang nama-nama kota bekas kerajaan Islam di Spanyol. Google pun mendorong para penggunanya untuk meminimalkan kesalahan.

Perusahaan penyedia fasilitas pencarian di internet itu mengingatkan bahwa layanan petanya digunakan oleh miliaran orang di dunia. Karenanya, ketidakakuratan bisa berisiko pada sistem yang kolaboratif.

Islam di Andalusia memang masih menjadi isu politik hangat di Spanyol. Misalnya, sebuah video dari kelompok sayap kanan Spanyol, Vox menunjukkan berita bernada meledek bahwa pada 2018 nanti pemerintahan sayap kiri di Spanyol akan mengubah katedral di Cordoba dan Sevilla menjadi mesjid seiring kedatangan dua juta imigran Muslim.

Perubahan nama itu juga memunculkan kekhawatiran akan ancaman Alqaeda dan ISIS yang akan membebaskan Andalusia dari kekuasaan kaum Nasrani. Sebab, baik ISIS maupun Alqaede menegaskan bahwa Spanyol harusnya bernama Andalusia atau al-Andalus.

Penulis yang juga pengajar di Universitas Pablo de Olavide di Sevilla, Manuel R Torres Soriano mengatakan, al-Andalus masih menjadi tema bagi kelompik ekstrim untuk mobilisasi kekerasan. “Hilangnya kekuasaan Islam di Semenanjung Iberia berhubungan dengan serangkaian mitos klise yang mengakar dalam di dunia Muslim,” katanya.(telegraph/ara/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/