26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Tingkatkan Kewaspadaan Dalam Dunia Digital

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Seiring perkembangan internet, maka kejahatan juga melanda dunia digital. Mulai dari penipuan hingga hoax kerap terjadi di dunia digital. Untuk itu, pengguna diharapkan meningkatkan kewaspadaan.

DIGITAL: Gubsu Edy Rahmayadi dan narasumber pada Webinar Literasi Digital di Kabupaten Dairi, 4 Agustus 2011. (IST)

Seperti yang dipaparkan dalam Webinar Literasi Digital untuk Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, 4 Agustus 2021. Dalam webinar itu, Founder dan COO Bicara Project, Joddy Caprinata mengingatkan tentang penipuan di investasi digital.

“Aman invetasi di era digital adalah, dengan cara cek kredibilitas aplikasi invetasi, utamakan keamanan jaringan dan perangkat, aktifkan kata sandi yang kuat, serta naikan kewaspadaan terhadap investasi bodong,” ujar Joddy pada sesi Kecakapan Digital dengan tema Tips Aman Berinvestasi Online di Era Digital.

Sedangkan dalam sesi keamanan digital, Konselor Parenting dan Pegiat Literasi Digital U Laila Sa’adah SPdI MPd menambil tema Lindungi Diri, Pahami Fitur Keamanan Digital (Berkarya tanpa Menjiplak). Dia menjelaskan soal pemalsuam profil yang kerap terjadi di media sosial.

“Hal yang harus diperhatikan untuk menjaga keamanan digital, meliputi jaga pengaturan privasi akun, batasi apa saja yang dapat dipelajari orang tentang diri di internet. Kemudian tidak klik link yang mencurigakan, serta logout akun setiap sesi,” ungkapnya.

Dia juga mejelaskan soal Menjiplak atau plagiarisme. Kerap terjadi di dunia digital tentang penggunakan menggunakan gambar tanpa memberikan keterangan sumber. Kemudian menggunakan status orang lain tanpa mencantumkan nama pembuat status, serta mengambil sebagian atau seluruh konten tanpa menyebut sumber.

“Dampak menjiplak di ranah digital, meliputi kredibilitas akun menurun. Menurunkan performa di mesin pencarian, merugikan konten kreator, unggahan dihapus. Perbuatan ini dianggap tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain,” tegasnya.

Pada sesi Budaya Digital, Dosen PGSD Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar, Lita Sentiana Hutapea MPd mengambil tema Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar di Dunia Digital. Dia mengingatkan soal penggunaan bahasa di media sosial harus baik dan benar.

“Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah dengan memperhatikan konteks dan kaidah-kaidahnya. Sebab, media sosial saat ini sangat rentan terhadap terjadinya multitafsir, karena itu perlu kecermatan memilih dan menuliskan kata dengan tepat di dunia digital,” sebutnya.

Sementara Eva Pratiwi Pane MPd (Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UHKBPNP) pada sesi Etika Digital mengambil tema Sudah Tahukah Kami Dampak Penyebaran Hoaks? Dia mengangkat soal bahaya penyebaran hoaks di media sosial.

“Ciri-ciri berita hoaks, meliputi berita mengakibatkan kecemasan, permusuhan dan kebencian, sumber berita tidak jelas, isi pemberitaan tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu. Seringkali bermuatan fanatisme atas nama ideology, judul dan pengantarnya provokatif, serta minta agar dibagikan atau diviralkan,” paparnya.

Dijelaskan, berita hoaks merupakan opini dari seseorang, bukan fakta, terkesan menakut-nakuti atau menyesatkan penerima berita. Kemudian meneror seseorang atau sekelompok orang agar merasa takut, provokatif dan cenderung mengadu domba, dan menghujat seseorang atau golongan.

“Cara menghadapi hoaks, antara lain kenali judulnya yang cenderung provokatif, menggunakan kalimat persuasif yang memaksa, cek alamat situs atau sumber berita, bedakan fakta dan opini, serta mengikuti komunitas yang kredibel,” tegasnya.

Webinar ini menghadirkan Gubernur Sumatera Utara H Edy Rahmayadi sebagai keynote speaker. Kemudian Rani Apriliani AMD Gz (Nutritionist dan Influencer dengan Followers 10,3 Ribu) sebagai Key opinion leader.

Webinar Indonesia Makin Cakap Digital ini dilaksanakan di 77 kabupaten/kota Wilayah Sumatera, mulai Aceh hingga Lampung. Tujuannya untuk meningkatkan infrastruktur digital, juga melakukan program pengembangan sumber daya manusia talenta digital.

Kemkominfo melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika memiliki target hingga tahun 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital dengan secara spesifik untuk tahun 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi dibidang digital.

Hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Internet saat ini sudah semakin masif dan pentingnya peningkatan kemampuan dan pemahaman masyarakat dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan internet yang benar melalui implementasi program literasi digital di daerah. (rel/dek)

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Seiring perkembangan internet, maka kejahatan juga melanda dunia digital. Mulai dari penipuan hingga hoax kerap terjadi di dunia digital. Untuk itu, pengguna diharapkan meningkatkan kewaspadaan.

DIGITAL: Gubsu Edy Rahmayadi dan narasumber pada Webinar Literasi Digital di Kabupaten Dairi, 4 Agustus 2011. (IST)

Seperti yang dipaparkan dalam Webinar Literasi Digital untuk Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, 4 Agustus 2021. Dalam webinar itu, Founder dan COO Bicara Project, Joddy Caprinata mengingatkan tentang penipuan di investasi digital.

“Aman invetasi di era digital adalah, dengan cara cek kredibilitas aplikasi invetasi, utamakan keamanan jaringan dan perangkat, aktifkan kata sandi yang kuat, serta naikan kewaspadaan terhadap investasi bodong,” ujar Joddy pada sesi Kecakapan Digital dengan tema Tips Aman Berinvestasi Online di Era Digital.

Sedangkan dalam sesi keamanan digital, Konselor Parenting dan Pegiat Literasi Digital U Laila Sa’adah SPdI MPd menambil tema Lindungi Diri, Pahami Fitur Keamanan Digital (Berkarya tanpa Menjiplak). Dia menjelaskan soal pemalsuam profil yang kerap terjadi di media sosial.

“Hal yang harus diperhatikan untuk menjaga keamanan digital, meliputi jaga pengaturan privasi akun, batasi apa saja yang dapat dipelajari orang tentang diri di internet. Kemudian tidak klik link yang mencurigakan, serta logout akun setiap sesi,” ungkapnya.

Dia juga mejelaskan soal Menjiplak atau plagiarisme. Kerap terjadi di dunia digital tentang penggunakan menggunakan gambar tanpa memberikan keterangan sumber. Kemudian menggunakan status orang lain tanpa mencantumkan nama pembuat status, serta mengambil sebagian atau seluruh konten tanpa menyebut sumber.

“Dampak menjiplak di ranah digital, meliputi kredibilitas akun menurun. Menurunkan performa di mesin pencarian, merugikan konten kreator, unggahan dihapus. Perbuatan ini dianggap tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain,” tegasnya.

Pada sesi Budaya Digital, Dosen PGSD Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar, Lita Sentiana Hutapea MPd mengambil tema Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar di Dunia Digital. Dia mengingatkan soal penggunaan bahasa di media sosial harus baik dan benar.

“Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah dengan memperhatikan konteks dan kaidah-kaidahnya. Sebab, media sosial saat ini sangat rentan terhadap terjadinya multitafsir, karena itu perlu kecermatan memilih dan menuliskan kata dengan tepat di dunia digital,” sebutnya.

Sementara Eva Pratiwi Pane MPd (Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UHKBPNP) pada sesi Etika Digital mengambil tema Sudah Tahukah Kami Dampak Penyebaran Hoaks? Dia mengangkat soal bahaya penyebaran hoaks di media sosial.

“Ciri-ciri berita hoaks, meliputi berita mengakibatkan kecemasan, permusuhan dan kebencian, sumber berita tidak jelas, isi pemberitaan tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu. Seringkali bermuatan fanatisme atas nama ideology, judul dan pengantarnya provokatif, serta minta agar dibagikan atau diviralkan,” paparnya.

Dijelaskan, berita hoaks merupakan opini dari seseorang, bukan fakta, terkesan menakut-nakuti atau menyesatkan penerima berita. Kemudian meneror seseorang atau sekelompok orang agar merasa takut, provokatif dan cenderung mengadu domba, dan menghujat seseorang atau golongan.

“Cara menghadapi hoaks, antara lain kenali judulnya yang cenderung provokatif, menggunakan kalimat persuasif yang memaksa, cek alamat situs atau sumber berita, bedakan fakta dan opini, serta mengikuti komunitas yang kredibel,” tegasnya.

Webinar ini menghadirkan Gubernur Sumatera Utara H Edy Rahmayadi sebagai keynote speaker. Kemudian Rani Apriliani AMD Gz (Nutritionist dan Influencer dengan Followers 10,3 Ribu) sebagai Key opinion leader.

Webinar Indonesia Makin Cakap Digital ini dilaksanakan di 77 kabupaten/kota Wilayah Sumatera, mulai Aceh hingga Lampung. Tujuannya untuk meningkatkan infrastruktur digital, juga melakukan program pengembangan sumber daya manusia talenta digital.

Kemkominfo melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika memiliki target hingga tahun 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital dengan secara spesifik untuk tahun 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi dibidang digital.

Hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Internet saat ini sudah semakin masif dan pentingnya peningkatan kemampuan dan pemahaman masyarakat dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan internet yang benar melalui implementasi program literasi digital di daerah. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/