Memelihara Burung
Sudah sejak lama burung menjadi salah satu binatang peliharaan yang populer di masyarakat, terutama bagi kaum laik-laki. Bahkan dalam budaya Jawa, ada sebuah peribahasa yang mengatakan, belum akan menjadi laki-laki sejati bila tidak punya peliharaan burung.
Lalu apa alasan orang suka memelihara burung? Selain menikmati keindahan bulu dari suatu burung, mereka juga ingin merasakan kemerduan suara dari kicauannya. Bahkan di beberapa tempat, kemerduan suara seekor burung ini sering diadu dengan burung lain dalam suatu lomba burung berkicau. Tapi, tak semua orang yang memelihara burung karena suka akan kicauannya saja. Namun karena keindahan warna bulunya yang mampu menawan hati.
Tapi, disadari atau tidak, akhir-akhir ini banyak kaum lelaki di Kota Medan yang mulai tertarik memelihara burung. Padahal, awalnya mereka sama sekali tak mencintai burung, bahkan tak terpikir untuk memeliharanya. Kesan latah atau ikut-ikutan teman menjadikan mereka tanpa sadar tertarik untuk memelihara burung biar dianggap ikut gaya sebagai lifestyle hingga akhirnya menjadi tren sebagian kaum lelaki di Kota Medan saat ini.
Hal ini diakui Sutrisno, pemilik toko burung di Jalan Bintang. Kata dia, saat ini sebagian kaum pria di Kota Medan mulai berminat memelihara burung, terutama untuk jenis burung tertentu. Seperti, burung Love Bird, Murai Daun dan lainnya.
“Permintaan untuk burung peliharaan mulai dari burung jalak, gelatik dan parkit. Kalau untuk burung perlombaan, biasanya kucer, murai batu dan lainnya. Rata-rata mereka membeli burung untuk dipelihara bukan karena hobi, tapi karena coba-coba ikut-ikutan temannya. Jadi, saat mereka berkumpul bersama teman, mereka membawa burung peliharaan masing-masing,” ujar Sutrisno.
Apalagi, lanjut Sutrisno, peminat burung untuk dipelihara mulai didominasi pria remaja, bukan orangtua lagi. “Ini seperti ajang pertemanan seperti facebook. Mereka berkumpul dalam satu komunitas pecinta burung yang dibuat di kalangan pertemanan mereka sendiri,” ujar Sutrisno yang beberapakali terlibat dalam ajang pertemanan para konsumennya.
Menurut Sutrisno, untuk memelihara burung juga tidak terlalu sulit, cukup membersihkan kandang, tempat makan dan minumnya minimal 1 hari sekali. Jenis makanannya juga tidak sulit, cukup diberikan pisang, milek, padi, atau jagung muda. “Yang penting jangan sampai burung tersebut kekurangan stok makanan dan minuman, juga jangan sering dibuat terkejut karena itu bisa membuat burung merajuk dan tidak berkembang,” lanjut Sutrisno.
Kata dia, harga burung beragam. Untuk burung Love Bird mulai dari Rp500 ribu hingga Rp2 jutaan, burung murai daun mulai dari ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Untuk burung jalak harganya mulai Rp50 ribu per ekor. Sedangkan burung parkit harganya Rp200 ribuan untuk sepasang. Kalau burung gelatik harganya sekitar Rp150 ribuan sepasang. “Kalau kita menjual burung paling jutaan saja, tidak pernah hingga puluhan juta,” papar Sutrisno.
Sebab, lanjutnya, harga burung yang mencapai puluhan juta biasanya burung yang asli ditangkap di hutan. “Malah terkadang para pecinta burung tersebut pesan dulu terkait dengan burung yang diinginkannya,” pungkasnya.
Salah satu pemula pecinta burung, Lian mengakui kalau dirinya baru saja coba-cona memelihara burung. Padahal sebelumnya, Lian sama sekali tak tertpikir untuk memelihara burung. “Baru aku tahu dan rasakan kalau burung juga dapat berperan sebagai penenang dan juga mampu menyenangkan hati. Ini karena warna bulu burung yang cerah dan beragam. “Bahkan warna bulu burung dapat berubah sesuai dengan usianya. Misalnya burung gelatik, ketika masih muda bulunya berwana coklat muda, tetapi begitu sudah sedikit tua, warna bulu menjadi coklat tua,” tambah Lian.
Lian mengakui, berkat hobi barunya memelihara burung, membuatnya semakin banyak mendapat teman. Ia bersama teman-temannya sering saling mengunjungi untuk melihat burung peliharaan tersebut. Tak hanya itu, mereka juga sering mendiskusikan masalah yang dihadapi burung peliharaan mereka. “Tapi terkadang kita juga sering ngumpul di suatu tempat dengan membawa burung peliharaan sendiri, pamer lah. Kan bisa bikin bangga,” kata Lian tersenyum. (juli rambe)
Semakin Merdu Semakin Mahal
Suara burung cenderung merdu dan melengking. Semakin merdu dan berirama suara burung, semakin mahal pula harga suatu burung. “Biasanya burung mulai bersuara ketika usianya sudah 1 tahun. Maka harganya semakin mahal,” kata Sutrisno, penjual burung di Jalan Bintang Medan.
Menurutnya, kemerduan dan irama suara burung sering diperlombakan dengan hadiah yang mencapai puluhan juta. “Lomba sering dibuat, tetapi bukan hadiah intinya, melainkan kesenangan dan kebanggaan bagi pemiliknya,” kata Sutrisno lagi.
Jadi tak heran bila harga burung yang telah memiliki suara merdu (burung jadi) lebih mahal dibandingkan dengan burung yang belum memiliki suara jadi. “Burung yang sudah jadi harganya sampai jutaan, minimal Rp2 jutaan,” lanjut Sutrisno.
Sedangkan yang paling sering diperlombakan, lanjut Sutriso, adalah burung berkicau. Untuk merawat burung berkicau memang gampang-gampang sulit.
“Bagi yang tidak telaten, jangankan bisa mendengarkan kicauan burung,
malah-malah burungnya bisa stres atau mati,” kata dia.
Bahkan, sambung dia, mempunyai burung berkicau yang bisa menjadi pemenang dalam suatu perlombaan pasti akan menimbulkan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri. Karena burung yang dimiliki dan dipelihara bisa menunjukan kepintaran dalam olah suara kicauan yang dikeluarkan. (juli ramadhani rambe)