31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Sering Lupa Sekeliling

BBM BlackBerry

Sekarang ini, siapa sih yang nggak tahu ponsel BlackBerry? Smartphone ini memungkinkan kita mampu mengakses internet, email dan semua social network dengan mudah sepanjang hari, tapi harus berlangganan.

Ditambah lagi BlackBerry Messenger-nya yang akrab disebut BBM semakin membuat penggunanya tergila-gila dengan ponsel ini. Bahkan, banyak para pakar yang bilang kalau BB dikait-kaitnya dengan autis bila penggunanya asyik dengan BB-nya sendiri. Dan akhirnya kata-kata autis lebih dikaitkan dengan teknologi selular yang bernama Blackberry ini.

Banyak pengguna yang bilang, BB itu penting banget, terutama buat orang-orang sibuk yang mobile tapi dia harus bisa tetap dihubungi 24 jam by messenger, maupun email masuk yang memerlukan keputusan/jawaban cepat dan lain sebagainya.

Pengguna lainnya bilang, BB dipakai cuma untuk fashion, sekadar trend yang efeknya membuat seseorang terlihat ‘anti sosial’ (di baca autis). Memang, isu mengenai anti sosial ini sebenarnya dan pernah kita dengar 1-2 tahun yang lalu (bahkan pernah menjadi tajuk pembicaraan di sebuah talkshow serius di salah satu TV swasta yang bernotabene TV berita).

Saat itu yang menjadi  vehicle ke-anti sosial-an ini (katanya) adalah MP3/MP4 player (iPod dan sejenisnya). Masing-masing individu sibuk berjalan, membaca, bekerja, makan siang bahkan pada saat berkumpul/bersosialisasi, mereka melakukannya sambil mendengarkan MP3 player ini, sehingga akhirnya jarang melakukan kegiatan yang disebut berkomunikasi dengan sekitarnya.

Fenomena ini terus berlanjut dan berkembang sampai pada penghujung 2008 kemarin BB begitu mem-booming di Indonesia dan hampir sebagian besar negara-negara maju dan berkembang lainnya.

Memang, keautisan itu bisa terjadi karena fasilitas yang ada di ponsel itu. Mulai dari BBM, Facebook ataupun Twitter dan lainnya. Untuk fasilitas BBM ini, pengguna tidak dikenakan biaya, hanya tinggal membeli paket yang disediakan oleh operator.

Staff pengajar dari USU, studi Psikologi Komunikasi, Emilia Ramadhani mengatakan karena ini sebuah fenomena, maka ini tidak akan berlangsung lama. Fenomena ini ada karena adanya teknologi terbaru yang merupakan fasilitas dari BB itu sendiri.

“Pemikiran masyarakat Indonesia yang masih konsumtif berbeda dengan orang Eropa. Kalau di Eropa suatu produk harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, suatu produk bukan untuk gaya-gayaan atau pamer saja. Terutama untuk anak remaja, yang katanya enggak eksis bila tidak pake BB,” ujar Emilia.

Menurut Emil tak hanya BB, teknologi komunikasi telah membuat penggunanya sering terjebak dalam kawasan ‘autis’. “Ketika sedang kumpul sama teman atau keluarga, ada beberapa di antara kumpulan itu malah asyik dengan ponselnya sehingga sering membuat orang sekitarnya tersinggung dan lupa bahwa ada orang di sekitarnya. Ini sering kita temui saat ini,” kata Emil.

Untuk itu, Emil menyarankan pengguna ponsel pintar atau teknologi lainnya harus bijak dalam menghadapi teknologi tersebut. “Intinya jangan latah. Karena pada umumnya masyarakat masih lebih menyukai produk orang lain daripada produk yang sudah ada pada dirinya,” ujarnya. Emil berpesan segala sesuatu itu harus sesuai dengan kebutuhan, bila sesuatu tidak mengganggu kinerja, maka itu bukan kebutuhan. (mag-9)

Mobile Menjadi Alasan

Adi, salah satu resepsionis di salah satu hotel di Kota Medan ini juga sebagai penggunan ponsel BB.
Awalnya, ia tak tahu fungsi BB atau hanya ikut-ikutan memakai BB karena temannya banyak yang pakai BB. Namun akhirnya Adi baru menyadari kalau BB sangat penting bagi hidupnya yang sangat mobile. “Teknologinya membuatku tak bisa berhenti menggunakan BB,” kata dia.

Ia juga tak memungkiri kalau fasilitas yang ada membuatnya sering lupa dengan orang-orang sekelilingnya, terutama saat asyik membalas BBM-an dari teman-temannya. “Asyik banget sih kalau balas BBM teman karena nggak makan pulsa. Kita bisa ngobrol panjang sampe nggak menghiraukan orang di sekitar kita,” ujarnya.

Kelengkapan fitur yang dimiliki oleh BB, menjadi alasan kenapa seseorang memilih smartphone ini. Dengan BB seseorang bisa online seharian. Atau dengan kata lain lebih memudahkan untuk menerima dan mengirim e-mail, dan biasanya ini berlaku bagi seorang pengusaha atau pembisnis.

Tetapi, kelengkapan fitur lain yang tersedia di BB ini bukan hanya disukai oleh pengusaha ataupun pembisnis, masyarakat yang masih berusia muda  yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa juga memilih BB daripada ponsel lainnya. Padahal tidak semua fitur yang ada di BB merupakan kebutuhan mereka alias hanya untuk pencitraan diri saja. (mag-9)

BBM BlackBerry

Sekarang ini, siapa sih yang nggak tahu ponsel BlackBerry? Smartphone ini memungkinkan kita mampu mengakses internet, email dan semua social network dengan mudah sepanjang hari, tapi harus berlangganan.

Ditambah lagi BlackBerry Messenger-nya yang akrab disebut BBM semakin membuat penggunanya tergila-gila dengan ponsel ini. Bahkan, banyak para pakar yang bilang kalau BB dikait-kaitnya dengan autis bila penggunanya asyik dengan BB-nya sendiri. Dan akhirnya kata-kata autis lebih dikaitkan dengan teknologi selular yang bernama Blackberry ini.

Banyak pengguna yang bilang, BB itu penting banget, terutama buat orang-orang sibuk yang mobile tapi dia harus bisa tetap dihubungi 24 jam by messenger, maupun email masuk yang memerlukan keputusan/jawaban cepat dan lain sebagainya.

Pengguna lainnya bilang, BB dipakai cuma untuk fashion, sekadar trend yang efeknya membuat seseorang terlihat ‘anti sosial’ (di baca autis). Memang, isu mengenai anti sosial ini sebenarnya dan pernah kita dengar 1-2 tahun yang lalu (bahkan pernah menjadi tajuk pembicaraan di sebuah talkshow serius di salah satu TV swasta yang bernotabene TV berita).

Saat itu yang menjadi  vehicle ke-anti sosial-an ini (katanya) adalah MP3/MP4 player (iPod dan sejenisnya). Masing-masing individu sibuk berjalan, membaca, bekerja, makan siang bahkan pada saat berkumpul/bersosialisasi, mereka melakukannya sambil mendengarkan MP3 player ini, sehingga akhirnya jarang melakukan kegiatan yang disebut berkomunikasi dengan sekitarnya.

Fenomena ini terus berlanjut dan berkembang sampai pada penghujung 2008 kemarin BB begitu mem-booming di Indonesia dan hampir sebagian besar negara-negara maju dan berkembang lainnya.

Memang, keautisan itu bisa terjadi karena fasilitas yang ada di ponsel itu. Mulai dari BBM, Facebook ataupun Twitter dan lainnya. Untuk fasilitas BBM ini, pengguna tidak dikenakan biaya, hanya tinggal membeli paket yang disediakan oleh operator.

Staff pengajar dari USU, studi Psikologi Komunikasi, Emilia Ramadhani mengatakan karena ini sebuah fenomena, maka ini tidak akan berlangsung lama. Fenomena ini ada karena adanya teknologi terbaru yang merupakan fasilitas dari BB itu sendiri.

“Pemikiran masyarakat Indonesia yang masih konsumtif berbeda dengan orang Eropa. Kalau di Eropa suatu produk harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, suatu produk bukan untuk gaya-gayaan atau pamer saja. Terutama untuk anak remaja, yang katanya enggak eksis bila tidak pake BB,” ujar Emilia.

Menurut Emil tak hanya BB, teknologi komunikasi telah membuat penggunanya sering terjebak dalam kawasan ‘autis’. “Ketika sedang kumpul sama teman atau keluarga, ada beberapa di antara kumpulan itu malah asyik dengan ponselnya sehingga sering membuat orang sekitarnya tersinggung dan lupa bahwa ada orang di sekitarnya. Ini sering kita temui saat ini,” kata Emil.

Untuk itu, Emil menyarankan pengguna ponsel pintar atau teknologi lainnya harus bijak dalam menghadapi teknologi tersebut. “Intinya jangan latah. Karena pada umumnya masyarakat masih lebih menyukai produk orang lain daripada produk yang sudah ada pada dirinya,” ujarnya. Emil berpesan segala sesuatu itu harus sesuai dengan kebutuhan, bila sesuatu tidak mengganggu kinerja, maka itu bukan kebutuhan. (mag-9)

Mobile Menjadi Alasan

Adi, salah satu resepsionis di salah satu hotel di Kota Medan ini juga sebagai penggunan ponsel BB.
Awalnya, ia tak tahu fungsi BB atau hanya ikut-ikutan memakai BB karena temannya banyak yang pakai BB. Namun akhirnya Adi baru menyadari kalau BB sangat penting bagi hidupnya yang sangat mobile. “Teknologinya membuatku tak bisa berhenti menggunakan BB,” kata dia.

Ia juga tak memungkiri kalau fasilitas yang ada membuatnya sering lupa dengan orang-orang sekelilingnya, terutama saat asyik membalas BBM-an dari teman-temannya. “Asyik banget sih kalau balas BBM teman karena nggak makan pulsa. Kita bisa ngobrol panjang sampe nggak menghiraukan orang di sekitar kita,” ujarnya.

Kelengkapan fitur yang dimiliki oleh BB, menjadi alasan kenapa seseorang memilih smartphone ini. Dengan BB seseorang bisa online seharian. Atau dengan kata lain lebih memudahkan untuk menerima dan mengirim e-mail, dan biasanya ini berlaku bagi seorang pengusaha atau pembisnis.

Tetapi, kelengkapan fitur lain yang tersedia di BB ini bukan hanya disukai oleh pengusaha ataupun pembisnis, masyarakat yang masih berusia muda  yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa juga memilih BB daripada ponsel lainnya. Padahal tidak semua fitur yang ada di BB merupakan kebutuhan mereka alias hanya untuk pencitraan diri saja. (mag-9)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/