SUMUTPOS.CO – Setiap daerah tentunya memiliki makanan khas tersendiri. Tak jarang, makanan khas ini biasa dijadikan untuk oleh-oleh bagi mereka yang datang dari luar kota.
Di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, selain terkenal dengan dodolnya, juga terkenal oleh-oleh manisan.
“Tapi oleh-oleh manisan ini hanya ada setiap bulan Ramadan dan Idul Fitri saja bang,” kata Yudi, salah satu warga, Rabu (31/5).
Di Langkat, panganan ini lebih dikenal dengan nama Halua. Selain buah-buahan yang dijadikan bahan dasar, sayur hingga cabai juga kerap dijadikan manisan (haluwa).
“Banyak macam disini manisannya bang,” sebut dia.
Jika Anda belum pernah melihat cara membuatnya, tidak ada salahnya singga ke Jalan Zainul Arifin, Kecamatan Stabat, Langkat. Tepatnya, di seberang masjid Raya Kabupaten Langkat.
Di sepanjang jalan, kita dapat menemui banyak macam manisan. Baik itu dari buah-buahan, sayuran hingga cabai yang tidak biasa kita jumpai.
“Setiap hari ada nih selama Ramadan bang,” sebut dia.
Dari semua manisan itu, paling banyak peminatnya adalah manisan (halua) cabai. Manisan ini banyak dicari karena rasa penasaran warga untuk merasakan sensasi rasa pedas dicampur manis.
“Kebanyakan sih gitu, warga mencari manisan cabai,” pungkasnya.
Harga manisan cabai ini pun relatif lebih mahal. Manisan lain hanya berkisar Rp.70 ribu sampai Rp.80 ribu per kilogram. Namun, manisan cabai mencapai harga sekitar Rp.120 ribu per kilogram.
“Cara membuatnya tak jauh berbeda dari manisan lainnya. Namun, ada beberapa resep yang masih menjadi rahasia turun temurun,” ucap Saidah, salah satu penjaja makanan ini.
Sebelum diolah menjadi manisan, terlebih dahulu biji cabai dikeluarkan dan dibuang. Lalu direndam dan dibersihkan sebelum dijadikan manisan.
“Jangan lupa, cabai setelah dicuci direbus pakai kapur untuk menghilangkan getahnya,” sebut dia.
Jika sedang singgah di Kabupaten Langkat, tidak ada salahnya untuk mencoba dan mencicipi manisan ini. Sebab, manisan ini memang memiliki sensasi rasa tersendiri. (bam/ala)