28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Laut Batubara Simpan Potensi Spot Memancing

LAUT LEPAS: Perairan Laut Batubara.
LAUT LEPAS: Perairan Laut Batubara.

LABUHAN BATU, SUMUTPOS.CO – Pukat Grandong menyambut kehadiran rombongan para jurnalis Labuhanbatu di perairan Selat Malaka Kabupaten Batubara. Pukat yang biasanya ditarik menggunakan dua buah kapal ini, sangat dikecam nelayan lokal setempat. Sebab, dituding sebagai sarana perusak terumbu karang dan biota laut.

“Kita para nelayan Batubara sudah berulang kali menolak keberadaan pukat grandong,” ungkap Sofyan alias Pian seorang warga setempat yang menjadi Nakhoda kapal berkapasitas 125 PK, sarana para jurnalis Labuhanbatu mengarungi lautan Batubara, Minggu (8/12).

Bersama anak buah kapal (ABK) Zulkifli, mereka pernah terlibat beberapa kali melakukan unjukrasa ke DPRD Batubara sebagai bentuk penolakan eksistensi Pukat Grandong di perairan itu.

Namun, katanya, bukannya lenyap tapi pukat yang dapat menyapu seluruh jenis dan ikan dasar laut itu kian menunjukkan taring.

“Mungkin deking di belakang mereka kuat. Bahkan isunya mereka sanggup bayar bulanan hingga puluhan juta ke pihak dan oknum tertentu,” bebernya.

Kehadiran jurnalis Labuhanbatu ke perairan Batubara sebagai kegiatan wisata bahari dan upaya menjajal hobi olahraga memancing di kawasan itu. Belasan jurnalis bersama seorang tokoh muda Labuhanbatu Freddy Simangunsong sejak awal menumpang kapal dan bertolak dari dermaga Tanjung Tiram.

Perjalanan air itu, tujuan ke pulau-pulau terluar. Misalnya, pulau Salahnamo dan Pulau Pandang. Kapal rombongan sempat kandas dikarenakan dangkalnya perairan laut setempat. Bahkan, kapal tersebut mengalami kerusakan mesin. Dampaknya, rombongan terombang ambing selama 60 menit.

Beruntung, kapal lainnya datang merapat dan membantu perbaikan kerusakan mesin tersebut.

“Dinamo start kurang berfungsi dan terpaksa diperbaiki,” kata Pian.

Butuh waktu kisaran dua jam mencapai sejumlah spot memancing di perairan pulau Salahnamo. Dan bahkan lebih lama untuk mendekati pulau Pandang. Gelombang air juga cukup laik diperhitungkan. Karena, bagi yang tak memiliki stamina prima dipastikan akan mengalami mabuk laut.

Panorama alam yang memukau terpampang di kawasan pulau Salahnamo. Namun, sejumlah fasilitas gedung dan bangunan di sana tampak mengalami kerusakan. Terkesan, dibiarkan tanpa mendapat perawatan. Jembatan penghubung sebagai jalan memudahkan akses melintasi batu karang di pulau itu, banyak yang rusak. Bahkan roboh diterjang ombak.

“Ya, sejak Orang Kaya masuk, fasilitas di pulau itu semakin rusak,” imbuh Pian.

Di kedalaman lautan Batubara, katanya punya potensi mengandung pelbagai jenis ikan berkualitas super. Misalnya, jenis giant travelly (GT), Tenggiri dan lainnya. Sedangkan, di perairan dangkal berbatuan karang, menjadi habitat ikan jenis Kerapu dan lainnya.

“Bagi yang ingin mendapat sensasi memancing akan memburu ikan jenis GT dan Tenggiri,” kata Pian.

Lautan Batubara menurutnya banyak didatangi para maniak mancing. Dan menjadi momen bagi para nelayan lokal setempat untuk menyewakan fasilitas perahu bermotor dan kapal. Untuk jenis kapal, para nelayan mematok kisaran harga sewa sebesar Rp2 juta.

Fredy Simangunsong tokoh masyarakat Labuhanbatu yang ikut bersama para jurnalis mengaku, liburan bersama itu bentuk penguatan silaturahmi yang selama ini memang sudah telah terjalin.

Selaku tokoh yang juga mantan Ketua Persatuan Tinju Nasional (Pertina) Sumut, dia berharap komunikasi semakin lebih baik dan saling mendukung dalam hal pembangunan untuk Labuhanbatu.

“Mungkin sudah belasan tahun hubungan antara kami dengan kawan-kawan wartawan terjalin. Kebetulan kita masing-masing ada waktu, maka kita ambil momen untuk liburan bersama,” ujar Freddy. (mag-13/azw)

LAUT LEPAS: Perairan Laut Batubara.
LAUT LEPAS: Perairan Laut Batubara.

LABUHAN BATU, SUMUTPOS.CO – Pukat Grandong menyambut kehadiran rombongan para jurnalis Labuhanbatu di perairan Selat Malaka Kabupaten Batubara. Pukat yang biasanya ditarik menggunakan dua buah kapal ini, sangat dikecam nelayan lokal setempat. Sebab, dituding sebagai sarana perusak terumbu karang dan biota laut.

“Kita para nelayan Batubara sudah berulang kali menolak keberadaan pukat grandong,” ungkap Sofyan alias Pian seorang warga setempat yang menjadi Nakhoda kapal berkapasitas 125 PK, sarana para jurnalis Labuhanbatu mengarungi lautan Batubara, Minggu (8/12).

Bersama anak buah kapal (ABK) Zulkifli, mereka pernah terlibat beberapa kali melakukan unjukrasa ke DPRD Batubara sebagai bentuk penolakan eksistensi Pukat Grandong di perairan itu.

Namun, katanya, bukannya lenyap tapi pukat yang dapat menyapu seluruh jenis dan ikan dasar laut itu kian menunjukkan taring.

“Mungkin deking di belakang mereka kuat. Bahkan isunya mereka sanggup bayar bulanan hingga puluhan juta ke pihak dan oknum tertentu,” bebernya.

Kehadiran jurnalis Labuhanbatu ke perairan Batubara sebagai kegiatan wisata bahari dan upaya menjajal hobi olahraga memancing di kawasan itu. Belasan jurnalis bersama seorang tokoh muda Labuhanbatu Freddy Simangunsong sejak awal menumpang kapal dan bertolak dari dermaga Tanjung Tiram.

Perjalanan air itu, tujuan ke pulau-pulau terluar. Misalnya, pulau Salahnamo dan Pulau Pandang. Kapal rombongan sempat kandas dikarenakan dangkalnya perairan laut setempat. Bahkan, kapal tersebut mengalami kerusakan mesin. Dampaknya, rombongan terombang ambing selama 60 menit.

Beruntung, kapal lainnya datang merapat dan membantu perbaikan kerusakan mesin tersebut.

“Dinamo start kurang berfungsi dan terpaksa diperbaiki,” kata Pian.

Butuh waktu kisaran dua jam mencapai sejumlah spot memancing di perairan pulau Salahnamo. Dan bahkan lebih lama untuk mendekati pulau Pandang. Gelombang air juga cukup laik diperhitungkan. Karena, bagi yang tak memiliki stamina prima dipastikan akan mengalami mabuk laut.

Panorama alam yang memukau terpampang di kawasan pulau Salahnamo. Namun, sejumlah fasilitas gedung dan bangunan di sana tampak mengalami kerusakan. Terkesan, dibiarkan tanpa mendapat perawatan. Jembatan penghubung sebagai jalan memudahkan akses melintasi batu karang di pulau itu, banyak yang rusak. Bahkan roboh diterjang ombak.

“Ya, sejak Orang Kaya masuk, fasilitas di pulau itu semakin rusak,” imbuh Pian.

Di kedalaman lautan Batubara, katanya punya potensi mengandung pelbagai jenis ikan berkualitas super. Misalnya, jenis giant travelly (GT), Tenggiri dan lainnya. Sedangkan, di perairan dangkal berbatuan karang, menjadi habitat ikan jenis Kerapu dan lainnya.

“Bagi yang ingin mendapat sensasi memancing akan memburu ikan jenis GT dan Tenggiri,” kata Pian.

Lautan Batubara menurutnya banyak didatangi para maniak mancing. Dan menjadi momen bagi para nelayan lokal setempat untuk menyewakan fasilitas perahu bermotor dan kapal. Untuk jenis kapal, para nelayan mematok kisaran harga sewa sebesar Rp2 juta.

Fredy Simangunsong tokoh masyarakat Labuhanbatu yang ikut bersama para jurnalis mengaku, liburan bersama itu bentuk penguatan silaturahmi yang selama ini memang sudah telah terjalin.

Selaku tokoh yang juga mantan Ketua Persatuan Tinju Nasional (Pertina) Sumut, dia berharap komunikasi semakin lebih baik dan saling mendukung dalam hal pembangunan untuk Labuhanbatu.

“Mungkin sudah belasan tahun hubungan antara kami dengan kawan-kawan wartawan terjalin. Kebetulan kita masing-masing ada waktu, maka kita ambil momen untuk liburan bersama,” ujar Freddy. (mag-13/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/