LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Salah satu visi misi Bupati Langkat terpilih Terbit Rencana PA, adalah menggali dan memajukan potensi wisata alam yang ada di Kabupaten Langkat. Namun sayang, visi misi tersebut tidak didukung dengan angaran dan sulitnya koordinasi antar dinas di bumi bertuah.
Alhasil, potensi wisata alam Bukit Lawang yang sudah tersohor hingga ke mancanegara, bukannya mengalami kemajuan, melainkan malah kemunduran. Beberapa infrastruktur menuju lokasi wisata ini mengalami kerusakan yang cukup memprihatinkan.
Hal itu diungkapkan Kadis Pariwisata Nur Elly didampingi Kabib Pariwisata Puan saat ditemui di ruangannya, Senin (24/6). Mereka juga mengakui beberapa tempat wisata minim perhatian dan sentuhan.
“Bagaimana ya, bukan tidak ingin memajukan pariwisata di Langkat. Kami sudah berusaha sebaik dan semaksimal mungkin. Namun selama ini anggaran dinas ini terlalu minim. Makanya, imbauan di setiap tempat wisata minim,” kata Kadis Pariwisata Nur Elly diamini Kabib Pariwisata Puan, menyikapi permasalahan minimnya imbauan di sejumlah lokasi wisata alam yang ada di Langkat.
Nur Elly juga mengaku, birokrasi (tingkat koordinasi) yang cukup ribet dan hingga terkadang tidak membuahkan hasil maksimal juga menjadi kendala dalam memajukan wisata di Langkat. Seperti salah satu contoh permintaan-permintaan yang mendukung tempat wisata di Kabupaten Langkat.
“Salah satu cerita, kami sempat melakukan survei dan pendekatan kepada masyarakat di sekitar lokasi wisata alam. Dalam koordinasi itu, beberapa masyarakat mau dan ingin bekerjasama dengan kita untuk sama-sama menghasilkan restribusi,” katanya.
Dengan kesepakatan, sambung Elly, pihak kami harus membantu mengusulkan atau meminta bantuan tong sampah. Namun sayang, hingga kini tong sampah yang kita ajukan ke dinas terkait tidak membuahkan hasil hingga kini.
“Saat itu kita sudah mengusulkan sesuai prosedur. Tapi, permintaan cukup lama direspon dan hasil yang kita ajukan tidak maksimal, dinas terkait hanya bisa menyediakan 30 tong sampah,” katanya.
Padahal, dirinya memaparkan, ada sekitar 50 wisata alam yang sudah kita data, dimana lebih kurang 30 lokasi merupakan milik atau dikelola Pemerintah Kabupaten Langkat. Sedangkan sisanya merupakan lokasi pribadi milik masyarakat. Semuanya sudah kita kita usahakan untuk menggandeng dalam menghasilkan retribusi.
“Seperti Bukit Lawang misalnya, ada sekitar 20 hektare lahan PTPN yang sudah diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Langkat, di jaman Samsul Arifin. Karena karena lahan itu tidak diperdayakan, sekarang lahan tersebut dibangun masyarakat sekitar. Kalau sudah seperti ini, bagaimana kita menindaklanjutinya,” tanya mereka.
Dirinyapun mengakui, jika permasalahan di Dinas Pariwisata ini seperti benang kusut yang mesti dirunut dari awal. Sehingga pemasalahan bisa terselesaikan dan wisata alam di Langkat, bisa memiliki gaung hingga ke mancanegara. Dan hal ini sangat membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Intinya kita sedang berusaha semaksimal mungkin memajukan wisata alam di Langkat dan menjalankan visi dan misi Bupati Langkat Terbit Rencana PA. Untuk itu, kami mohon dukungan dari pihak-pihak terkait agar usaha kami lebih dipermudah,” tegasnya sembari berharap semua berjalan sesuai rencana yang sudah disusun.
Untuk diketahui, wisata alam di Bumi Langkat cukup banyak dan berpotensi menghasilakn retribusi yang sangat tinggi. Sayang, potensi alam seolah terabaikan dan minimnya rambu-rambu serta fasilitas dan imbauan di lokasi wisata alam.
Tentunya permasalahan ini butuh perhatian sehingga rambu-rambu (warning) dapat diperhatikan wisatawan. Sehingga bencana alam yang menelan korban jiwa dapat diminimalisir sejak dini. Seperti di wisata alam air terjun Salak di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, beberapa waktu lalu. Dimana minimnya imbauan dari dinas terkait, menyebabkan 3 wisatawan meninggal dunia dalam bencana alam. (bam/han)