MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menjelang diumumkannya secara resmi Danau Toba menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG) di Paris, Prancisn
April 2020 mendatang, Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT) saat ini fokus mengembangkan 16 geosite di kawasan Danau Toba. Diharapkan, setelah ditetapkan menjadi anggota UGG, danau terbesar di Asia Tenggara itu semakin tumbuh.
Menurut Dirut BOPDT, Arie Prasetyo, dengan ditetapkannya Danau Toba sebagai anggota UGG akan memberi dampak positif bagi perkembangan pariwisata di kawasan tersebut. Pastinya, dapat mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. “Sejauh ini masih tetap on track, tanggal (pengumuman) belum tahu pasti. Tapi, Bulan April 2020 Danau Toba akan ditetapkan menjadi anggota resmi di dalam sidang konferensi internasional UNESCO di Paris,” sebut Arie.
Kata Arie, Danau Toba menjadi anggota UGG merupakan kabar baik. Dimana, keuniakan dari biodiversity, geodiversity dan culture di Danau Toba, menjadi sesuatu sangat unik. Dia juga menyebutkan, untuk menjadi anggota UGG, tidak mudah. Karena memerlukan waktu cukup lama sejak diajukan pada tahun 2011 ke UNESCO. Namun, persetujuan baru didapat pada acara The 6th Asia Pasicific Geoprak Network (APGN) Symposium yang digelar di Rinjani Lombok, 1 September 2019, lalu.
Arie menjelaskan, ada beberapa goesite dalam penilai UGG di Danau Toba untuk mewakali biodiversity, geodiversity dan culture di Danau Toba. Hal itu yang menjadikan salah satu danau vulkanik terbesar di dunia tersebut, layak menyandang sebagai warisan dunia dan tetap harus dilestarikan.
“Ada 16 geosite yang diusulkan waktu itu, dan kami sudah koordinasikan juga dengan Pemerintah Provinsi Sumut untuk fokus dalam pengembangan 16 geosite ini. Sehingga setelah ditetapkan menjadi anggota UNESCO Global Geopark agar Danau Toba makin tumbuh,” harap Arie.
Disebutnya, ke-16 geosite di Kawasan Danau Toba tersebut, yakni Tongging Sipisopiso, Silalahi Sabungan, Haranggaol, Sibaganding – Parapat, Taman Eden, Balige-Liang Sipege–Meat, Situmurun-Blok Uluan, Hutaginjang.
Kemudian, Muara-Sibandang, Sipinsur-Bakti Raja, Bakkara-Tipang, Tele-Pangururan, Pusuk Buhit, Hutatinggi-Sidihoni, Simanindo – Batu Hoda, Ambarita – Tuktuk – Tomok. “16 geosite ini kami anggap mewakili dari keanekaragaman yang ada di Danau Toba,” jelas Arie.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia melalui BOPDT dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan pembangunan infrastruktur di kawasan Danau Toba. Hal tersebut, sebagai bentuk mendukung Danau Toba menjadi objek wisata internasional dan super prioritas. “Mereka bisa memulai belajar secara formal di institusi pariwisata sehingga proyek ini selesai pada tahun 2022 dan 2023 sudah ada hotel yang beroperasi mereka bisa jadi bagian dalam proyek ini,” tutur Arie.
Pemerintah Indonesia tengah melakukan pembangunan Toba Caldera Resort (TCR). Bila rampung, akan menyerap begitu banyak tenaga kerja. Kemudian, masyarakat juga bisa menyalurkan berbgai produk kreatif untuk dipasarkan. Misalnya kerajinan tangan, produk kuliner hingga pertunjukan seni budaya. “Nanti kita akan kurasikan. Kita tingkatkan kualitasnya supaya bisa ditampilkan. Kita ingin masyarakat tampil di situ. Masyarakat juga harus punya rasa memiliki terhadap proyek ini,” pungkasnya.(gus)