32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Jual Baju yang Bahan Kaosnya dari Medan

Mengunjungi Petaling Street alias Chinatown di Malaysia

Petaling Street memiliki kesan tersendiri bagi para pelancong. Kawasan ini sangat strategis dan terletak tepat di jantung Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagian besar orang-orangnya merupakan warga keturunan China. Maka, tak salah kalau kawasan ini disebut dengan Chinatown.

Farida Noris Ritonga, Kuala Lumpur

Kebetulan Sumut Pos bersama rombongan Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Medan menginap disalah satu hotel dikawasan ini. Nah, siangnya kesempatan melihat kawasan tersebut langsung Sumut Pos sambar.

Mayoritas bangunan di Petaling Street adalah bangunan kuno yang dijadikan tempat tinggal serta berdagang. Jalanannya dipenuhi oleh para pedagang kaki lima. Namun di kota ini, aktivitas mulai berjalan pada pukul 11.00 pagi hingga pukul 11.00 malam. Jadi jangan harap bisa melihat kesibukan di pagi hari, karena saat itu, toko ataupun tempat perbelanjaan masih tutup.

“Di sini, banyak bangunan kuno. Oleh pemerintah setempat, bangunan ini harus dijaga dan tidak boleh dirobohkan. Padahal bangunannya tak terawat dan membahayakan orang di sekitarnya. Pernah suatu kali salah satu bangunannya roboh, untungnya saat itu tidak ada seorang pun dilokasi itu, karena para pedagangnya sudah pulang. Kalau tidak pasti ada yang matilah,” kata Pong Ten Coi (43) salah seorang pedagang di Petaling Street.

Uniknya, kawasan ini mulai hidup saat petang hingga menjelang malam. Suasana Chinatown-nya juga baru terasa pada malam hari. Para pedagang mulai menjajakan barang-barang mereka di sepanjang jalan. Lampu-lampu yang terang dengan khas Chinanya turut meramaikan kawasan ini. Bahkan, lambat laun para pelancong dari berbagai negara pun menyesaki tempat ini.

Bertahun-tahun lamanya, kata Pong Ten Coi, Petaling Street menjadi pusat bisnis dan pelestarian tradisi warga China di Malaysia. Petaling Street juga dikenal dengan tempat perbelanjaannya yang murah namun berkualitas rendah. “Artinya, segala macam barang bermerek dijual di sini, namun barang tersebut bukan asli tapi tiruan alias palsu. Berbagai macam barang-barang yang biasanya dijadikan sebagai oleh-oleh seperti miniatur petronas dan berbagai aksesoris lainnya juga dapat ditemukan di sini. Bahkan bahan baju kaosnya saja didatangkan dari Medan, tinggal kita sablon saja mau ada gambar khas Malaysia atau lainnya,” terangnya lagi.

Puluhan restoran dan warung makanan khas China ada di kawasan ini. Selain itu, ada juga toko yang menjual berbagai perlengkapan sembayang warga China dan beberapa kios lainnya. Hotel-hotel kecil dengan tarif yang lumayan murah juga banyak di kawasan ini. Semakin jauh berjalan, maka beberapa bangunan kuno seperti Lee Rubber building, Kwong Siew Association, Sri Maha Mariammam Temple, the Old High Street Police Station, the Old Victoria institution, dan lainnya turut menambah daya eksotik Petaling Street.

Karena kawasannya yang sebagian besar dihuni oleh warga keturunan China, maka bagi yang beragama Islam tentunya harus berpikir beberapa kali untuk menyicipi makanan di kawasan ini. Untuk itu, kita harus berjalan beberapa kilometer hanya untuk mencari restoran yang menjual masakan Melayu. “Kalau bukan muslim, ada baiknya mencoba masakan di sini karena selain enak harganya juga terjangkau,” tambah Pong Ten Coi.

Pong Ten Coi sendiri sudah tujuh tahun lebih berdagang di kawasan Petaling Street. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya mendagangkan berbagai aksesoris khas Malaysia. “Seharian penuh harus berdagang disini. Tak ada waktu bersantai-santai. Karena uang yang kita peroleh hari ini hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan besoknya. Kalau dagangan kita kurang laris, terpaksa ngutang kesana-kemari,” ujarnya.

Namun begitu, sampah berserakan menjadi masalah di tempat ini. Berkarung-karung sampah bertumpuk di tiap sudut bangunannya. Kalau pagi memang ada truk pengangkut sampah, tapi begitupun tetap saja banyak berserakan kita lihat. Di kawasan ini, kita harus jaga barang yang dibawa karena tergolong kurang aman. Apalagi karena banyaknya pelancong, jadi kita takut banyak pencopet. Lebih baik tak usah berpenampilan menyolok lah,” pungkasnya. (*)

Mengunjungi Petaling Street alias Chinatown di Malaysia

Petaling Street memiliki kesan tersendiri bagi para pelancong. Kawasan ini sangat strategis dan terletak tepat di jantung Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagian besar orang-orangnya merupakan warga keturunan China. Maka, tak salah kalau kawasan ini disebut dengan Chinatown.

Farida Noris Ritonga, Kuala Lumpur

Kebetulan Sumut Pos bersama rombongan Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Medan menginap disalah satu hotel dikawasan ini. Nah, siangnya kesempatan melihat kawasan tersebut langsung Sumut Pos sambar.

Mayoritas bangunan di Petaling Street adalah bangunan kuno yang dijadikan tempat tinggal serta berdagang. Jalanannya dipenuhi oleh para pedagang kaki lima. Namun di kota ini, aktivitas mulai berjalan pada pukul 11.00 pagi hingga pukul 11.00 malam. Jadi jangan harap bisa melihat kesibukan di pagi hari, karena saat itu, toko ataupun tempat perbelanjaan masih tutup.

“Di sini, banyak bangunan kuno. Oleh pemerintah setempat, bangunan ini harus dijaga dan tidak boleh dirobohkan. Padahal bangunannya tak terawat dan membahayakan orang di sekitarnya. Pernah suatu kali salah satu bangunannya roboh, untungnya saat itu tidak ada seorang pun dilokasi itu, karena para pedagangnya sudah pulang. Kalau tidak pasti ada yang matilah,” kata Pong Ten Coi (43) salah seorang pedagang di Petaling Street.

Uniknya, kawasan ini mulai hidup saat petang hingga menjelang malam. Suasana Chinatown-nya juga baru terasa pada malam hari. Para pedagang mulai menjajakan barang-barang mereka di sepanjang jalan. Lampu-lampu yang terang dengan khas Chinanya turut meramaikan kawasan ini. Bahkan, lambat laun para pelancong dari berbagai negara pun menyesaki tempat ini.

Bertahun-tahun lamanya, kata Pong Ten Coi, Petaling Street menjadi pusat bisnis dan pelestarian tradisi warga China di Malaysia. Petaling Street juga dikenal dengan tempat perbelanjaannya yang murah namun berkualitas rendah. “Artinya, segala macam barang bermerek dijual di sini, namun barang tersebut bukan asli tapi tiruan alias palsu. Berbagai macam barang-barang yang biasanya dijadikan sebagai oleh-oleh seperti miniatur petronas dan berbagai aksesoris lainnya juga dapat ditemukan di sini. Bahkan bahan baju kaosnya saja didatangkan dari Medan, tinggal kita sablon saja mau ada gambar khas Malaysia atau lainnya,” terangnya lagi.

Puluhan restoran dan warung makanan khas China ada di kawasan ini. Selain itu, ada juga toko yang menjual berbagai perlengkapan sembayang warga China dan beberapa kios lainnya. Hotel-hotel kecil dengan tarif yang lumayan murah juga banyak di kawasan ini. Semakin jauh berjalan, maka beberapa bangunan kuno seperti Lee Rubber building, Kwong Siew Association, Sri Maha Mariammam Temple, the Old High Street Police Station, the Old Victoria institution, dan lainnya turut menambah daya eksotik Petaling Street.

Karena kawasannya yang sebagian besar dihuni oleh warga keturunan China, maka bagi yang beragama Islam tentunya harus berpikir beberapa kali untuk menyicipi makanan di kawasan ini. Untuk itu, kita harus berjalan beberapa kilometer hanya untuk mencari restoran yang menjual masakan Melayu. “Kalau bukan muslim, ada baiknya mencoba masakan di sini karena selain enak harganya juga terjangkau,” tambah Pong Ten Coi.

Pong Ten Coi sendiri sudah tujuh tahun lebih berdagang di kawasan Petaling Street. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya mendagangkan berbagai aksesoris khas Malaysia. “Seharian penuh harus berdagang disini. Tak ada waktu bersantai-santai. Karena uang yang kita peroleh hari ini hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan besoknya. Kalau dagangan kita kurang laris, terpaksa ngutang kesana-kemari,” ujarnya.

Namun begitu, sampah berserakan menjadi masalah di tempat ini. Berkarung-karung sampah bertumpuk di tiap sudut bangunannya. Kalau pagi memang ada truk pengangkut sampah, tapi begitupun tetap saja banyak berserakan kita lihat. Di kawasan ini, kita harus jaga barang yang dibawa karena tergolong kurang aman. Apalagi karena banyaknya pelancong, jadi kita takut banyak pencopet. Lebih baik tak usah berpenampilan menyolok lah,” pungkasnya. (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/