30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Siapa Sih yang Mau Berwisata ke Lokasi yang Susah Dijangkau?

Foto: Padang Ekspres/JPG Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT Semen Padang, Ampri Setyawan, didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis, menerima cindera mata dari Ketua Forum Pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera, usai menjadi pemateri dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5).
Foto: Padang Ekspres/JPG
Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT Semen Padang, Ampri Setyawan, didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis, menerima cindera mata dari Ketua Forum Pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera, usai menjadi pemateri dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5).

Persoalan mendasar objek wisata di Sumatera Barat, bahkan di Indonesia, adalah buruknya infrastruktur. Pesona alamnya belum dibarengi kemudahan akses menuju lokasi wisata. Bukan saja akses jalan, tapi juga keberadaan air bersih dan toilet di lokasi wisata.

—————————–
Ganda Cipta—Padang
—————————–

KOMITMEN pemerintah daerah membangun industri pariwisata, belum terlihat dari wajah objek-objek wisata di seantero Nusantara. Lokasi wisata identik dengan jalannya yang kecil, minim air bersih dan toilet, lokasinya yang tersuruk.

Gambaran minor tentang objek wisata itu nyaris terjadi di semua daerah. Tak hanya di Sumbar, tapi juga di Sumatera Utara, Riau, Aceh, Kepulauan Riau dan provinsi lainnya di Sumatera.

Inilah tantangan sekaligus peluang yang sedianya digarap PT Semen Padang. Di tengah komitmen pemerintah membangun infrastruktur daerah tujuan wisata hingga lima tahun ke depan, perusahaan semen tertua di Indonesia ini siap mengambil peran.

Dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera bersama manajemen PT Semen Padang di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5), tidak dinafikan bila sebagian besar objek wisata di Sumatera belum didukung kondisi infrastruktur yang memadai.

Diskusi itu dihadiri Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT SP, Ampri Setyawan didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis. Para pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera tidak menampik bila masih rendahnya itikad dan kemauan politik kepala daerah fokus membangun industri pariwisata.

Mujur, komitmen kuat kini datang dari Kementerian Pariwisata. Saat ini, kementerian yang dipimpin Arief Yahya itu, jor-joran menggelontorkan anggaran ke daerah untuk membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) di daerah-daerah wisata.

“Sayangnya, komitmen Kemenpar terkadang terhambat oleh kinerja pemda yang lamban membebaskan lahan. Akibatnya, pembangunan infrastruktur pariwisata cenderung lamban,” kata Pemred Riau Pos, Asmawi.

Ampri Setyawan menyatakan PT SP siap bergandeng tangan dengan pemda di Sumatera untuk mengembangkan infrastruktur objek wisata unggulan di daerah masing-masing. “Program pemerintah yang tahun ini gencar membangun infrastruktur di Sumatera, bagaimanapun menjadi tantangan bagi kami. Sebagai BUMN, Semen Padang harus mengambil peran lebih,” kata Ampri.

Sebagai penguasa pasar Sumatera, Ampri mengakui PT SP memiliki tanggung jawab moral turut membangun infrastruktur pariwisata di wilayah pasarnya. “Ini juga menjadi tanggung jawab media agar terus mendorong pemda masing-masing membangun infrastuktur pariwisatanya,” tambah Iskandar Lubis dalam diskusi yang dipandu Pemred Padang Ekspres Nashrian Bahzein.

Iskandar Lubis mencontohkan Malaysia yang konsisten menjadikan pariwisata sebagai sektor primadona. Seluruh objek wisata di Malaysia, mudah diakses dan nyaman dikunjungi karena didukung infrastruktur yang memadai.

“Sebut saja di Ipoh. Hanya dua jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur International Airport, kita sudah sampai di lokasi wisatanya. Kalau sudah begitu, tentu wisatawan aman dan nyaman berkunjung ke situ. Bayangkan, menuju lokasi wisata bisa melewati jalan tol. Makanya saya berani mengizinkan anak saya yang masih SMA pergi sendiri ke Ipoh,” tutur Iskandar.

Bandingkan dengan Indonesia, khususnya di Sumatera, yang memiliki destinasi wisata jauh lebih banyak dan lebih baik dari Malaysia. Sebagian besar masih terkendala infrastruktur.

“Saya ragu para orangtua di Malaysia mengizinkan anak-anaknya berwisata sendirian ke Sumatera. Persoalannya sederhana. Indonesia, khususnya Sumatera tidak memiliki infrastruktur seperti di Malaysia, bisa memudahkan wisatawan sampai pada suatu tempat secara aman,” ujarnya.

Soal infrastruktur yang kurang maksimal di Sumatera itu, dia contohkan jalan dari Padang menuju salah satu objek wisata terkenal di Indonesia, Danau Toba. Via Padangsidempuan dan Sibolga yang merupakan jalan lintas Sumatera, mobil sulit berselisih karena sempit.

“Sudahlan jalan sempit, sesampai di lokasi wisata tidak ada pula toilet atau tempat ganti baju. Coba kalau keindahan alam atau kekayaan wisata di negeri ini didukung infrastuktur yang bagus, tentu bisa dinikmati siapa pun dengan mudah dan murah. Siapa sih yang mau berwisata ke lokasi yang susah dijangkau?” ucapnya.

Berkembangnya sektor pariwisata erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Inilah yang membuat Malaysia pernah ditempatkan sebagai destinasi kedua terbaik di Asia dan mengalahkan Indonesia.

“Sebenarnya, semua ini sudah diketahui sejak lama. Ibarat perang, persoalan yang terlebih dahulu diamankan adalah jalur logistiknya. Dalam pembangunan sektor pariwisata, perlu dimantapkan pembangunan infrastrukturnya,” jelas Iskandar.

Foto: Padang Ekspres/JPG Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT Semen Padang, Ampri Setyawan, didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis, menerima cindera mata dari Ketua Forum Pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera, usai menjadi pemateri dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5).
Foto: Padang Ekspres/JPG
Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT Semen Padang, Ampri Setyawan, didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis, menerima cindera mata dari Ketua Forum Pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera, usai menjadi pemateri dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5).

Persoalan mendasar objek wisata di Sumatera Barat, bahkan di Indonesia, adalah buruknya infrastruktur. Pesona alamnya belum dibarengi kemudahan akses menuju lokasi wisata. Bukan saja akses jalan, tapi juga keberadaan air bersih dan toilet di lokasi wisata.

—————————–
Ganda Cipta—Padang
—————————–

KOMITMEN pemerintah daerah membangun industri pariwisata, belum terlihat dari wajah objek-objek wisata di seantero Nusantara. Lokasi wisata identik dengan jalannya yang kecil, minim air bersih dan toilet, lokasinya yang tersuruk.

Gambaran minor tentang objek wisata itu nyaris terjadi di semua daerah. Tak hanya di Sumbar, tapi juga di Sumatera Utara, Riau, Aceh, Kepulauan Riau dan provinsi lainnya di Sumatera.

Inilah tantangan sekaligus peluang yang sedianya digarap PT Semen Padang. Di tengah komitmen pemerintah membangun infrastruktur daerah tujuan wisata hingga lima tahun ke depan, perusahaan semen tertua di Indonesia ini siap mengambil peran.

Dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera bersama manajemen PT Semen Padang di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5), tidak dinafikan bila sebagian besar objek wisata di Sumatera belum didukung kondisi infrastruktur yang memadai.

Diskusi itu dihadiri Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT SP, Ampri Setyawan didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis. Para pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera tidak menampik bila masih rendahnya itikad dan kemauan politik kepala daerah fokus membangun industri pariwisata.

Mujur, komitmen kuat kini datang dari Kementerian Pariwisata. Saat ini, kementerian yang dipimpin Arief Yahya itu, jor-joran menggelontorkan anggaran ke daerah untuk membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) di daerah-daerah wisata.

“Sayangnya, komitmen Kemenpar terkadang terhambat oleh kinerja pemda yang lamban membebaskan lahan. Akibatnya, pembangunan infrastruktur pariwisata cenderung lamban,” kata Pemred Riau Pos, Asmawi.

Ampri Setyawan menyatakan PT SP siap bergandeng tangan dengan pemda di Sumatera untuk mengembangkan infrastruktur objek wisata unggulan di daerah masing-masing. “Program pemerintah yang tahun ini gencar membangun infrastruktur di Sumatera, bagaimanapun menjadi tantangan bagi kami. Sebagai BUMN, Semen Padang harus mengambil peran lebih,” kata Ampri.

Sebagai penguasa pasar Sumatera, Ampri mengakui PT SP memiliki tanggung jawab moral turut membangun infrastruktur pariwisata di wilayah pasarnya. “Ini juga menjadi tanggung jawab media agar terus mendorong pemda masing-masing membangun infrastuktur pariwisatanya,” tambah Iskandar Lubis dalam diskusi yang dipandu Pemred Padang Ekspres Nashrian Bahzein.

Iskandar Lubis mencontohkan Malaysia yang konsisten menjadikan pariwisata sebagai sektor primadona. Seluruh objek wisata di Malaysia, mudah diakses dan nyaman dikunjungi karena didukung infrastruktur yang memadai.

“Sebut saja di Ipoh. Hanya dua jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur International Airport, kita sudah sampai di lokasi wisatanya. Kalau sudah begitu, tentu wisatawan aman dan nyaman berkunjung ke situ. Bayangkan, menuju lokasi wisata bisa melewati jalan tol. Makanya saya berani mengizinkan anak saya yang masih SMA pergi sendiri ke Ipoh,” tutur Iskandar.

Bandingkan dengan Indonesia, khususnya di Sumatera, yang memiliki destinasi wisata jauh lebih banyak dan lebih baik dari Malaysia. Sebagian besar masih terkendala infrastruktur.

“Saya ragu para orangtua di Malaysia mengizinkan anak-anaknya berwisata sendirian ke Sumatera. Persoalannya sederhana. Indonesia, khususnya Sumatera tidak memiliki infrastruktur seperti di Malaysia, bisa memudahkan wisatawan sampai pada suatu tempat secara aman,” ujarnya.

Soal infrastruktur yang kurang maksimal di Sumatera itu, dia contohkan jalan dari Padang menuju salah satu objek wisata terkenal di Indonesia, Danau Toba. Via Padangsidempuan dan Sibolga yang merupakan jalan lintas Sumatera, mobil sulit berselisih karena sempit.

“Sudahlan jalan sempit, sesampai di lokasi wisata tidak ada pula toilet atau tempat ganti baju. Coba kalau keindahan alam atau kekayaan wisata di negeri ini didukung infrastuktur yang bagus, tentu bisa dinikmati siapa pun dengan mudah dan murah. Siapa sih yang mau berwisata ke lokasi yang susah dijangkau?” ucapnya.

Berkembangnya sektor pariwisata erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Inilah yang membuat Malaysia pernah ditempatkan sebagai destinasi kedua terbaik di Asia dan mengalahkan Indonesia.

“Sebenarnya, semua ini sudah diketahui sejak lama. Ibarat perang, persoalan yang terlebih dahulu diamankan adalah jalur logistiknya. Dalam pembangunan sektor pariwisata, perlu dimantapkan pembangunan infrastrukturnya,” jelas Iskandar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/