29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bagai Menghuni Pulau Pribadi

Tak salah bila ada menyebut Aceh punya segalanya. Dari wisata sejarah, pantai eksotis, wisata bawah laut, hingga kuliner yang kaya rasa. Sederet pujian itu semakin lengkap saat menyusuri sebuah tempat wisata di Aceh bernama Pulo Batee. 

Pulo Batee
Pulo Batee

KALI ini travelista akan diajak berkelana menyusuri Pulo Batee di Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau alami dengan luas ‘hanya’  70 hektare ini menawarkan konsep bagi wisatawan yang ingin mendapat pengalaman berlibur yang berbeda dibandingkan liburan serupa di tempat lain.
Pulau ini hanya dihuni satwa liar, seperti burung elang laut, batu-batuan, lokasi penyelaman (diving) yang indah, dan kesunyian yang menggetarakan hati. Tempat ini semakin ‘nikmat’ lantaran wisatawan masih sedikit. Pulo Batee bagai pulau sendiri saja karena tak ada wisatawan lain.

Heinrico Hardi, anggota Asosiasi Fotografer Sumut, dan empat rekannya mengeksporasi Pulo Batee pada tahun lalu. Selain berwisata di lokasi yang jauh dari kebisingan kota, para fotografer amatir itu ingin berbaur dengan alam selama empat hari.

Pulo Batee berarti Pulau Batu, yang merupakan sebuah atol yang terletak di ujung Pulau Sumatera. Konon ceritanya, Pulo Batee merupakan pulau pribadi yang tidak berpenduduk dengan luar sekitar 70-100 hektare. Pulau warisan dari keluarga Teuku Teungoh Meuraxa ini berada di Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.

Pulau yang masih sangat alami (natural) ini menawarkan konsep bagi wisatawan yang ingin berlibur yang pastinya sangat berbeda dengan berlibur di tempat manapun. Di pulau ini hanya dihuni oleh satwa liar, seperti babi hutan, burung elang laut, serta ada sapi dan anjing.

Pulau yang merupakan warisan keluarga ini sudah ramai dikunjungi turis manca negara. Mereka mengetahui tentang pulau ini dari cerita ke cerita baik dari komunitas turis backpacker di Bukit Lawang, Sumut atau Pulau Sabang, Aceh.

Mencapai Pulo Batee bukan perjalanan yang susah. Jika dari Kota Medan bisa menggunakan penerbangan atau bus kelas wisata jurusan Medan-Banda Aceh dengan ongkos sebesar Rp150 ribu per orang. Waktu tempuhnya sekitar delapan jam perjalanan. Untuk wisman dari Malaysia, misalnya, bisa langsung ke Banda Aceh melalui Kuala Lumpur dengan menumpang pesawat Air Asia.

Setelah tiba di Banda Aceh, kita menuju Pelabuhan Ulee Lheue untuk menyewa perahu bermotor milik nelayan. Dari pelabuhan ini kita dibawa ke Pulo Batee. Kata Heinrico, untuk menyewa perahu dikenakan ongkos Rp400 ribu untuk satu perahu bermotor dengan muatan delapan orang. Waktu tempuh hingga ke tiba di tempat tujuan sekitar 15-20 menit, tergantung cuaca saat itu. Sayangnya berwisata ke pulau ini tak ada pelayaran khusus sehingga pengunjung harus menyewa perahu sendiri.

Pulau yang juga tercatat warisan keluarga ini dikatakan penduduk setempat sudah mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal dan asing. Heinrico dkk tahu pulau ini dari obrolan dengan para sesama penyuka wisata bermodal ransel alias backpacker.

Pulo Batee berkembang secara natural, dan dijadikan cagar alam karena di lokasi ini kelompok penyu bertelur setiap tahun. ‘’Meskipun rasanya seperti terisolir tak usah khawatir,’’ tukas Heinrico. Sebab banyak tersedia lokasi penginapan (pemondokan) dengan fasilitas yang oke. Sinyal jaringan seluler juga cukup kuat.

Pulo Batee adalah ‘surga’ bagi penikmat aktivitas wisata pantai, semisal diving atau fishing. Kalau mau lebih mengeksplorasi kawasan laut ada taman karang yang cukup indah untuk dinikmati mata.

Keindahan hutan yang perawan, garis pantai yang indah, dan deretan pulau di sekitar Pulo Batee membuat rasa dahaga Heinrico dkk untuk mengabadikan momen indah dalam rana kamera seakan terpuaskan. “Kalau di sana kami memang lebih banyak hunting foto karena alamnya masih perawan,”ucapnya.
Khusus wisata bawah laut (diving) ada penyewaan peralatan tabung oksigen seharga Rp500 ribu. Di dalam laut  wisatawan bisa langsung mengamati kehidupan penyu laut, ikan hiu, pari bertandung, barak kuda, serta binatang-binatang lain yang menyebar di Pulo Batee.

Saat berbincang dengan Sumut Pos, pengelola sekaligus pemilik Pulo Batee, Andy Muzani menjelaskan, Pulo Batee dikonsep layaknya ‘private Island’ atau pulau sendiri. Wisman merasakan seperti berlibur di pulau sendiri.

Bagi yang ingin menginap sebaiknya cepat membooking pulau tersebut. Setelah ada bookingan, orang lain tak diperkenankan masuk karena harus menunggu wisatawan sebelumnya keluar. “Hanya dengan biaya Rp500 ribu bisa menginap sampai puas,” ucapnya. Alasan orang lain tak boleh masuk, selain ciri khas, juga karena pulau ini tak terlalu besar. “Pulau ini kan milik keluarga. Terlalu kecil bila dihuni banyak wisatawan,” ujarnya. (ban)
Walaupun rasanya seperti terisolir, jangan khawatir anda mendapat sinyal full GSM disini. Jadi bisa tetap online dan sekedar narsis buat Facebook-an atau Twitter-an.

Di Pulo Batee, kita dapat menikmati beragam aktifitas wisata pantai seperti snorkling, diving dan fishing. Taman karang di sekitar Pulo Batee cukup indah untuk dijelajahi. Misalnya, kita bisa berburu babi liar ditemani anjing-anjing peliharaan terlatih. Juga hiking, mini jungle tracking serta yang berpengalaman dapat menyelusuri gua-gua di bawah lautnya.

Pulo Batee yang pada tahun 1995 masih menjadi areal kebun kelapa ini memang layak dikunjungi oleh pecinta travel di manapun. (ban)

Tak salah bila ada menyebut Aceh punya segalanya. Dari wisata sejarah, pantai eksotis, wisata bawah laut, hingga kuliner yang kaya rasa. Sederet pujian itu semakin lengkap saat menyusuri sebuah tempat wisata di Aceh bernama Pulo Batee. 

Pulo Batee
Pulo Batee

KALI ini travelista akan diajak berkelana menyusuri Pulo Batee di Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau alami dengan luas ‘hanya’  70 hektare ini menawarkan konsep bagi wisatawan yang ingin mendapat pengalaman berlibur yang berbeda dibandingkan liburan serupa di tempat lain.
Pulau ini hanya dihuni satwa liar, seperti burung elang laut, batu-batuan, lokasi penyelaman (diving) yang indah, dan kesunyian yang menggetarakan hati. Tempat ini semakin ‘nikmat’ lantaran wisatawan masih sedikit. Pulo Batee bagai pulau sendiri saja karena tak ada wisatawan lain.

Heinrico Hardi, anggota Asosiasi Fotografer Sumut, dan empat rekannya mengeksporasi Pulo Batee pada tahun lalu. Selain berwisata di lokasi yang jauh dari kebisingan kota, para fotografer amatir itu ingin berbaur dengan alam selama empat hari.

Pulo Batee berarti Pulau Batu, yang merupakan sebuah atol yang terletak di ujung Pulau Sumatera. Konon ceritanya, Pulo Batee merupakan pulau pribadi yang tidak berpenduduk dengan luar sekitar 70-100 hektare. Pulau warisan dari keluarga Teuku Teungoh Meuraxa ini berada di Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.

Pulau yang masih sangat alami (natural) ini menawarkan konsep bagi wisatawan yang ingin berlibur yang pastinya sangat berbeda dengan berlibur di tempat manapun. Di pulau ini hanya dihuni oleh satwa liar, seperti babi hutan, burung elang laut, serta ada sapi dan anjing.

Pulau yang merupakan warisan keluarga ini sudah ramai dikunjungi turis manca negara. Mereka mengetahui tentang pulau ini dari cerita ke cerita baik dari komunitas turis backpacker di Bukit Lawang, Sumut atau Pulau Sabang, Aceh.

Mencapai Pulo Batee bukan perjalanan yang susah. Jika dari Kota Medan bisa menggunakan penerbangan atau bus kelas wisata jurusan Medan-Banda Aceh dengan ongkos sebesar Rp150 ribu per orang. Waktu tempuhnya sekitar delapan jam perjalanan. Untuk wisman dari Malaysia, misalnya, bisa langsung ke Banda Aceh melalui Kuala Lumpur dengan menumpang pesawat Air Asia.

Setelah tiba di Banda Aceh, kita menuju Pelabuhan Ulee Lheue untuk menyewa perahu bermotor milik nelayan. Dari pelabuhan ini kita dibawa ke Pulo Batee. Kata Heinrico, untuk menyewa perahu dikenakan ongkos Rp400 ribu untuk satu perahu bermotor dengan muatan delapan orang. Waktu tempuh hingga ke tiba di tempat tujuan sekitar 15-20 menit, tergantung cuaca saat itu. Sayangnya berwisata ke pulau ini tak ada pelayaran khusus sehingga pengunjung harus menyewa perahu sendiri.

Pulau yang juga tercatat warisan keluarga ini dikatakan penduduk setempat sudah mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal dan asing. Heinrico dkk tahu pulau ini dari obrolan dengan para sesama penyuka wisata bermodal ransel alias backpacker.

Pulo Batee berkembang secara natural, dan dijadikan cagar alam karena di lokasi ini kelompok penyu bertelur setiap tahun. ‘’Meskipun rasanya seperti terisolir tak usah khawatir,’’ tukas Heinrico. Sebab banyak tersedia lokasi penginapan (pemondokan) dengan fasilitas yang oke. Sinyal jaringan seluler juga cukup kuat.

Pulo Batee adalah ‘surga’ bagi penikmat aktivitas wisata pantai, semisal diving atau fishing. Kalau mau lebih mengeksplorasi kawasan laut ada taman karang yang cukup indah untuk dinikmati mata.

Keindahan hutan yang perawan, garis pantai yang indah, dan deretan pulau di sekitar Pulo Batee membuat rasa dahaga Heinrico dkk untuk mengabadikan momen indah dalam rana kamera seakan terpuaskan. “Kalau di sana kami memang lebih banyak hunting foto karena alamnya masih perawan,”ucapnya.
Khusus wisata bawah laut (diving) ada penyewaan peralatan tabung oksigen seharga Rp500 ribu. Di dalam laut  wisatawan bisa langsung mengamati kehidupan penyu laut, ikan hiu, pari bertandung, barak kuda, serta binatang-binatang lain yang menyebar di Pulo Batee.

Saat berbincang dengan Sumut Pos, pengelola sekaligus pemilik Pulo Batee, Andy Muzani menjelaskan, Pulo Batee dikonsep layaknya ‘private Island’ atau pulau sendiri. Wisman merasakan seperti berlibur di pulau sendiri.

Bagi yang ingin menginap sebaiknya cepat membooking pulau tersebut. Setelah ada bookingan, orang lain tak diperkenankan masuk karena harus menunggu wisatawan sebelumnya keluar. “Hanya dengan biaya Rp500 ribu bisa menginap sampai puas,” ucapnya. Alasan orang lain tak boleh masuk, selain ciri khas, juga karena pulau ini tak terlalu besar. “Pulau ini kan milik keluarga. Terlalu kecil bila dihuni banyak wisatawan,” ujarnya. (ban)
Walaupun rasanya seperti terisolir, jangan khawatir anda mendapat sinyal full GSM disini. Jadi bisa tetap online dan sekedar narsis buat Facebook-an atau Twitter-an.

Di Pulo Batee, kita dapat menikmati beragam aktifitas wisata pantai seperti snorkling, diving dan fishing. Taman karang di sekitar Pulo Batee cukup indah untuk dijelajahi. Misalnya, kita bisa berburu babi liar ditemani anjing-anjing peliharaan terlatih. Juga hiking, mini jungle tracking serta yang berpengalaman dapat menyelusuri gua-gua di bawah lautnya.

Pulo Batee yang pada tahun 1995 masih menjadi areal kebun kelapa ini memang layak dikunjungi oleh pecinta travel di manapun. (ban)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/