30 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Senang saat Terjungkal Gaya Superman

F: Riza Budiwan Blank Bike belah hutan Sibolangit Bingkawan.
F: Riza Budiwan
Blank Bike belah hutan Sibolangit Bingkawan.

Membelah hutan rute Sibolangit-Sembahe memang sangat menyenangkan. Dengan kondisi hutan berlumpur setelah hujan, terjungkal pun tidak bisa dihindari. Seperti Superman yang sedang terbang.

 

RIZA BUDIWAN – Sibolangit

 

Sabtu, 5 Oktober 2013 kemarin, kami berikrar bakal ‘main’ alias gowes membelah hutan Sibolangit-Sembahe. Rute yang berjarak sekitar 45 kilometer ini pun disepakati untuk dijajal. Janji pun dipadukan,  Minggu (6/10) sekira pukul 07.00 WIB, komunitas yang diberi nama Blank Bike pun berkumpul di depan Koncho Brother. Dedy Airbush yang akrap disapa Gimbal ini langsung menghubungi penulis menanyakan kabar. “Gimana genk, jadi ‘main’ hari inikan,”katanya di ujung telepon.

Penulis pun langsung mengiyakan, pertanyaan tadi. Tepat sekira pukul 6.45 WIB, penulis pun tiba di lokasi yang dijanjikan. Ternyata anggota Blank Bike yang terdiri dari, Darta, Dedi (Gimbal), Budenk, Ilham, Didan, Joan, Andre dan Bang Darius  sudah tiba.

Dengan armada mobil pikup carteran, sepeda pun kami naikkan ke mobil dan diikat sekuatnya. Tepat pukul 07.00 WIB, kami pun menuju ke Sibolangit.

Tiba di bumi perkemahan Sibolangit, armada yang kami tumpangi pun berhenti. Setelah sepeda dituruni dari pikup, masing-masing kru pun mulai memeriksa sepeda masing-masing.”Mana tau ada baut yang lepas atau longgar,”ucap Darta yang dinobatkan sebagai mekanik di dalam tim  Blank Bike.

Ternyata benar saja. Rantai sepeda milik Budenk putus. Dengan cekatan tangan Darta langsung menyambar peralatan yang memang sudah dipersiapkannya dari Medan. Sekitar 10 menit, urusan rantaipun selesai.

Kini tiba saatnya untuk urusan perut. Karena memang dari Medan belum  ada yang ingat dengan urusan lambung ini. Setelah memakan nasi dengan lauk ayam semur dan sebagian lagi menyantap roti, perut pun terasa nyaman. Tidak bergemuruh lagi seperti sebelumnya.

Sebelum adventure, doa pun dimulai. Suasana terasa hening dan hikmat. Begitu Didan mengucapkan doa selesai, suara amin pun muncul bersahut-sahutan.

Sekira pukul 10.15 WIB, adventure dimulai. Tantangan pertama, jalur menanjak dengan kemiringan sekitar 130 derajat. Karena baru start disuguhi tanjangan, kaki pun mulai terasa berat. Disusul dengan napas yang tidak beraturan. Ditambah lagi dengan trek bebatuan yang ukurannya sebesar kepala anak bayi. “Lumayan,” ucapku dalam hati dengan nafas sedikit tersengal-sengal.

Baru berjalan sekitar 15 menit, trek pun berubah. Tiba-tiba dibalik tikungan ada turunan yang kemiringannya mencapai 180 derajat. Jantung sempat berdenyut kencang. Pasalnya, penulis baru kali ini ikut menjajal trek seperti ini. “Saat turunan, jangan pakai rem depan ya Za, pakai rem belakang saja,” ucap Dedi di samping aku. Ilham pun mengingatkan hal yang sama kepada ku.

Dengan hati-hati sepeda diturunkan dengan pelan. Namun, karena kemiringannya yang begitu terjal, laju sepeda pun melaju seperti peluru. Pesan-pesan Dedi pun terngiang di telinga. “Jangan pakai rem depan, pakai rem belakang saja”. Penulis pun mengikuti saran itu.

Alhamdulilah, saran itu ternyata benar. penulis pun tiba dengan selamat di bawah setelah melewati turunan. Namun, tidak sampai di situ, ujian baru pun tiba ketika memasuki hutan. Karena semalam habis hujan, tanah pun menjadi lembek dan becek. Walaupun turunannya tidak securam yang tadi, tapi ban sepeda yang tergabung dalam Blank Bike ini pun jadi licin. Hasilnya, penulis pun harus terbang gaya Superman karena terjungkal. Walaupun wajah harus mencium tanah, namun hati tetap terasa senang. (bersambung)

F: Riza Budiwan Blank Bike belah hutan Sibolangit Bingkawan.
F: Riza Budiwan
Blank Bike belah hutan Sibolangit Bingkawan.

Membelah hutan rute Sibolangit-Sembahe memang sangat menyenangkan. Dengan kondisi hutan berlumpur setelah hujan, terjungkal pun tidak bisa dihindari. Seperti Superman yang sedang terbang.

 

RIZA BUDIWAN – Sibolangit

 

Sabtu, 5 Oktober 2013 kemarin, kami berikrar bakal ‘main’ alias gowes membelah hutan Sibolangit-Sembahe. Rute yang berjarak sekitar 45 kilometer ini pun disepakati untuk dijajal. Janji pun dipadukan,  Minggu (6/10) sekira pukul 07.00 WIB, komunitas yang diberi nama Blank Bike pun berkumpul di depan Koncho Brother. Dedy Airbush yang akrap disapa Gimbal ini langsung menghubungi penulis menanyakan kabar. “Gimana genk, jadi ‘main’ hari inikan,”katanya di ujung telepon.

Penulis pun langsung mengiyakan, pertanyaan tadi. Tepat sekira pukul 6.45 WIB, penulis pun tiba di lokasi yang dijanjikan. Ternyata anggota Blank Bike yang terdiri dari, Darta, Dedi (Gimbal), Budenk, Ilham, Didan, Joan, Andre dan Bang Darius  sudah tiba.

Dengan armada mobil pikup carteran, sepeda pun kami naikkan ke mobil dan diikat sekuatnya. Tepat pukul 07.00 WIB, kami pun menuju ke Sibolangit.

Tiba di bumi perkemahan Sibolangit, armada yang kami tumpangi pun berhenti. Setelah sepeda dituruni dari pikup, masing-masing kru pun mulai memeriksa sepeda masing-masing.”Mana tau ada baut yang lepas atau longgar,”ucap Darta yang dinobatkan sebagai mekanik di dalam tim  Blank Bike.

Ternyata benar saja. Rantai sepeda milik Budenk putus. Dengan cekatan tangan Darta langsung menyambar peralatan yang memang sudah dipersiapkannya dari Medan. Sekitar 10 menit, urusan rantaipun selesai.

Kini tiba saatnya untuk urusan perut. Karena memang dari Medan belum  ada yang ingat dengan urusan lambung ini. Setelah memakan nasi dengan lauk ayam semur dan sebagian lagi menyantap roti, perut pun terasa nyaman. Tidak bergemuruh lagi seperti sebelumnya.

Sebelum adventure, doa pun dimulai. Suasana terasa hening dan hikmat. Begitu Didan mengucapkan doa selesai, suara amin pun muncul bersahut-sahutan.

Sekira pukul 10.15 WIB, adventure dimulai. Tantangan pertama, jalur menanjak dengan kemiringan sekitar 130 derajat. Karena baru start disuguhi tanjangan, kaki pun mulai terasa berat. Disusul dengan napas yang tidak beraturan. Ditambah lagi dengan trek bebatuan yang ukurannya sebesar kepala anak bayi. “Lumayan,” ucapku dalam hati dengan nafas sedikit tersengal-sengal.

Baru berjalan sekitar 15 menit, trek pun berubah. Tiba-tiba dibalik tikungan ada turunan yang kemiringannya mencapai 180 derajat. Jantung sempat berdenyut kencang. Pasalnya, penulis baru kali ini ikut menjajal trek seperti ini. “Saat turunan, jangan pakai rem depan ya Za, pakai rem belakang saja,” ucap Dedi di samping aku. Ilham pun mengingatkan hal yang sama kepada ku.

Dengan hati-hati sepeda diturunkan dengan pelan. Namun, karena kemiringannya yang begitu terjal, laju sepeda pun melaju seperti peluru. Pesan-pesan Dedi pun terngiang di telinga. “Jangan pakai rem depan, pakai rem belakang saja”. Penulis pun mengikuti saran itu.

Alhamdulilah, saran itu ternyata benar. penulis pun tiba dengan selamat di bawah setelah melewati turunan. Namun, tidak sampai di situ, ujian baru pun tiba ketika memasuki hutan. Karena semalam habis hujan, tanah pun menjadi lembek dan becek. Walaupun turunannya tidak securam yang tadi, tapi ban sepeda yang tergabung dalam Blank Bike ini pun jadi licin. Hasilnya, penulis pun harus terbang gaya Superman karena terjungkal. Walaupun wajah harus mencium tanah, namun hati tetap terasa senang. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/