Sedangkan untuk akses darat, sambung Arief, jalan ke Labuan Bajo juga terus diperbaiki. Salah satunya adalah jalan menuju Simpang Pede yang dikenal sebagai pusat kuliner di Labuan Bajo. “Ada pelebaran jalan dari empat meter menjadi delapan meter,” katanya.
Adapun untuk amenitas, kini sedang ada penambahan 400 homestay desa wisata. Yang tak kalah penting, upaya membenahi Labuan Bajo juga dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata.
“Untuk mendukung pengembangan SDM telah terbentuk Akademi Komunitas Pariwisata hasil kerja sama Kemristekdikti, Kemenpar dan pemda,” kata Arief.
Arief mengatakan, NTT juga memiliki atraksi yang menarik Bahkan pada 2017 ini saja ada sejumlah event di NTT. Misalnya, Festival Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba, Parade Pesona Kebangsaan (Bulan Soekarno) dan Tour de Timor di Kemenpar,
Festival Sandelwood merupakan festival 1001 ekor kuda di kabupaten se-Sumba Daratan. Ribuan ekor kuda dan penunggangnya berparade dengan berbagai hiasan dan aksesoris. Para penunggangnya juga memakai berbagai pakaian adat dari 34 provinsi di Indonesia.
Sedangkan Festival Tenun Ikat Sumba juga tak kalah menarik. Apalagi ikat Sumba sudah didaftarkan ke UNESCO sebagai kekayaan milik Indonesia. “Untuk lebih memopulerkan tenun ikat sumba, harus diinkubasi oleh Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif, red) dan melibatkan desainer nasional,” ujar Arief.
NTT juga punya Parade Pesona Kebangsaan (Bulan Soekarno) pada 1 Juni 2017 di Kabupaten Ende. Akan ada parade dengan desainer busana etnik Dian Oerip. Sedangkan untuk karnavalnya akan melibatkan Heru Mataya dan budayawan Taufik Rahzen.
NTT juga punya event sport tourism. Namanya balap sepeda Tour de Timor yang mengambil start di Motaain, Kabupaten Belu dengan garis finis di Kupang. Arief menegaskan, sport tourism memiliki media value lebih tinggi daripada efek langsungnya (direct impact). “Sport tourism juga dijadikan taktik daerah untuk membangun infrastruktur,” ujarnya. (rel)