25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Filosofi Rendang Pikat Forum Gastronomi Dunia, Santan & Cabai untuk….

Rendang, kuliner Indonesia yang masuk daftar makanan terlezat di dunia, memiliki filosofi sendiri.

MADRID, SUMUTPOS.CO – Indonesia menjadi salah satu pembicara pada sesi Gastronomy Network on Succesful Examples dalam Forum Dunia tentang Pariwisata Gastronomi (World Forum on Tourism Gastronomy) yang diselenggarakan UNWTO di kota San Sebastian 7-9 Mei 2017.

Dalam sesi tersebut, Indonesia diwakili oleh Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata RI, Vita Datau Messakh. Dalam paparannya, Vita Datau antara lain menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai target untuk meningkatkan jumlah wisatawan internasional yang berkunjung ke Indonesia, dari 9,3 juta pertahun pada 2014 menjadi 20 juta pada 2019.

Oleh karena itu segala upaya ditempuh oleh Pemerintah Indonesia. Salah satunya dengan menggali kekayaan warisan budaya kuliner sebagai daya tarik destinasi. Sesuai dengan saran dan hasil Forum ke-2 di Lima, Peru (2015), Indonesia menggali filosofi gastronomi Indonesia.

Dan melalui serangkaian diskusi dengan para pemangku kepentingan di tanah air, diperoleh data bahwa kekayaan dan keanekaragaman gastronomi Indonesia merupakan kontribusi dari 1.340 suku di Indonesia, keanekaragaman hayati berupa hutan tropis yang luasnya lebih dari 80 juta hektare tempat berkembangnya lebih dari 40 ribu jenis tanaman serta perairan Indonesia yang sangat luas menyimpan  2.500 jenis ikan laut dan 2.184 jenis ikan tawar. Ini semua menjadikan suku-suku di Indonesia dapat berkreasi menciptakan makanan tradisional mereka, tercatat lebih dari 5.000 resep.

Kemudian, dari hasil diskusi kalangan pakar, keluarlah konsep gastronomi Indonesia yang disebut dengan Triangle Concept, yakni filosofi gastronomi berporos pada 3 tungku segitiga, masing-masing Makanan (food), Budaya (culture) dan Sejarah (history).

“Antara food dan history terhubungkan oleh spices (rempah-rempah); kemudian antara history dengan culture terhubungkan oleh story telling (hikayat); dan antara culture dengan food  terhubungkan oleh ritual/ceremony (upacara),” papar Vita Datau yang juga Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI).

Para peserta sangat tertarik dengan filosofi tersebut yang sesuai dengan konsep gastronomi dan keberlanjutan. Para peserta memberikan aplaus ketika digambarkan tentang filosofi menu Rendang yang telah dinyatakan oleh CNN sebagai salah satu makanan daging terlezat di dunia.

Bahwa Rendang memenuhi kriteria gastronomi karena di dalamnya terdapat proses pembuatan yang dinamakan marandang, dan filosofi dari setiap unsurnya seperti daging mencerminkan prosperity (kesejahteraan), rempah-rempah mencerminkan enhancement (peningkatan), santan kelapa untuk integrator dan cabe merah untuk good lesson (pelajaran baik).

Untuk mendukung pariwisata gastronomi tersebut, lanjut Vita Datau, Kemenpar juga telah mendorong munculnya operator perjalanan yang fokus pada culinary destinations, seperti di Jogja yang menampilkan Royal Dining Tour.

Pada bagian akhir paparannya, disampaikan bahwa UNWTO telah menerima Ubud di Bali sebagai prototype pengembangan pariwisata gastronomi UNWTO. Sehingga dalam Forum mendatang Indonesia akan melaporkan langkah-langkah yang diambil untuk mengembangkan pariwisata gastronomi di Ubud.

Kantor Berita Spanyol EFE yang tertarik dengan keberhasilan Indonesia dalam mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian terhadap pengembangan pariwisata gastronomi telah secara khusus mewawancarai Ketua Tim Percepatan Pengembangan Destinasi Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata RI.

Rendang, kuliner Indonesia yang masuk daftar makanan terlezat di dunia, memiliki filosofi sendiri.

MADRID, SUMUTPOS.CO – Indonesia menjadi salah satu pembicara pada sesi Gastronomy Network on Succesful Examples dalam Forum Dunia tentang Pariwisata Gastronomi (World Forum on Tourism Gastronomy) yang diselenggarakan UNWTO di kota San Sebastian 7-9 Mei 2017.

Dalam sesi tersebut, Indonesia diwakili oleh Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata RI, Vita Datau Messakh. Dalam paparannya, Vita Datau antara lain menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai target untuk meningkatkan jumlah wisatawan internasional yang berkunjung ke Indonesia, dari 9,3 juta pertahun pada 2014 menjadi 20 juta pada 2019.

Oleh karena itu segala upaya ditempuh oleh Pemerintah Indonesia. Salah satunya dengan menggali kekayaan warisan budaya kuliner sebagai daya tarik destinasi. Sesuai dengan saran dan hasil Forum ke-2 di Lima, Peru (2015), Indonesia menggali filosofi gastronomi Indonesia.

Dan melalui serangkaian diskusi dengan para pemangku kepentingan di tanah air, diperoleh data bahwa kekayaan dan keanekaragaman gastronomi Indonesia merupakan kontribusi dari 1.340 suku di Indonesia, keanekaragaman hayati berupa hutan tropis yang luasnya lebih dari 80 juta hektare tempat berkembangnya lebih dari 40 ribu jenis tanaman serta perairan Indonesia yang sangat luas menyimpan  2.500 jenis ikan laut dan 2.184 jenis ikan tawar. Ini semua menjadikan suku-suku di Indonesia dapat berkreasi menciptakan makanan tradisional mereka, tercatat lebih dari 5.000 resep.

Kemudian, dari hasil diskusi kalangan pakar, keluarlah konsep gastronomi Indonesia yang disebut dengan Triangle Concept, yakni filosofi gastronomi berporos pada 3 tungku segitiga, masing-masing Makanan (food), Budaya (culture) dan Sejarah (history).

“Antara food dan history terhubungkan oleh spices (rempah-rempah); kemudian antara history dengan culture terhubungkan oleh story telling (hikayat); dan antara culture dengan food  terhubungkan oleh ritual/ceremony (upacara),” papar Vita Datau yang juga Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI).

Para peserta sangat tertarik dengan filosofi tersebut yang sesuai dengan konsep gastronomi dan keberlanjutan. Para peserta memberikan aplaus ketika digambarkan tentang filosofi menu Rendang yang telah dinyatakan oleh CNN sebagai salah satu makanan daging terlezat di dunia.

Bahwa Rendang memenuhi kriteria gastronomi karena di dalamnya terdapat proses pembuatan yang dinamakan marandang, dan filosofi dari setiap unsurnya seperti daging mencerminkan prosperity (kesejahteraan), rempah-rempah mencerminkan enhancement (peningkatan), santan kelapa untuk integrator dan cabe merah untuk good lesson (pelajaran baik).

Untuk mendukung pariwisata gastronomi tersebut, lanjut Vita Datau, Kemenpar juga telah mendorong munculnya operator perjalanan yang fokus pada culinary destinations, seperti di Jogja yang menampilkan Royal Dining Tour.

Pada bagian akhir paparannya, disampaikan bahwa UNWTO telah menerima Ubud di Bali sebagai prototype pengembangan pariwisata gastronomi UNWTO. Sehingga dalam Forum mendatang Indonesia akan melaporkan langkah-langkah yang diambil untuk mengembangkan pariwisata gastronomi di Ubud.

Kantor Berita Spanyol EFE yang tertarik dengan keberhasilan Indonesia dalam mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian terhadap pengembangan pariwisata gastronomi telah secara khusus mewawancarai Ketua Tim Percepatan Pengembangan Destinasi Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata RI.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/