BONDOWOSO, SUMUTPOS.CO – Geliat Kopi Arabika Bondowoso menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi penggemar kopi mancanegara. Kopi dengan label Arabika Java Raung Ijen itu, mampu mengundang 22 pelaku kopi dunia dari 12 negara untuk datang langsung ke Bondowoso, Jumat (14/7).
Kehadiran mereka disambut di pendapa kabupaten dan mencicipi kopi rakyat Bondowoso. Tidak hanya itu, mereka juga dibawa ke tempat proses kopi arabika java ijen raung di Kecamatan Sukosari. Dua belas negara ini diantara dari Irlandia, Perancis, Spanyol, Inggris, Belanda, Australia, Amerika, Thailand, Singapura, Taiwan, Thiongkok, dan Arab Saudi.
“Bagus! Kopi Indonesia makin mendunia. Kita bukan penghasil kopi terbesar dunia, kita kalah dari Brasil. Tetapi kopi-kopi Indonesia punya karakter yang khas dan berbeda, dari satu daerah dengan daerah lain! Kota kita istimewa,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Syafrudin, Ketua Asosiasi Kopi Spesialty Indonesia (Aksi) mengatakan, tujuan mereka ke Bondowoso untuk mengenalkan kopi Bondowoso ke dunia. “Sehingga dapat mengangkat derajat petani kopi serta meningkatkan devisa negara” katanya.
Hadirnya para pelaku kopi dunia tersebut, tentu akan ada dampak untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kopi Bondowoso ini. “Untuk tingkat lokal kopi Bondowoso sudah luar biasa banyak cafe-cafe jadi konsumen, termasuk juga cafe di Australia,” terangnya.
Kedatangan para ahli kopi tersebut juga ada tim spesialty Eropa, sehingga ini jadi promosi langsung kopi Bondowoso. “Mereka sudah coba semua dan mengapresiasi kopi Bondowoso,” terangnya.
Syafrudin menambahkan, sebelum ke Bondowoso para ahli kopi tersebut sudah pernah mencoba kopi Bondowoso di negaranya masing-masing.
Bupati Bondowoso Amin Said Husni mengatakan, kedatangan para pelaku kopi di negaranya masingmasing ini karena ingin melihat langsung perkebunan kopi Bondowoso dan prosesnya. “Mereka sudah kenal sebelumnya bahwa Bondowoso sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di dunia. Mereka ini juga penasaran dengan bagaimana proses pengolahan dan kebun kopi di Bondowoso,” paparnya.
Dengan kunjungan tersebut, Amin berharap, makin memperluas kopi arabika java raung ijen sebagai kopi arabika spesialty di mancanegara. Selain itu, tambah dia, juga memberikan nilai tambah bagi petani kopi Bondowoso. “Ini juga sekaligus promo wisata kopi Bondowoso jika mereka kembali ke negara asalnya,” katanya.
Sementara Team, warga kebangsaan Belanda ini mengatakan, Kopi Arabika Java Ijen Raung dari Bondowoso ini punya rasa yang bagus.
Sejak 2011, kopi rakyat yang dikembangkan di cluster perkebunan kopi di Sumber Wringin sudah mulai diekspor ke mancanegara. Catatan Dishutbun Bondowoso menyebutkan, pada pengiriman tahun pertama, ekspor sebanyak 17,6 ton (1Kontainer).
Tahun kedua melonjak sebanyak 12 kontainer atau 236,5 ton. Sedangkan pada 2013 lalu, ekspor mencapai 155,3 ton atau sebanyak 6 kontainer.
Menurut Amin Said Husni, sejak enam tahun terakhir pihaknya memberi perhatian besar dalam pengembangan kopi dengan membuat klaster kopi. Pemkab Bondowoso bersama Puslitkoka, Bank Indonesia (BI), dan sejumlah lembaga lainnya, bahu-membahu membenahi sektor budidaya dan kelembagaan petani kopi di Bondowoso.
Kerja keras itu membuahkan hasil nyata. Saat Temu Lapang Kopi yang diselenggarakan di Kebun Percobaan Andungsari milik Puslitkoka Indonesia, Bupati Amin mengatakan, kopi arabika Java Ijen Raung sudah mendapat sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM.
IG adalah semacam hak paten komoditas di satu kawasan. Selain itu, ekspor kopi arabika terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2014, volume ekspor baru 529 ton, lalu 2015 mencapai 800 ton, dan 2016 sekitar 1.600 ton.
Malah, sejak 2016 lalu Bupati Amin Said Husni membuat branding Bondowoso sebagai Republik Kopi. Branding ini rupanya merangsang tumbuhnya entrepreneur muda untuk memproduksi kopi arabika siap seduh. Kopi siap seduh itu dijual dengan beragam merek, kemasan, dan harga. (Rel)