29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

KBRI Madrid Jualan Halal Destination di Festival Budaya Islam Al Monaster

Festival Budaya Islam Al Monaster Ke-18 yang berlangsung 13-15 Oktober 2017 dimanfaatkan KBRI Madrid dengan mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia dengan penuh semangat.

MADRID, SUMUTPOS.CO – Festival Budaya Islam Al Monaster Ke-18 yang berlangsung 13-15 Oktober 2017 dimanfaatkan KBRI Madrid dengan maksimal. Sebagai satu-satunya Kedutaan yang diundang, KBRI Madrid pun mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia dengan penuh semangat.

Tim Kesenian KBRI Madrid menampilkan beberapa tarian yakni Rampak Kendang, Serampang 12, Tari Zapin, Tari Lancang Kuning dan Persik Betawi. KBRI Madrid juga menawarkan beberapa makanan kering seperti Kembang Goyang Betawi, Rempeyek Kacang, Cheese Sticks dan Nastar. Serta beberapa model suvenir seperti selendang batik, patung-patung kayu ukiran Bali ukuran kecil dan gantungan kunci topeng batik.

Kepada para tamu yang mampir ke stan KBRI, tak lupa dijelaskan destinasi wisata keren di Indonesia. “Kami bagikan kepada para tamu dari travel agent dan umum buku Kemenpar “Indonesia: A Halal Destination”. Ini kesempatan yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol Yuli Mumpuni Widarso lewat telepon, Senin (16/10).

Festival Budaya Islam Al Monaster ini merupakan festival yang unik. Al Monaster yang penduduknya 100% Katholik sudah 18 tahun berturut-turut menyelenggarakan Festival ini, pada setiap awal Oktober. Kota ini ingin mengenang sejarah masuknya Islam ke Al Monaster pada abad 8-9 Masehi. Saat itu, Islam masuk dan berkembang. Buktinya masih ada hingga sekarang.

Sebuah Mesjid yang sejak abad ke-8 hingga  saat ini tdk pernah berubah fungsi berdiri megah di Al Monaster. Menurut Walikota Al Monaster Jacinto Vázquez, penyelenggaraan acara Festival Budaya Islam ini merupakan suatu bentuk toleransi dan penghargaan terhadap Islam dari penduduk Al Monaster yang beragama Nasrani.

Peringatan ini didorong oleh adanya bangunan Mesjid yang secara fisik mengingatkan masyarakat di Al Monaster bahwa dulu pernah eksis kebudayaan Islam di daerah ini. Sehingga masjid yang dibangun pada abad IX tersebut masih disebut sebagai “Mezquita” (Mesjid) dan tidak pernah diubah fungsinya. Ini berbeda dengan bangunan masjid di daerah-daerah lain di Spanyol yang telah berubah menjadi gereja dan lain-lain. Di Al Monaster ini, keaslian arsitektur masjid tetap dipertahankan sampai hari ini.

Selama ini, festival sebagai bukti toleransi dan kecintaan masyarakat Al Monaster terhadap eksistensi budaya Islam di daerahnya tidak melibatkan masyarakat Islam. Sehingga sentuhan Islamnya kurang terasa.

Namun, pada perkembangan selanjutnya masyarakat setempat meminta agar Walikota mengajak komunitas muslim Spanyol.  Komunitas Islam Spanyol, Yayasan Mesjid Sevilla pun dilibatkan. Termasuk perwakilan negeri berpenduduk muslim terbesar, Indonesia.

Maka tahun ini, Walikota (Alcadel) Al Monaster, Jacinto Vasquez  mengundang KBRI, sebagai  Kedubes asing pertama yang berpartisipasi. Penduduk kota Almonaster 1.950 orang. Jumlah tamu yang hadir selama 3 hari Festival sebanyak 10 ribu. Lebih banyak daripada tahun-tahun yang lalu  yang tidak lebih dari 8.000 pengunjung. Kata Walikota Jacinto, ramainya tamu tahun ini karena ada daya tarik baru yakni hadirnya peserta asing, Indonesia.

Tim Kesenian KBRI Madrid menampilkan beberapa tarian yakni Rampak Kendang, Serampang 12, Tari Zapin, Tari Lancang Kuning dan Persik Betawi, pada Festival-Budaya Islam di Almonaster.

Saat memberikan sambutan dalam bahasa Spanyol, Dubes Yuli Mumpuni menyatakan harapannya semoga partisipasi Indonesia ini memberikan peningkatan pemahaman masyarakat  bahwa kebudayaan Islam itu tidak hanya berkembang di Timur Tengah, melainkan juga di Asia.

“Dan Indonesia sebagai negara besar dengan 260 juta penduduk dan 17 ribu pulau merupakan negara yang 95% penduduknya Muslim sehingga merupakan negara yang terbesar penduduk Muslimnya di dunia. Karenanya untuk belajar tentang Islam, toleransi, silakan datang ke Indonesia,” ujar Dubes yang akan berakhir pengabdiannya pada bulan November ini.

Dubes Yuli menyampaikan pihaknya tidak mudah untuk​ menemukan rangkaian kata yang tepat guna mengungkapkan betapa terharu dan bangganya KBRI Madrid, dan seluruh masyarakat​ Indonesia yang mayoritas Muslim dapat ikut merayakan semangat toleransi dan saling menghormati perbedaan ini. Semangat tersebut sangat sejalan dengan falsafah hidup 260 juta bangsa Indonesia yang beragam suku, bahasa, agama, dan latar belakang sosial, Bhineka Tunggal Ika.

Dikatakan, meskipun mayoritas penduduk Indonesia Muslim, Konstitusi mengakui semua agama yang dianut masyarakat Indonesia, yakni Islam, Kristen – Katholik dan Protestan, Hindu dan Budha. Indonesia memperingati semua Hari Raya ke-4 agama tersebut.

Dubes Yuli Mumpuni juga menyatakan bahwa pihaknya saat itu sangat emosional, terharu bahwa penduduk Al Monaster yang 100% Katholik mempunyai semangat toleransi dan saling menghormati yang luar biasa.

“Masyarakat internasional dapat belajar langsung dari masyarakat di Al Monaster ini tentang bagaimana mengungkapkan, menunjukkan dan mencontohkan kegiatan yang mempertebal rasa saling menghormati,” tandas alumnus Hubungan Internasional UGM ini.

Pemerintah Daerah Otonom Andalusia yang diwakili oleh José Gregorio López, kepala Dinas Lingkungan dan Tata Ruang Presiden Junta de Andalusia, menyampaikan bahwa Pemerintah Junta de Andalusia mendukung sepenuhnya gagasan dan penyelenggaraan Festival yang berpusat di Mesjid Al Monaster ini. Dikatakannya monumen bersejarah abad 8-9 ini harus dihormati dan dipelihara oleh seluruh masyarakat Andalusia.

Festival ini merupakan event penting di Andalusia, untuk​ memelihara semangat menghormati budaya Islam yang pernah eksis di Andalusia. Ia mengatakan kehadiran dan partisipasi masyarakat Al Monaster merupakan apresiasi terhadap kebudayaan Islam, dan saling menghormati perbedaan.

Ketua Komunitas Islam di Spanyol, Jalid Nieto, dalam sambutannya mengungkapkan rasa haru dan terima kasih serta penghargaan tak terhingga kepada​ semua pihak. Terutama kepada Pemerintah Kota Al Monaster, Parlemen Daerah Huelva dan seluruh masyarakat​ Al Monaster yang semangat toleransi dan saling menghormatinya tidak pernah luntur, dan tidak​ perlu diragukan. Ini terlihat pada​ terus berlangsungnya Festival dan semakin menarik.

Pentas Seni Festival diisi oleh berbagai pertunjukan seperti Flamenco Sevillana Triana, Gitar dan Musik Andalusia serta Tari Sufi yg berputar-putar dengann busana putih panjang.

Sementara itu Bazar yang dibuka di sepanjang jalan utama Al Monaster padat diisi oleh berbagai makanan seperti aneka keju, kacang-kacangan, kopi, crepe, kebab dan teh mint. Selain itu juga terdapat banyak stand suvenir produk lokal Al Monestar yang terkenal dg keramik Andalusia, juga produk2 dr Maroko dan Turki.

Pada Pameran Seni, dipamerkan lukisan-lukisan karya artis Sevilla keturunan Maroko, Ben Yesef yg bertema Dialog Perdamaian.

Menpar Arief Yahya mengucapkan selamat atas Festival Budaya Islam Al Monaster Ke-18 yang berlangsung 13-15 Oktober 2017 itu. Apalagi memperkenal dan mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia. “Inilah yang bentuk Indonesia Incorporated,” jelas Menteri Arief Yahya. (rel)

Festival Budaya Islam Al Monaster Ke-18 yang berlangsung 13-15 Oktober 2017 dimanfaatkan KBRI Madrid dengan mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia dengan penuh semangat.

MADRID, SUMUTPOS.CO – Festival Budaya Islam Al Monaster Ke-18 yang berlangsung 13-15 Oktober 2017 dimanfaatkan KBRI Madrid dengan maksimal. Sebagai satu-satunya Kedutaan yang diundang, KBRI Madrid pun mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia dengan penuh semangat.

Tim Kesenian KBRI Madrid menampilkan beberapa tarian yakni Rampak Kendang, Serampang 12, Tari Zapin, Tari Lancang Kuning dan Persik Betawi. KBRI Madrid juga menawarkan beberapa makanan kering seperti Kembang Goyang Betawi, Rempeyek Kacang, Cheese Sticks dan Nastar. Serta beberapa model suvenir seperti selendang batik, patung-patung kayu ukiran Bali ukuran kecil dan gantungan kunci topeng batik.

Kepada para tamu yang mampir ke stan KBRI, tak lupa dijelaskan destinasi wisata keren di Indonesia. “Kami bagikan kepada para tamu dari travel agent dan umum buku Kemenpar “Indonesia: A Halal Destination”. Ini kesempatan yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol Yuli Mumpuni Widarso lewat telepon, Senin (16/10).

Festival Budaya Islam Al Monaster ini merupakan festival yang unik. Al Monaster yang penduduknya 100% Katholik sudah 18 tahun berturut-turut menyelenggarakan Festival ini, pada setiap awal Oktober. Kota ini ingin mengenang sejarah masuknya Islam ke Al Monaster pada abad 8-9 Masehi. Saat itu, Islam masuk dan berkembang. Buktinya masih ada hingga sekarang.

Sebuah Mesjid yang sejak abad ke-8 hingga  saat ini tdk pernah berubah fungsi berdiri megah di Al Monaster. Menurut Walikota Al Monaster Jacinto Vázquez, penyelenggaraan acara Festival Budaya Islam ini merupakan suatu bentuk toleransi dan penghargaan terhadap Islam dari penduduk Al Monaster yang beragama Nasrani.

Peringatan ini didorong oleh adanya bangunan Mesjid yang secara fisik mengingatkan masyarakat di Al Monaster bahwa dulu pernah eksis kebudayaan Islam di daerah ini. Sehingga masjid yang dibangun pada abad IX tersebut masih disebut sebagai “Mezquita” (Mesjid) dan tidak pernah diubah fungsinya. Ini berbeda dengan bangunan masjid di daerah-daerah lain di Spanyol yang telah berubah menjadi gereja dan lain-lain. Di Al Monaster ini, keaslian arsitektur masjid tetap dipertahankan sampai hari ini.

Selama ini, festival sebagai bukti toleransi dan kecintaan masyarakat Al Monaster terhadap eksistensi budaya Islam di daerahnya tidak melibatkan masyarakat Islam. Sehingga sentuhan Islamnya kurang terasa.

Namun, pada perkembangan selanjutnya masyarakat setempat meminta agar Walikota mengajak komunitas muslim Spanyol.  Komunitas Islam Spanyol, Yayasan Mesjid Sevilla pun dilibatkan. Termasuk perwakilan negeri berpenduduk muslim terbesar, Indonesia.

Maka tahun ini, Walikota (Alcadel) Al Monaster, Jacinto Vasquez  mengundang KBRI, sebagai  Kedubes asing pertama yang berpartisipasi. Penduduk kota Almonaster 1.950 orang. Jumlah tamu yang hadir selama 3 hari Festival sebanyak 10 ribu. Lebih banyak daripada tahun-tahun yang lalu  yang tidak lebih dari 8.000 pengunjung. Kata Walikota Jacinto, ramainya tamu tahun ini karena ada daya tarik baru yakni hadirnya peserta asing, Indonesia.

Tim Kesenian KBRI Madrid menampilkan beberapa tarian yakni Rampak Kendang, Serampang 12, Tari Zapin, Tari Lancang Kuning dan Persik Betawi, pada Festival-Budaya Islam di Almonaster.

Saat memberikan sambutan dalam bahasa Spanyol, Dubes Yuli Mumpuni menyatakan harapannya semoga partisipasi Indonesia ini memberikan peningkatan pemahaman masyarakat  bahwa kebudayaan Islam itu tidak hanya berkembang di Timur Tengah, melainkan juga di Asia.

“Dan Indonesia sebagai negara besar dengan 260 juta penduduk dan 17 ribu pulau merupakan negara yang 95% penduduknya Muslim sehingga merupakan negara yang terbesar penduduk Muslimnya di dunia. Karenanya untuk belajar tentang Islam, toleransi, silakan datang ke Indonesia,” ujar Dubes yang akan berakhir pengabdiannya pada bulan November ini.

Dubes Yuli menyampaikan pihaknya tidak mudah untuk​ menemukan rangkaian kata yang tepat guna mengungkapkan betapa terharu dan bangganya KBRI Madrid, dan seluruh masyarakat​ Indonesia yang mayoritas Muslim dapat ikut merayakan semangat toleransi dan saling menghormati perbedaan ini. Semangat tersebut sangat sejalan dengan falsafah hidup 260 juta bangsa Indonesia yang beragam suku, bahasa, agama, dan latar belakang sosial, Bhineka Tunggal Ika.

Dikatakan, meskipun mayoritas penduduk Indonesia Muslim, Konstitusi mengakui semua agama yang dianut masyarakat Indonesia, yakni Islam, Kristen – Katholik dan Protestan, Hindu dan Budha. Indonesia memperingati semua Hari Raya ke-4 agama tersebut.

Dubes Yuli Mumpuni juga menyatakan bahwa pihaknya saat itu sangat emosional, terharu bahwa penduduk Al Monaster yang 100% Katholik mempunyai semangat toleransi dan saling menghormati yang luar biasa.

“Masyarakat internasional dapat belajar langsung dari masyarakat di Al Monaster ini tentang bagaimana mengungkapkan, menunjukkan dan mencontohkan kegiatan yang mempertebal rasa saling menghormati,” tandas alumnus Hubungan Internasional UGM ini.

Pemerintah Daerah Otonom Andalusia yang diwakili oleh José Gregorio López, kepala Dinas Lingkungan dan Tata Ruang Presiden Junta de Andalusia, menyampaikan bahwa Pemerintah Junta de Andalusia mendukung sepenuhnya gagasan dan penyelenggaraan Festival yang berpusat di Mesjid Al Monaster ini. Dikatakannya monumen bersejarah abad 8-9 ini harus dihormati dan dipelihara oleh seluruh masyarakat Andalusia.

Festival ini merupakan event penting di Andalusia, untuk​ memelihara semangat menghormati budaya Islam yang pernah eksis di Andalusia. Ia mengatakan kehadiran dan partisipasi masyarakat Al Monaster merupakan apresiasi terhadap kebudayaan Islam, dan saling menghormati perbedaan.

Ketua Komunitas Islam di Spanyol, Jalid Nieto, dalam sambutannya mengungkapkan rasa haru dan terima kasih serta penghargaan tak terhingga kepada​ semua pihak. Terutama kepada Pemerintah Kota Al Monaster, Parlemen Daerah Huelva dan seluruh masyarakat​ Al Monaster yang semangat toleransi dan saling menghormatinya tidak pernah luntur, dan tidak​ perlu diragukan. Ini terlihat pada​ terus berlangsungnya Festival dan semakin menarik.

Pentas Seni Festival diisi oleh berbagai pertunjukan seperti Flamenco Sevillana Triana, Gitar dan Musik Andalusia serta Tari Sufi yg berputar-putar dengann busana putih panjang.

Sementara itu Bazar yang dibuka di sepanjang jalan utama Al Monaster padat diisi oleh berbagai makanan seperti aneka keju, kacang-kacangan, kopi, crepe, kebab dan teh mint. Selain itu juga terdapat banyak stand suvenir produk lokal Al Monestar yang terkenal dg keramik Andalusia, juga produk2 dr Maroko dan Turki.

Pada Pameran Seni, dipamerkan lukisan-lukisan karya artis Sevilla keturunan Maroko, Ben Yesef yg bertema Dialog Perdamaian.

Menpar Arief Yahya mengucapkan selamat atas Festival Budaya Islam Al Monaster Ke-18 yang berlangsung 13-15 Oktober 2017 itu. Apalagi memperkenal dan mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia. “Inilah yang bentuk Indonesia Incorporated,” jelas Menteri Arief Yahya. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/