SUMUTPOS.CO – Perubahan iklim semakin mengancam pariwisata, mulai dari salju yang meleleh di resor-resor ski sampai terumbu karang yang dihantam air laut yang menghangat, dan industri sendiri harus melakukan lebih banyak untuk menghambat emisi gas rumah kaca yang melonjak, menurut sebuah studi, Selasa (17/6).
Emisi gas rumah kaca dari sektor pariwisata, yang trennya semakin meningkat karena lebih banyak orang melakukan perjalanan, diperkirakan akan mencapai 10 persen dari emisi total dunia pada 2025, dari antara 3,9 persen dan 6 persen saat ini.
“Industri pariwisata akan terkena dampak keras dari perubahan iklim,” menurut studi dari Lembaga Kepemimpinan Berkelanjutan dari Cambridge University (CISL) dan Judge Business School serta European Climate Foundation.
Terumbu karang, misalnya, menyumbangkan US$11,5 miliar per tahun untuk pendapatan pariwisata dan mendapat ancaman dari suhu air laut yang menghangat, naiknya permukaan air laut dan peningkatan tingkat keasaman akibat karbon dioksida di atmosfer.
Musim dingin yang lebih hangat mempersingkat musim olahraga musim dingin dan mengancam keberlangsungan beberapa resor ski, menurut laporan tersebut.
Resor-resor ski dapat mencoba beradaptasi dengan menarik para pendaki musim panas, misalnya, atau membeli lebih banyak mesin pembuat salju.
“Namun sulit untuk memberikan kisah positif seputar resor-resor ski,” ujar Eliot Whittington, direktur perubahan iklim di CISL.
“Setiap bagian industri perlu memikirkan apa yang perlu dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, selain bagaimana melanjutkan proses mengurangi dampak operasi-operasi mereka terhadap lingkungan,” ujar Stephen Farrant, direktur Kemitraan Pariwisata Internasional.
Perjalanan mencakup 75 persen dari emisi rumah kaca pariwisata, sehingga diperlukan kendaraan yang lebih efisien dan bahan bakar yang lebih hijau. (Reuters)