25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Entering The Village, Please Dress Politely

16-6-Puput Julianti Damanik-Raja Ampat-puncak wayag-sumutposSUMUTPOS.CO- Setelah puas bermain dengan bayi-bayi hiu dan bermanja dengan malam, paginya perjalanan dilanjutkan menuju Puncak Wayag. Puncak Wayag menjadi tujuan utama wisatawan yang datang ke Raja Ampat. Belum sah rasanya ke Raja Ampat kalau belum naik ke Bukit Wayag.

Jalur yang dilewati sedikit extrem dan berbahaya. Selain curam sepanjang jalan dipenuhi dengan karang yang tajam. Waktu yang dibutuhkan dari Mess CI hanya sekitar 2 jam. Dan, dibutuhkan waktu 30 menit sampai dengan 1 jam untuk naik ke atas Bukit Wayag 1 juga Bukit Wayag 2.

Sampai di atas bukit, rasa lelah terbayar. Rasanya tidak ingin turun lagi. Pulau-pulau bak cendawan, lautnya biru, langit biru berawan, sekejap seperti terlempar di surge-Nya. Momen ini tidak boleh terlewatkan untuk diabadikan.

Setelah puas berjalan di Wayag 1 dan Wayag 2, perjalanan kembali ke Mess CI untuk makan siang mengambil tas serta perlengkapan. Selanjutnya menuju ke penginapan kedua, Maria Homestay di
Desa Yenwaupnor, Kepulauan Gam, tepatnya berada di Distrik Meos Mansar. Sebelum sampai di Maria Homestay, kami menyempatkan diri untuk snorkeling di Pulau Mangale, pulau kecil yang penuh dengan terumbu karang, bintang laut, dan ikan-ikan kecil yang lucu.

Setelah lelah snorkeling, perjalanan berlanjut ke Pulau Gam. Bagi yang tidak suka snorkeling atau diving, di Pulau ini bisa menyaksikan keindahan alam Desa Yenwaupnor, hutannya yang masih alami dengan berbagai jenis burung khas Papua. Karena waktu terlalu singkat, kami hanya bisa bersantai di Maria Homestay dan menikmati masakan khas ibu Maria, ikan bakar dan pisang goreng yang renyah.

Ada sekitar 3 bungalow dan masing-masing memiliki 2 ruang kamar di sini. Ruang tamu juga sedikit besar sehingga bisa dijadikan untuk tempat beristirahat, tinggal meminta tambahan kasur ke Ibu Maria. Sehingga 1 bungalow bisa dipakai untuk 6 orang bahkan lebih. Kami pun beristirahat untuk mengembalikan energi.

Langit tampak cerah memamerkan birunya, memberikan kesejukan pada jiwa yang rindu akan kedamaian. Hari ketiga Jelajah Raja Ampat kembali dimulai.

Setelah selesai menikmati sarapan pagi, nasi goreng jagung telur mata sapi buatan Ibu Maria, kami bergegas untuk melanjutkan pejalanan. Ibu Maria mengantarkan kami sampai dermaga, bahkan sampai speedboat kami belum benar-benar hilang ia masih melambaikan tangannya, mengucapkan perpisahan.

16-6-Puput Julianti Damanik-Raja Ampat-ikan nemo di Friwen Bonda-sumutpos
Perjalanan lanjut ke Manta Point, lokasi ini adalah tempat snorkeling dan diving favorit di mana gerombolan ikan pari manta berkumpul. Sayangnya, ombak terlalu besar dan akhirnya tim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Arborek.

“Entering the village, please dress politely”
Kalimat tersebut terpampang di sebuah papan kecil berwarna putih yang diletakan di dermaga, pintu masuk Desa Arborek. Tak ada satu pun masyarakat di desa ini yang terlihat, ternyata semua masyarakat tengah melakukan ibadah di gereja.

Pasir putih, air yang dangkal, terumbu karang dan koral yang terlihat bayang-bayang dari atas, sekumpulan ikan yang membentuk formasi kemudian tiba-tiba loncat ke luar dan meluncur lagi ke dalam. Membuat hati semakin terasa tentram.

Di pulau ini, memang tidak ada atraksi khusus, tapi keindahan bawah lautnya sangat cocok untuk meneruskan aktivitas snorkeling. Pulau berpenduduk yang berada di Mansuar Area ini lebih ramai dibandingkan Desa Yenwaupnor. Ada gereja, pemakaman, rumah-rumah sedehana penduduk, dan gedung sekolah dasar.

16-6-Puput Julianti Damanik-Raja Ampat-puncak wayag-sumutposSUMUTPOS.CO- Setelah puas bermain dengan bayi-bayi hiu dan bermanja dengan malam, paginya perjalanan dilanjutkan menuju Puncak Wayag. Puncak Wayag menjadi tujuan utama wisatawan yang datang ke Raja Ampat. Belum sah rasanya ke Raja Ampat kalau belum naik ke Bukit Wayag.

Jalur yang dilewati sedikit extrem dan berbahaya. Selain curam sepanjang jalan dipenuhi dengan karang yang tajam. Waktu yang dibutuhkan dari Mess CI hanya sekitar 2 jam. Dan, dibutuhkan waktu 30 menit sampai dengan 1 jam untuk naik ke atas Bukit Wayag 1 juga Bukit Wayag 2.

Sampai di atas bukit, rasa lelah terbayar. Rasanya tidak ingin turun lagi. Pulau-pulau bak cendawan, lautnya biru, langit biru berawan, sekejap seperti terlempar di surge-Nya. Momen ini tidak boleh terlewatkan untuk diabadikan.

Setelah puas berjalan di Wayag 1 dan Wayag 2, perjalanan kembali ke Mess CI untuk makan siang mengambil tas serta perlengkapan. Selanjutnya menuju ke penginapan kedua, Maria Homestay di
Desa Yenwaupnor, Kepulauan Gam, tepatnya berada di Distrik Meos Mansar. Sebelum sampai di Maria Homestay, kami menyempatkan diri untuk snorkeling di Pulau Mangale, pulau kecil yang penuh dengan terumbu karang, bintang laut, dan ikan-ikan kecil yang lucu.

Setelah lelah snorkeling, perjalanan berlanjut ke Pulau Gam. Bagi yang tidak suka snorkeling atau diving, di Pulau ini bisa menyaksikan keindahan alam Desa Yenwaupnor, hutannya yang masih alami dengan berbagai jenis burung khas Papua. Karena waktu terlalu singkat, kami hanya bisa bersantai di Maria Homestay dan menikmati masakan khas ibu Maria, ikan bakar dan pisang goreng yang renyah.

Ada sekitar 3 bungalow dan masing-masing memiliki 2 ruang kamar di sini. Ruang tamu juga sedikit besar sehingga bisa dijadikan untuk tempat beristirahat, tinggal meminta tambahan kasur ke Ibu Maria. Sehingga 1 bungalow bisa dipakai untuk 6 orang bahkan lebih. Kami pun beristirahat untuk mengembalikan energi.

Langit tampak cerah memamerkan birunya, memberikan kesejukan pada jiwa yang rindu akan kedamaian. Hari ketiga Jelajah Raja Ampat kembali dimulai.

Setelah selesai menikmati sarapan pagi, nasi goreng jagung telur mata sapi buatan Ibu Maria, kami bergegas untuk melanjutkan pejalanan. Ibu Maria mengantarkan kami sampai dermaga, bahkan sampai speedboat kami belum benar-benar hilang ia masih melambaikan tangannya, mengucapkan perpisahan.

16-6-Puput Julianti Damanik-Raja Ampat-ikan nemo di Friwen Bonda-sumutpos
Perjalanan lanjut ke Manta Point, lokasi ini adalah tempat snorkeling dan diving favorit di mana gerombolan ikan pari manta berkumpul. Sayangnya, ombak terlalu besar dan akhirnya tim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Arborek.

“Entering the village, please dress politely”
Kalimat tersebut terpampang di sebuah papan kecil berwarna putih yang diletakan di dermaga, pintu masuk Desa Arborek. Tak ada satu pun masyarakat di desa ini yang terlihat, ternyata semua masyarakat tengah melakukan ibadah di gereja.

Pasir putih, air yang dangkal, terumbu karang dan koral yang terlihat bayang-bayang dari atas, sekumpulan ikan yang membentuk formasi kemudian tiba-tiba loncat ke luar dan meluncur lagi ke dalam. Membuat hati semakin terasa tentram.

Di pulau ini, memang tidak ada atraksi khusus, tapi keindahan bawah lautnya sangat cocok untuk meneruskan aktivitas snorkeling. Pulau berpenduduk yang berada di Mansuar Area ini lebih ramai dibandingkan Desa Yenwaupnor. Ada gereja, pemakaman, rumah-rumah sedehana penduduk, dan gedung sekolah dasar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/