26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Melihat KBRI di Kuala Lumpur, Tidak Boleh Sembarangan Mengambil Gambar

Ibarat rumah kedua, bagi sebagian warga Indonesia, ada secercah harapan mencari nafkah di Malaysia.

Farida Noris Ritonga, Kuala Lumpur

Disaat lowongan pekerjaan sangat sulit di negara sendiri, maka warga Indonesia menggantungkan asa di negeri seberang. Namun, tak semua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menjalani nasib baik. Tak jarang, para TKI kembali ke kampung halaman dalam kondisi yang menyedihkan.

Senin (26/3) siang, Sumut Pos berkesempatan berkunjung ke Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jalan Tun Razak Kualalumpur Malaysia. Keberangkatan ke negera tetangga atas ajakan SMK Penerbangan Angkasa Nasional (SPAIN) Medan. Bus berhenti tepat di depan Kantor KBRI. Ratusan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mayoritas perempuan memadati tempat ini bahkan beberapa diantaranya anak-anak dan ada juga anak kecil yang masih tertidur pulas digendongan ibunya.

Jika perut sudah keroncongan, para TKI menuju kantin yang berada tepat disebelah Kantor KBRI. Bermodal RM 5 atau setara dengan Rp15 ribu (kurs RM 1 = Rp3000), makanan seadanya tersedia di dalam piring. Mereka yang datang ke Kantor KBRI biasanya mengurus surat nikah, SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor) hingga yang mengalami permasalahan dengan majikannya.

Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Jawa Barat, Suminah (40) mengaku baru tiga tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Di rumah majikannya, Suminah mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti mencuci, menyetrika, memasak, mengasuh anak hingga menjaga rumah. Gaji yang diperoleh hanya RM 500 atau setara dengan Rp1,4 juta per bulannya.

“Di kampung, susah nyari pekerjaan. Kalaupun ada, gajinya sangat sedikit, nggak cukup membiayai keluarga. Di sini saya masih baik-baik sama majikan. Gaji yang diperoleh sebagian saya kirim ke kampung untuk nambah-nambah uang sekolah anak. Memang saya dengar kabar gaji TKI di Malaysia akan dinaikkan, tapi saya nggak tahu kapan,” ujar wanita yang memiliki tiga orang anak ini.

Semakin lama, matahari mulai menunjukkan kegarangannya. Maklum, dalam beberapa hari ini, negeri jiran sedang dilanda panas terik. Terlihat beberapa TKI pindah mencari pepohonan rindang untuk berteduh. Jumlah mereka mulai berkurang, karena sebagiannya harus antri dan mengambil formulir untuk menyelesaikan berkas mereka, lalu menuju ruangan digedung belakang Kantor KBRI.

Kemudian, Sumut Pos menaiki anak tangga menuju Kantor Utama KBRI. Ternyata hari itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar beserta rombongan berkunjung ke Kantor KBRI untuk melihat secara langsung proses pelayanan pihak KBRI kepada para TKI di Malaysia.

Lalu, Sumut Pos bergabung dan mengikuti rombongan. Menteri beserta rombongannya melihat langsung loket-loket pelayanan TKI yang tampak ramai oleh pemohon paspor yang akan digunakan untuk pengurusan permit (izin kerja) di negara ini. Menteri juga sempat mengunjungi shelter (tempat penampungan) para TKI yang mengalami permasalahan dengan majikannya terutama karena gaji tidak dibayarkan.

Di ruangan yang mirip dengan lorong ini, ada sekitar 50-an TKW yang tinggal. Mereka yang masih mau menetap dan menjadi tenaga kerja akan tetap difasilitasi, tapi jika tidak, akan dipulangkan ke kampung asalnya oleh pihak KBRI. Sayangnya, salah seorang petugas KBRI tidak mengizinkan Sumut Pos untuk mendokumentasikan suasana tersebut.

“Di sini tidak boleh sembarangan mengambil gambar. Kita tidak mau nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan,” kata petugas KBRI yang namanya enggan disebutkan.
Saat ini, jumlah TKI di Malaysia mencapai 2 juta lebih dimana 1,5 juta diantaranya tidak memiliki dokumen atau ilegal. “Ada belasan ribu TKI yang tak lolos pemutihan akan kita pulangkan secara bertahap. Kami juga gunakan aula untuk memberikan pelayanan kepada para TKI yang ikut pemutihan untuk menguruskan paspornya,” kata Atase Ketenagakerjaan KBRI, Agus Triyanto AS.
Terkait membludaknya WNI yang memohonkan paspor dan dokumen resmi terkait kelengkapan tinggal di Malaysia, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, akan segera melakukan penambahan petugas, agar para pemohon terlayani dengan baik. “Bila memang diperlukan, kita akan pertimbangkan untuk penambahan petugas, tapi kita tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku,” katanya.
Pihaknya menilai KBRI di Kuala Lumpur Malaysia telah memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal kepada ribuan warga negara Indonesia. “Banyak pekerjaan yang dilaksanakan oleh KBRI  mulai dari pelayanan surat nikah, paspor, SPLP hingga membantu para TKI yang mengalami permasalahan dengan majikannya,” bebernya. (*)

Ibarat rumah kedua, bagi sebagian warga Indonesia, ada secercah harapan mencari nafkah di Malaysia.

Farida Noris Ritonga, Kuala Lumpur

Disaat lowongan pekerjaan sangat sulit di negara sendiri, maka warga Indonesia menggantungkan asa di negeri seberang. Namun, tak semua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menjalani nasib baik. Tak jarang, para TKI kembali ke kampung halaman dalam kondisi yang menyedihkan.

Senin (26/3) siang, Sumut Pos berkesempatan berkunjung ke Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jalan Tun Razak Kualalumpur Malaysia. Keberangkatan ke negera tetangga atas ajakan SMK Penerbangan Angkasa Nasional (SPAIN) Medan. Bus berhenti tepat di depan Kantor KBRI. Ratusan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mayoritas perempuan memadati tempat ini bahkan beberapa diantaranya anak-anak dan ada juga anak kecil yang masih tertidur pulas digendongan ibunya.

Jika perut sudah keroncongan, para TKI menuju kantin yang berada tepat disebelah Kantor KBRI. Bermodal RM 5 atau setara dengan Rp15 ribu (kurs RM 1 = Rp3000), makanan seadanya tersedia di dalam piring. Mereka yang datang ke Kantor KBRI biasanya mengurus surat nikah, SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor) hingga yang mengalami permasalahan dengan majikannya.

Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Jawa Barat, Suminah (40) mengaku baru tiga tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Di rumah majikannya, Suminah mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti mencuci, menyetrika, memasak, mengasuh anak hingga menjaga rumah. Gaji yang diperoleh hanya RM 500 atau setara dengan Rp1,4 juta per bulannya.

“Di kampung, susah nyari pekerjaan. Kalaupun ada, gajinya sangat sedikit, nggak cukup membiayai keluarga. Di sini saya masih baik-baik sama majikan. Gaji yang diperoleh sebagian saya kirim ke kampung untuk nambah-nambah uang sekolah anak. Memang saya dengar kabar gaji TKI di Malaysia akan dinaikkan, tapi saya nggak tahu kapan,” ujar wanita yang memiliki tiga orang anak ini.

Semakin lama, matahari mulai menunjukkan kegarangannya. Maklum, dalam beberapa hari ini, negeri jiran sedang dilanda panas terik. Terlihat beberapa TKI pindah mencari pepohonan rindang untuk berteduh. Jumlah mereka mulai berkurang, karena sebagiannya harus antri dan mengambil formulir untuk menyelesaikan berkas mereka, lalu menuju ruangan digedung belakang Kantor KBRI.

Kemudian, Sumut Pos menaiki anak tangga menuju Kantor Utama KBRI. Ternyata hari itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar beserta rombongan berkunjung ke Kantor KBRI untuk melihat secara langsung proses pelayanan pihak KBRI kepada para TKI di Malaysia.

Lalu, Sumut Pos bergabung dan mengikuti rombongan. Menteri beserta rombongannya melihat langsung loket-loket pelayanan TKI yang tampak ramai oleh pemohon paspor yang akan digunakan untuk pengurusan permit (izin kerja) di negara ini. Menteri juga sempat mengunjungi shelter (tempat penampungan) para TKI yang mengalami permasalahan dengan majikannya terutama karena gaji tidak dibayarkan.

Di ruangan yang mirip dengan lorong ini, ada sekitar 50-an TKW yang tinggal. Mereka yang masih mau menetap dan menjadi tenaga kerja akan tetap difasilitasi, tapi jika tidak, akan dipulangkan ke kampung asalnya oleh pihak KBRI. Sayangnya, salah seorang petugas KBRI tidak mengizinkan Sumut Pos untuk mendokumentasikan suasana tersebut.

“Di sini tidak boleh sembarangan mengambil gambar. Kita tidak mau nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan,” kata petugas KBRI yang namanya enggan disebutkan.
Saat ini, jumlah TKI di Malaysia mencapai 2 juta lebih dimana 1,5 juta diantaranya tidak memiliki dokumen atau ilegal. “Ada belasan ribu TKI yang tak lolos pemutihan akan kita pulangkan secara bertahap. Kami juga gunakan aula untuk memberikan pelayanan kepada para TKI yang ikut pemutihan untuk menguruskan paspornya,” kata Atase Ketenagakerjaan KBRI, Agus Triyanto AS.
Terkait membludaknya WNI yang memohonkan paspor dan dokumen resmi terkait kelengkapan tinggal di Malaysia, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, akan segera melakukan penambahan petugas, agar para pemohon terlayani dengan baik. “Bila memang diperlukan, kita akan pertimbangkan untuk penambahan petugas, tapi kita tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku,” katanya.
Pihaknya menilai KBRI di Kuala Lumpur Malaysia telah memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal kepada ribuan warga negara Indonesia. “Banyak pekerjaan yang dilaksanakan oleh KBRI  mulai dari pelayanan surat nikah, paspor, SPLP hingga membantu para TKI yang mengalami permasalahan dengan majikannya,” bebernya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/