26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Masjid Raya Al-Ikhlas Rantauprapat

Masjid Raya Al-Ikhlas berada disekitaran Asrama Haji, Kabupaten Labuhanbatu. Posisinya yang berbatasan dengan jalan lintas Sumatera (Jalinsum) membuatnya selalu menjadi perhatian pengendara yang melintas. Bangunan berwarna kehijauan serta memiliki luas sekitar 60 X 70 meter ditambah halaman yang cukup luas membuat warga berkeinginan singgah hanya untuk berteduh.
Saat awak media ini menyusuri halaman maupun dibagian dalam Masjid yang persisnya terletak di Jalan Ujung Bandar, Kelurahan Lobusona, Kecamatan Rantau Selatan. Suasana teduh menyelimuti benak penulis. Dibahagian masjid terdapat beberapa warga sedang beristirahat setelah menjalankan ibadahnya sembari menikmati suguhan pedagang es campur disekitar masjid.
Di bahagian belakang tepatnya yang berdekatan dengan asrama haji Pemkab Labuhanbatu, terlihat lokasi pengambilan air wudhu yang digunakan sejumlah jamaah. Secara perlahan namun pasti para jamaah memasuki Masjid Raya Al-Ikhlas sembari sempat menebar senyum kepada awak media ini. “Mari mas,” sapanya sembari meminggirkan dua gerobak yang biasa dipikulnya saat menjajakan dagangan jajanan.
Kembali penulis menghampiri warga yang sedang menyantap jajanan sang penjual es campur. Dari sana diperoleh informasi bahwa mereka sering beristirahat disana seusai melaksanakan shalat. “Disini enak bang, dingin dan tidak terlalu bising, karena jauh dari jalan raya. Ya sekedar menghilangkan penat-penat saat di jalan tadi,” ujar mereka sambil menawarkan sepotong buah-buahan yang dibelinya.
Hal senada diutarakan salahsatu rombongan warga yang mengaku dari Provinsi Riau hendak menuju Medan. Dari sebelumnya sudah direncakan untuk beristirahat di masjid itu. Selain suasana tenang, mereka juga dapat menyantap perbekalan yang sudah dipersiapkan mereka. Alasannya juga sama, selain merasa teduh juga dikarenakan keheningan dilokasi serta dekat sejumlah rumah makan maupun toko kebutuhan lainnya. “Sekaligus istirahat untuk shalat bang,” ujar mereka.
Sementara Bahtiar, selaku Nazir Masjid Raya Al-Ikhlas Rantauprapat mengaku kurang banyak tahu tentang alkisah masjid itu, walau dirinya sudah sejak awal menjadi petugas di sana. Namun beitu dia sempat menjelaskan bahwa pembangunannya sempat terkendala beberapa tahun karena Bupati kala itu meninggal dunia. “Sempat terkendala juga pembangunannya, saat itu baru pembangunan tiang-tiang sajalah,” akunya.
Tetapi sambungnya, setelah pemerintahan dipimpin HT Milwan, barulah dilanjutkan dengan menggunakan dana APBD. “Kalau sebelum pak Milwan, dananya dari setiap pegawai dikenakan sekitar Rp30.000 perbulan. Kalau mengenai sejarah berdirinya, saya kurang tahu kali. Tapi saya rasa jumpai sajalah pak Makmur TB, dia paham kali itu,” terangnya.
Namun sebelum permisi dikarenakan hendak melaksanakan fardhu kifayah terhadap salah seorang tetangganya, dia berpesan kepada pemerintah untuk dapat memberikan bantuan penuh khususnya untuk pembngunan menara tunggal yang memang belum ada sampai saat ini. “Menaranya kan belum ada ini. Melalui kamu bantu jugalah biar dibangunkan,” sebutnya terkesan berharap.
Kabag Bimbingan Masyarakat (Binmas) Pemkab Labuhanbatu H Abdul Malik menerangkan sampai hari ini, kegiatan religius baik oleh pemerintah maupun warga selalu mengambil lokasi di masjid tersebut. “Sampai sekarang menjadi pusat kegiatan religius itu dan kita juga ada membangun sejumlah fasilitas disana,” terangnya.
Ya, keteduhan dan kenyamanan masjid yang berdiri kokoh nan rupawan menjadi alasan bagi sejumlah jamaah untuk terus rutin hadir untuk melaksanakan fardu wajib yang diperintahkan bagi umat Islam. (jok)

Masjid Raya Al-Ikhlas berada disekitaran Asrama Haji, Kabupaten Labuhanbatu. Posisinya yang berbatasan dengan jalan lintas Sumatera (Jalinsum) membuatnya selalu menjadi perhatian pengendara yang melintas. Bangunan berwarna kehijauan serta memiliki luas sekitar 60 X 70 meter ditambah halaman yang cukup luas membuat warga berkeinginan singgah hanya untuk berteduh.
Saat awak media ini menyusuri halaman maupun dibagian dalam Masjid yang persisnya terletak di Jalan Ujung Bandar, Kelurahan Lobusona, Kecamatan Rantau Selatan. Suasana teduh menyelimuti benak penulis. Dibahagian masjid terdapat beberapa warga sedang beristirahat setelah menjalankan ibadahnya sembari menikmati suguhan pedagang es campur disekitar masjid.
Di bahagian belakang tepatnya yang berdekatan dengan asrama haji Pemkab Labuhanbatu, terlihat lokasi pengambilan air wudhu yang digunakan sejumlah jamaah. Secara perlahan namun pasti para jamaah memasuki Masjid Raya Al-Ikhlas sembari sempat menebar senyum kepada awak media ini. “Mari mas,” sapanya sembari meminggirkan dua gerobak yang biasa dipikulnya saat menjajakan dagangan jajanan.
Kembali penulis menghampiri warga yang sedang menyantap jajanan sang penjual es campur. Dari sana diperoleh informasi bahwa mereka sering beristirahat disana seusai melaksanakan shalat. “Disini enak bang, dingin dan tidak terlalu bising, karena jauh dari jalan raya. Ya sekedar menghilangkan penat-penat saat di jalan tadi,” ujar mereka sambil menawarkan sepotong buah-buahan yang dibelinya.
Hal senada diutarakan salahsatu rombongan warga yang mengaku dari Provinsi Riau hendak menuju Medan. Dari sebelumnya sudah direncakan untuk beristirahat di masjid itu. Selain suasana tenang, mereka juga dapat menyantap perbekalan yang sudah dipersiapkan mereka. Alasannya juga sama, selain merasa teduh juga dikarenakan keheningan dilokasi serta dekat sejumlah rumah makan maupun toko kebutuhan lainnya. “Sekaligus istirahat untuk shalat bang,” ujar mereka.
Sementara Bahtiar, selaku Nazir Masjid Raya Al-Ikhlas Rantauprapat mengaku kurang banyak tahu tentang alkisah masjid itu, walau dirinya sudah sejak awal menjadi petugas di sana. Namun beitu dia sempat menjelaskan bahwa pembangunannya sempat terkendala beberapa tahun karena Bupati kala itu meninggal dunia. “Sempat terkendala juga pembangunannya, saat itu baru pembangunan tiang-tiang sajalah,” akunya.
Tetapi sambungnya, setelah pemerintahan dipimpin HT Milwan, barulah dilanjutkan dengan menggunakan dana APBD. “Kalau sebelum pak Milwan, dananya dari setiap pegawai dikenakan sekitar Rp30.000 perbulan. Kalau mengenai sejarah berdirinya, saya kurang tahu kali. Tapi saya rasa jumpai sajalah pak Makmur TB, dia paham kali itu,” terangnya.
Namun sebelum permisi dikarenakan hendak melaksanakan fardhu kifayah terhadap salah seorang tetangganya, dia berpesan kepada pemerintah untuk dapat memberikan bantuan penuh khususnya untuk pembngunan menara tunggal yang memang belum ada sampai saat ini. “Menaranya kan belum ada ini. Melalui kamu bantu jugalah biar dibangunkan,” sebutnya terkesan berharap.
Kabag Bimbingan Masyarakat (Binmas) Pemkab Labuhanbatu H Abdul Malik menerangkan sampai hari ini, kegiatan religius baik oleh pemerintah maupun warga selalu mengambil lokasi di masjid tersebut. “Sampai sekarang menjadi pusat kegiatan religius itu dan kita juga ada membangun sejumlah fasilitas disana,” terangnya.
Ya, keteduhan dan kenyamanan masjid yang berdiri kokoh nan rupawan menjadi alasan bagi sejumlah jamaah untuk terus rutin hadir untuk melaksanakan fardu wajib yang diperintahkan bagi umat Islam. (jok)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/