28.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Wanita Disabilitas Harus Berani Menampilkan Potensi

MEDAN  – Dalam memperingati Hari Kartini, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumut mengharapkan agar para penyandang cacat lebih meningkatkan rasa percaya diri serta memperjuangkan hak-hak mereka. Hal itu dikatakan Ketua HWDI Sumut, Dra.Jenni Heryani, Selasa (24/4) di Medan.

Menurutnya,  perlakuan diskriminasi memang kerap dialami terutama dalam hal pekerjaan dan pendidikan. “Perlakuan tidak adil itu pasti ada. Tapi kita tidak menyerah. Para penyandang cacat harus memperjuangkan hak-hak mereka dan tetap meningkatkan rasa percaya diri,” katanya.

Perhatian pemerintah terhadap para penyandang disabilitas memang ada dengan dibuatnya Undang-undang mengenai penyandang cacat, namun implementasinya sendiri masih sangat kurang. “Implementasinya belum sampai ketingkat paling dasar. Sehingga kita banyak mengalami hambatan,” jelasnya.

Dalam kegiatan Hari Kartini itu, HWDI Sumut yang rata-rata penyandang cacat fisik (tuna daksa) ini juga mengadakan serangkaian acara seperti perlombaan pakaian kebaya, membaca puisi dan lainnya.

Pada kesempatan tersebut, Dirut Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu mengatakan meski menyandang status disabilitas, wanita bisa melakukan sesuatu sebagai wujud penghargaan dan terimakasih kepada Raden Ajeng Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita. “Setiap wanita sama yakni sebagai tiang negara yang harus turut melahirkan generasi penerus yang aktif dan cinta kepada negaranya,” imbuhnya.

Untuk itu, harapnya, wanita yang menyandang status disabilitas harus berani menampilkan potensi yang dimiliki dan penyandang cacat fisik juga bisa mandiri melalui wirausaha. Bank Sumut, katanya, melalui program ekonomi rakyat untuk perempuan siap membantu perempuan yang ingin berusaha.
“Kita menyiapkan modal Rp500 ribu sampai Rp5 juta untuk per kelompok yang membutuhkan kredit. Rp50 juta untuk perorangan. Ini khusus untuk pemberdayaan perempuan yang termarginalkan atau penghasilan suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” imbuhnya. Disebutkannya,  sudah 72 ribu perempuan yang tergabung dalam 3 ribu kelompok yang diberi pelatihan  dalam program pemberdayaan ini.  (mag -11)

MEDAN  – Dalam memperingati Hari Kartini, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumut mengharapkan agar para penyandang cacat lebih meningkatkan rasa percaya diri serta memperjuangkan hak-hak mereka. Hal itu dikatakan Ketua HWDI Sumut, Dra.Jenni Heryani, Selasa (24/4) di Medan.

Menurutnya,  perlakuan diskriminasi memang kerap dialami terutama dalam hal pekerjaan dan pendidikan. “Perlakuan tidak adil itu pasti ada. Tapi kita tidak menyerah. Para penyandang cacat harus memperjuangkan hak-hak mereka dan tetap meningkatkan rasa percaya diri,” katanya.

Perhatian pemerintah terhadap para penyandang disabilitas memang ada dengan dibuatnya Undang-undang mengenai penyandang cacat, namun implementasinya sendiri masih sangat kurang. “Implementasinya belum sampai ketingkat paling dasar. Sehingga kita banyak mengalami hambatan,” jelasnya.

Dalam kegiatan Hari Kartini itu, HWDI Sumut yang rata-rata penyandang cacat fisik (tuna daksa) ini juga mengadakan serangkaian acara seperti perlombaan pakaian kebaya, membaca puisi dan lainnya.

Pada kesempatan tersebut, Dirut Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu mengatakan meski menyandang status disabilitas, wanita bisa melakukan sesuatu sebagai wujud penghargaan dan terimakasih kepada Raden Ajeng Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita. “Setiap wanita sama yakni sebagai tiang negara yang harus turut melahirkan generasi penerus yang aktif dan cinta kepada negaranya,” imbuhnya.

Untuk itu, harapnya, wanita yang menyandang status disabilitas harus berani menampilkan potensi yang dimiliki dan penyandang cacat fisik juga bisa mandiri melalui wirausaha. Bank Sumut, katanya, melalui program ekonomi rakyat untuk perempuan siap membantu perempuan yang ingin berusaha.
“Kita menyiapkan modal Rp500 ribu sampai Rp5 juta untuk per kelompok yang membutuhkan kredit. Rp50 juta untuk perorangan. Ini khusus untuk pemberdayaan perempuan yang termarginalkan atau penghasilan suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” imbuhnya. Disebutkannya,  sudah 72 ribu perempuan yang tergabung dalam 3 ribu kelompok yang diberi pelatihan  dalam program pemberdayaan ini.  (mag -11)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/