30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lumpur Bekas Korekan Drainase Tutupi Trotoar

MEDAN-Pengorekan drainase atau parit di sejumlah daerah di Kota Medan tak menghiraukan keberadaan trotoar dan pengguna jalan.

Pasalnya, di sejumlah titik drainase yang sedang diperbaiki dan akan dibangun, korekan-korekan drainase berupa lumpur diletakkan begitu saja di pinggir-pinggir jalan dan bahkan menjorok ke badan jalan. Termasuk juga menutupi bagian dari trotoar.

Otomatis, para pejalan kaki yang biasa menggunakan trotoar sebagai area perlintasan, harus kecewa dan mengalah dengan mengalihkan perjalannya dari pinggir-pinggir jalan dan sampai ke badan jalan.

“Gawat kali memang, kadang tanah bekas korekan diletak begitu saja. Mau jalan pun susah. Harus ke jalan besarnya kita untuk jalan kaki saja,” kata Bobi, warga Medan Helvetia yang menyampaikan keluh kesahnya kepada Sumut Pos, Selasa (27/11).

Bukan hanya itu, kata Bobi, korekan drainase berupa lumpur yang dibuang menutupi trotoar dan menjorok ke badan jalan sudah mengering, dampak lainnya adalah akan menimbulkan banyak debu yang berterbangan di udara, khususnya ketika ada pengguna kendaraan yang melintas secara ugal-ugalan.
“Kalau sudah kering, terus ada sepeda motor atau mobil melintas dengan kecepatan tinggi, atau truk-truk yang melintas, abunya tidak tanggung-tanggung. Buat sesak nafas kita,” ucap Bobi lagi.

Sedangkan Yazid, warga lainnya menegaskan, semestinya dinas terkait yang menangani masalah pembangunan dan perbaikan drainase, mesti mengantisipasi masalah itu.

“Dilihat memang kecil masalahnya, tapi kadang buat kita geram juga. Mau jalan saja susah,” tukasnya.(ari)

MEDAN-Pengorekan drainase atau parit di sejumlah daerah di Kota Medan tak menghiraukan keberadaan trotoar dan pengguna jalan.

Pasalnya, di sejumlah titik drainase yang sedang diperbaiki dan akan dibangun, korekan-korekan drainase berupa lumpur diletakkan begitu saja di pinggir-pinggir jalan dan bahkan menjorok ke badan jalan. Termasuk juga menutupi bagian dari trotoar.

Otomatis, para pejalan kaki yang biasa menggunakan trotoar sebagai area perlintasan, harus kecewa dan mengalah dengan mengalihkan perjalannya dari pinggir-pinggir jalan dan sampai ke badan jalan.

“Gawat kali memang, kadang tanah bekas korekan diletak begitu saja. Mau jalan pun susah. Harus ke jalan besarnya kita untuk jalan kaki saja,” kata Bobi, warga Medan Helvetia yang menyampaikan keluh kesahnya kepada Sumut Pos, Selasa (27/11).

Bukan hanya itu, kata Bobi, korekan drainase berupa lumpur yang dibuang menutupi trotoar dan menjorok ke badan jalan sudah mengering, dampak lainnya adalah akan menimbulkan banyak debu yang berterbangan di udara, khususnya ketika ada pengguna kendaraan yang melintas secara ugal-ugalan.
“Kalau sudah kering, terus ada sepeda motor atau mobil melintas dengan kecepatan tinggi, atau truk-truk yang melintas, abunya tidak tanggung-tanggung. Buat sesak nafas kita,” ucap Bobi lagi.

Sedangkan Yazid, warga lainnya menegaskan, semestinya dinas terkait yang menangani masalah pembangunan dan perbaikan drainase, mesti mengantisipasi masalah itu.

“Dilihat memang kecil masalahnya, tapi kadang buat kita geram juga. Mau jalan saja susah,” tukasnya.(ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/