31.7 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Medan Harus Pikirkan Sayur Prodak Lokal

AMINOER RASYID/SUMUT POS Petani memetik buah tomat saat  panen di ladang milik mereka di Desa Sigarang-garang, Kabupaten Karo, Minggu (22/9). Erupsi Gunung Sinabung memengaruhi stok sayur mayur di Medan, yang berasal dari Karo.
AMINOER RASYID/SUMUT POS
Petani memetik buah tomat saat panen di ladang milik mereka di Desa Sigarang-garang, Kabupaten Karo, Minggu (22/9). Erupsi Gunung Sinabung memengaruhi stok sayur mayur di Medan, yang berasal dari Karo.

MEDAN-

Pascaerupsi Gunung Sinabung beberapa waktu lalu menyebabkan harga sayur mayur di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan menjadi tidak stabil. Hal itu dikarenakan selama ini Kota Medan masih bergantung pasokan yang berasal dari Kabupaten Karo tersebut.

Ketua Komisi C DPRD Medan, A Hie  meminta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Medan agar mencari solusi terkait mahalnya harga sayur mayur saat ini.

 

“Masalah ini harus dicari solusinya, setidaknya harus ada alternatif dari daerah lain yang bisa dijadikan pemasok sayur mayur,” katanya ketika di konfirmasi Sumut Pos, Senin (23/9).

 

Disperindag, kata dia, harus lebih fokus terhadap situasi harga sayur mayur yang belum stabil di Kota Medan. Bukan hanya itu instansi tersebut bisa mencari alternatif daearah lain

 

Selain itu, katanya, agar mencari alternatif pasokan sayur mayur dari daerah sekitar seperti Binjai, Langkat maupun daerah lainnya.

“Disperindag harus fokus dan bekerja keras untuk mengontrol harga dengan cara mencari pemasok lain, guna menetralkan harga sayur mayur untuk sementara ini. Kan bisa saja mengalihkan pasokan dari daerah lain, seperti Binjai atau langkat,” bebernya.

 

Politisi Partai Demokrat ini, berharap kepada para pedagang dan masyarakat Kota Medan untuk saat ini jangan hanya bergantung pasokan sayur yang berasal dari Karo, melainkan mulai berfikir untuk menggunakan produk lokal di sekitar wilayah Medan.

 

” Dalam kondisi sekarang ini, masyarakat Kota Medan seharusnya lebih memilih untuk membeli sayur mayur lokal, di mana mengingat pasokan yang biasa dari tanah karo begitu langka keberadaannya sehingga harga menjadi tidak stabil di pasar tradisional,” pungkas A Hie.

 

Dihubungi terpisah Kadisperindag Medan Syahrizal Arif mengaku, dirinya terus melakukan pengawasan di seluruh pasar tradisional untuk mengantisipasi lonjakan harga yang cukup signifikan. Dijelaskannya, Kota Medan sebagai pusat perdagangan sayuran tidak boleh tidak bergantung pasokan dari Karo.

 

“Disperindag terus memonitoring harga di pasaran melalui PD Pasar. Saat ini  masih banyak daerah lain yang menjual hasil pertanian mereka ke kota ini, jadi jangan terlalu khawatir dengan keadaan ini,” jelasnya.

 

Meskipun sejauh ini pihaknya belum menerima keluhan dari pedagang maupun masyarakat, Disperindag tetap akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait terutama kepada para pedagang.  “Hingga kini belum ada keluhan dari masyarakat dan pedagang. Tapi kita tetap lakukan koordinasi,” tambahnya.

 

Untuk diketahui, kenaikan harga sayur mayur disejumlah pasar tradisional di Kota Medan masih fluktuatif. Salah satu contohnya seperti harga bunga kol dari Rp5 ribu menjadi Rp20 ribu per kilogram. (dik)

 

AMINOER RASYID/SUMUT POS Petani memetik buah tomat saat  panen di ladang milik mereka di Desa Sigarang-garang, Kabupaten Karo, Minggu (22/9). Erupsi Gunung Sinabung memengaruhi stok sayur mayur di Medan, yang berasal dari Karo.
AMINOER RASYID/SUMUT POS
Petani memetik buah tomat saat panen di ladang milik mereka di Desa Sigarang-garang, Kabupaten Karo, Minggu (22/9). Erupsi Gunung Sinabung memengaruhi stok sayur mayur di Medan, yang berasal dari Karo.

MEDAN-

Pascaerupsi Gunung Sinabung beberapa waktu lalu menyebabkan harga sayur mayur di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan menjadi tidak stabil. Hal itu dikarenakan selama ini Kota Medan masih bergantung pasokan yang berasal dari Kabupaten Karo tersebut.

Ketua Komisi C DPRD Medan, A Hie  meminta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Medan agar mencari solusi terkait mahalnya harga sayur mayur saat ini.

 

“Masalah ini harus dicari solusinya, setidaknya harus ada alternatif dari daerah lain yang bisa dijadikan pemasok sayur mayur,” katanya ketika di konfirmasi Sumut Pos, Senin (23/9).

 

Disperindag, kata dia, harus lebih fokus terhadap situasi harga sayur mayur yang belum stabil di Kota Medan. Bukan hanya itu instansi tersebut bisa mencari alternatif daearah lain

 

Selain itu, katanya, agar mencari alternatif pasokan sayur mayur dari daerah sekitar seperti Binjai, Langkat maupun daerah lainnya.

“Disperindag harus fokus dan bekerja keras untuk mengontrol harga dengan cara mencari pemasok lain, guna menetralkan harga sayur mayur untuk sementara ini. Kan bisa saja mengalihkan pasokan dari daerah lain, seperti Binjai atau langkat,” bebernya.

 

Politisi Partai Demokrat ini, berharap kepada para pedagang dan masyarakat Kota Medan untuk saat ini jangan hanya bergantung pasokan sayur yang berasal dari Karo, melainkan mulai berfikir untuk menggunakan produk lokal di sekitar wilayah Medan.

 

” Dalam kondisi sekarang ini, masyarakat Kota Medan seharusnya lebih memilih untuk membeli sayur mayur lokal, di mana mengingat pasokan yang biasa dari tanah karo begitu langka keberadaannya sehingga harga menjadi tidak stabil di pasar tradisional,” pungkas A Hie.

 

Dihubungi terpisah Kadisperindag Medan Syahrizal Arif mengaku, dirinya terus melakukan pengawasan di seluruh pasar tradisional untuk mengantisipasi lonjakan harga yang cukup signifikan. Dijelaskannya, Kota Medan sebagai pusat perdagangan sayuran tidak boleh tidak bergantung pasokan dari Karo.

 

“Disperindag terus memonitoring harga di pasaran melalui PD Pasar. Saat ini  masih banyak daerah lain yang menjual hasil pertanian mereka ke kota ini, jadi jangan terlalu khawatir dengan keadaan ini,” jelasnya.

 

Meskipun sejauh ini pihaknya belum menerima keluhan dari pedagang maupun masyarakat, Disperindag tetap akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait terutama kepada para pedagang.  “Hingga kini belum ada keluhan dari masyarakat dan pedagang. Tapi kita tetap lakukan koordinasi,” tambahnya.

 

Untuk diketahui, kenaikan harga sayur mayur disejumlah pasar tradisional di Kota Medan masih fluktuatif. Salah satu contohnya seperti harga bunga kol dari Rp5 ribu menjadi Rp20 ribu per kilogram. (dik)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/