26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Meniti Jalan Rasul

H Ottoman

Bersahaja adalah kesan pertama yang didapat dari H Ottoman (63) saat ditemui di seputaran Jalan Adinegoro Medan beberapa waktu lalu. Meskipun di balik topi motif loreng kaos kerah dan celana berwarna coklat muda serta sandal kulit berwarna hitam, tersulut semangat dan pemikiran segar untuk berbuat.

Ya, setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menikmati hari-harinya. Demikian pula H Ottoman yang tetap meniti jalan rasul yaitu beribadah di usia senjanya kini. “Sudah lah, dunia ini apa sih? Seperti kisah para rasul yang berusia 63 saat mencapainya, jadi sekarang ini beribadah saja lah,” ucap H Ottoman.

Ibadah itu diperlihatkan sebagai Wakil Ketua Lembaga Dana Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (Laziswa) Muhammadiyah Sumatera Utara (Sumut) sejak 2008 lalu. Dengan mencurahkan waktu dan pikiran juga tenaga untuk menyusun berbagai program demi mewujudkan tujuan dari lembaga yang dipimpin. Program dan kegiatan yang jauh dari orientasi kekuasaan atau pun kemewahan dunia. Melainkan untuk kemaslahatan masyarakat khususnya warga Muhammadiyah yang tersebar di Sumut.

“Dengan kondisi keuangan Muhammadiyah, di mana dana yang besar itu ada di kantung umat. Perlu ada terobosan dan bila perlu pengurus harus keluar uang. Sampai sekarang ini masih tidak sedikit warga Muhammadiyah yang membutuhkan. Untuk itu pengurus harus terus berikan rangsangan baik jasmani dan rohani sehingga masyarakat bisa bangkit,” tuturnya.

Hal itu pula yang dilakukan suami dari Hj Hartati ini di setiap keterlibatannya dalam kepengurusan Muhammadiyah. Organisasi dakwah yang digeluti sejak remaja yang juga membesarkannya. Dengan menggelar berbagai kegiatan, dirinya menghadirkan daya tarik remaja di Kelurahan Durian lainnya untuk terlibat di Masjid Taqwa Jalan Bambu Medan.

Begitu juga saat diangkat sebagai Ketua Pemuda Muhammadyah Cabang Durian 1985 silam. Kaderisasi yang bekelanjutan bahkan menjadi kegiatan wajib. Potensi yang ada juga menjadi perhatian khususnya di bidang olahraga. Hal itu membuat Kelurahan Durian menjadi juara umum di cabang bola kaki dan catur. Tak jarang mereka mengirim pemain ke kejuaraan di luar Sumatera Utara seperti Padang.

Dengan manajemen yang baik, ayah dari empat anak ini menunaikan tanggung jawab sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Daerah Kota Medan 1985-1990 begitu juga tanggung jawab sebagai pegawai administrasi dan keuangan di beberapa proyek PT Posedon. “Karena sistem kepemimpinannya kolektif kolegial, tinggal bagaimana memaksimalkan peran masing-masing pimpinan. Untuk itu saya siapkan 10 hari di Kota Medan sembari membangun komunikasi melalui perangkat, waktu itu berupa orari. Lagi pula seorang ketua itu hanya sebagai simbol pemersatu seluruh pengurus untuk bekerja demi organisasi,” papar H Ottoman.

Buah dari kaderisasi berkelanjutan tadi pun dirasakan saat kembali ke Kota Medan untuk melanjutkan pengabdiannya. Tabungan selama bekerja digunakan untuk membangun kost-kostan dan rumah kontrakan di daerah Depok. Dengan anak-anak yang sudah berkeluarga, penghasilan dari situ pun cukup untuk memenuhi kebutuhan. Semakin memuluskan langkah H Ottoman di jalan rasul tadi.

“Dulu kaderisasi berupa pelatihan berjenjang. Ada melati tunas untuk cabang, melati daerah untuk daerah, dan melati madya untuk wilayah dan wajib sebagai evaluasi ketua-ketua cabang. Pendekatan kita pun melalui olahraga yang paling diminati remaja,” kenangnya.

Masalah keuangan organisasi pun bukan gangguan berarti dari tanggung jawab sebagai Ketua Pengganti Antar Waktu Majelis Ekonomi Muhammadiyah Sumut. Lewat program-program pemberdayaan mereka berbuat bagi masyarakat. Di antaranya menggelar pelatihan home industri membuat pakan ikan di Desa Rawang Kisaran. Begitu juga dalam pengadaan hewan kurban untuk 28 cabang di 21 kecamatan se-Kota Medan 2009 lalu.

“Semua karena Allah saja, begitu juga waktu kita membantu warga Serdang Bedagai (Sergai) yang menderita tumor di dada. Tapi kita tidak meminta melainkan menawarkan program yang jelas dan transparan,” tegasnya. (jul)

H Ottoman

Bersahaja adalah kesan pertama yang didapat dari H Ottoman (63) saat ditemui di seputaran Jalan Adinegoro Medan beberapa waktu lalu. Meskipun di balik topi motif loreng kaos kerah dan celana berwarna coklat muda serta sandal kulit berwarna hitam, tersulut semangat dan pemikiran segar untuk berbuat.

Ya, setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menikmati hari-harinya. Demikian pula H Ottoman yang tetap meniti jalan rasul yaitu beribadah di usia senjanya kini. “Sudah lah, dunia ini apa sih? Seperti kisah para rasul yang berusia 63 saat mencapainya, jadi sekarang ini beribadah saja lah,” ucap H Ottoman.

Ibadah itu diperlihatkan sebagai Wakil Ketua Lembaga Dana Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (Laziswa) Muhammadiyah Sumatera Utara (Sumut) sejak 2008 lalu. Dengan mencurahkan waktu dan pikiran juga tenaga untuk menyusun berbagai program demi mewujudkan tujuan dari lembaga yang dipimpin. Program dan kegiatan yang jauh dari orientasi kekuasaan atau pun kemewahan dunia. Melainkan untuk kemaslahatan masyarakat khususnya warga Muhammadiyah yang tersebar di Sumut.

“Dengan kondisi keuangan Muhammadiyah, di mana dana yang besar itu ada di kantung umat. Perlu ada terobosan dan bila perlu pengurus harus keluar uang. Sampai sekarang ini masih tidak sedikit warga Muhammadiyah yang membutuhkan. Untuk itu pengurus harus terus berikan rangsangan baik jasmani dan rohani sehingga masyarakat bisa bangkit,” tuturnya.

Hal itu pula yang dilakukan suami dari Hj Hartati ini di setiap keterlibatannya dalam kepengurusan Muhammadiyah. Organisasi dakwah yang digeluti sejak remaja yang juga membesarkannya. Dengan menggelar berbagai kegiatan, dirinya menghadirkan daya tarik remaja di Kelurahan Durian lainnya untuk terlibat di Masjid Taqwa Jalan Bambu Medan.

Begitu juga saat diangkat sebagai Ketua Pemuda Muhammadyah Cabang Durian 1985 silam. Kaderisasi yang bekelanjutan bahkan menjadi kegiatan wajib. Potensi yang ada juga menjadi perhatian khususnya di bidang olahraga. Hal itu membuat Kelurahan Durian menjadi juara umum di cabang bola kaki dan catur. Tak jarang mereka mengirim pemain ke kejuaraan di luar Sumatera Utara seperti Padang.

Dengan manajemen yang baik, ayah dari empat anak ini menunaikan tanggung jawab sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Daerah Kota Medan 1985-1990 begitu juga tanggung jawab sebagai pegawai administrasi dan keuangan di beberapa proyek PT Posedon. “Karena sistem kepemimpinannya kolektif kolegial, tinggal bagaimana memaksimalkan peran masing-masing pimpinan. Untuk itu saya siapkan 10 hari di Kota Medan sembari membangun komunikasi melalui perangkat, waktu itu berupa orari. Lagi pula seorang ketua itu hanya sebagai simbol pemersatu seluruh pengurus untuk bekerja demi organisasi,” papar H Ottoman.

Buah dari kaderisasi berkelanjutan tadi pun dirasakan saat kembali ke Kota Medan untuk melanjutkan pengabdiannya. Tabungan selama bekerja digunakan untuk membangun kost-kostan dan rumah kontrakan di daerah Depok. Dengan anak-anak yang sudah berkeluarga, penghasilan dari situ pun cukup untuk memenuhi kebutuhan. Semakin memuluskan langkah H Ottoman di jalan rasul tadi.

“Dulu kaderisasi berupa pelatihan berjenjang. Ada melati tunas untuk cabang, melati daerah untuk daerah, dan melati madya untuk wilayah dan wajib sebagai evaluasi ketua-ketua cabang. Pendekatan kita pun melalui olahraga yang paling diminati remaja,” kenangnya.

Masalah keuangan organisasi pun bukan gangguan berarti dari tanggung jawab sebagai Ketua Pengganti Antar Waktu Majelis Ekonomi Muhammadiyah Sumut. Lewat program-program pemberdayaan mereka berbuat bagi masyarakat. Di antaranya menggelar pelatihan home industri membuat pakan ikan di Desa Rawang Kisaran. Begitu juga dalam pengadaan hewan kurban untuk 28 cabang di 21 kecamatan se-Kota Medan 2009 lalu.

“Semua karena Allah saja, begitu juga waktu kita membantu warga Serdang Bedagai (Sergai) yang menderita tumor di dada. Tapi kita tidak meminta melainkan menawarkan program yang jelas dan transparan,” tegasnya. (jul)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/