26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pengungsi Sinabung Tak Bisa Salat Tarawih

Foto: Desi/Sumut Pos Pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari Desa Pintu Besi dan Desa Suka Nalu memadati Gedung KNPI, Tanah Karo, Sumut, Selasa (16/6/2015).
Foto: Desi/Sumut Pos
Pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari Desa Pintu Besi dan Desa Suka Nalu memadati Gedung KNPI, Tanah Karo, Sumut, Selasa (16/6/2015).

KARO, SUMUTPOS.CO – Memasuki bulan Ramadhan, pengungsi erupsi Gunung Sinabung yang beragama Islam mengaku kecewa. Sebab sarana ibadah di pengungsian tak memadai, bahkan tak tersedia.

“Meski hanya terbuat dari tenda, tidak apa-apa. Ini tidak ada sarana ibadah sama sekali. Ramadan tahun lalu waktu kami mengungsi di Gereja Advent, di sana malah disediakan sarana ibadah untuk pengungsi yang beragama Islam,” ujar Elvi Dalimunthe (30), warga yang mengungsi di Jambur Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat.

Apalagi, sambungnya, separuh dari 666 jiwa warga yang mengungsi di Jambur Tongkoh beragama Islam. “Sampai hari ini tak ada kutengok orang itu (aparat) membicarakan sarana ibadah ini,” tambah pengungsi lain.

Kondisi serupa juga terjadi di tempat pengungsian lainnya, seperti di Jambur Lau Buah Batu Karang dan Gudang Jeruk Surbakti. “Belum ada sarana ibadah, padahal yang mengungsi di gereja disediakan sarana untuk salat,” sebut seorang anggota Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Karo, Susanto Ginting.

Hal ini membuatnya prihatin. Pasalnya kondisi serupa terjadi di 10 titik pengungsian lainnya. “Kalau malam mereka tidur berdesakan, kita prihatin sekali. Pemerintah tahunya hanya logistik, tapi kebutuhan lain tak diperhatikan. Seharusnya karena ini sudah bulan Ramadan, pemerintah berpikir tentang sahur dan salat tarawih para pengungsi bagaimana,” tukasnya.

Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan warga sekitar Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumut, untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, potensi erupsi susulan masih tinggi.

Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, sepanjang Selasa (17/6) terjadi 120 kali guguran, empat kali luncuran awan panas sepanjang 2-3 km ke sisi timur-tenggara dan selatan. Selain itu, dua kali luncuran lava pijar 1,5 km ke tenggara dan 2 km ke selatan, tremor menerus serta semua parameter seismisitas masih tinggi.

Selanjutnya, pada Rabu (18/6) siang telah terjadi satu kali awan panas guguran dari puncak dengan jarak luncur sejauh 2,5 km ke Tenggara, dan guguran lava pijar dari puncak sejauh 700-1.500 meter ke Tenggara, tremor menerus. “Potensi erupsi susulan masih tinggi. Status Awas (level IV),” ujar Sutopo dalam keterangan persnya, kemarin.

Dijelaskan, adanya perluasan radius yang harus dikosongkan menyebabkan warga beberapa desa harus dievakuasi. Saat ini pengungsi 10.377 jiwa (2.762 KK) yang tersebar di 10 pos pengungsian. Pengungsi berasal dari Desa Guru Kinayan, Tiga Pancur, Pintu Besi, Sukanalu, Beras Tepu, Sigarang-garang, Jeraya, Kuta Rayat, Kuta Gunggung, Mardinding, Kuta Tengah, dan Dusun Lau Kawar.

Pengungsi bukan hanya berasal dari desa sisi tenggara-selatan dari puncak kawah, tetapi desa-desa di sisi utara, timur dan barat daya pun mengungsi. Di beberapa pos penampungan , lanjut Sutopo, terdapat pengungsi yang banyak, seperti di pos pengungsian BPPT, jambur Tongkoh dan Tahura ada 2.728 jiwa (666 KK).

“Tim Reaksi Cepat BNPB telah hadir di Sinabung mendampingi BPBD Karo. Bupati Karo telah meminta bantuan Rp 1,4 milyar dana siap pakai kepada BNPB untuk penanganan pengungsi,” ujarnya.

Dikatakan Sutopo, Bupati Karo telah menetapkan masa tanggap darurat sejak 2 Juni 2015 hingga 6 Juli 2015. “Kebutuhan mendesak adalah tenda pengungsi, selimut, MCK, makanan tambahan, lauk pauk, masker, tikar, matras, tanki air, pakaian, logistik untuk kebutuhan dapur, dan psikolog untuk trauma healing,” pungkasnya. (des/trg)

Foto: Desi/Sumut Pos Pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari Desa Pintu Besi dan Desa Suka Nalu memadati Gedung KNPI, Tanah Karo, Sumut, Selasa (16/6/2015).
Foto: Desi/Sumut Pos
Pengungsi erupsi Gunung Sinabung dari Desa Pintu Besi dan Desa Suka Nalu memadati Gedung KNPI, Tanah Karo, Sumut, Selasa (16/6/2015).

KARO, SUMUTPOS.CO – Memasuki bulan Ramadhan, pengungsi erupsi Gunung Sinabung yang beragama Islam mengaku kecewa. Sebab sarana ibadah di pengungsian tak memadai, bahkan tak tersedia.

“Meski hanya terbuat dari tenda, tidak apa-apa. Ini tidak ada sarana ibadah sama sekali. Ramadan tahun lalu waktu kami mengungsi di Gereja Advent, di sana malah disediakan sarana ibadah untuk pengungsi yang beragama Islam,” ujar Elvi Dalimunthe (30), warga yang mengungsi di Jambur Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat.

Apalagi, sambungnya, separuh dari 666 jiwa warga yang mengungsi di Jambur Tongkoh beragama Islam. “Sampai hari ini tak ada kutengok orang itu (aparat) membicarakan sarana ibadah ini,” tambah pengungsi lain.

Kondisi serupa juga terjadi di tempat pengungsian lainnya, seperti di Jambur Lau Buah Batu Karang dan Gudang Jeruk Surbakti. “Belum ada sarana ibadah, padahal yang mengungsi di gereja disediakan sarana untuk salat,” sebut seorang anggota Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Karo, Susanto Ginting.

Hal ini membuatnya prihatin. Pasalnya kondisi serupa terjadi di 10 titik pengungsian lainnya. “Kalau malam mereka tidur berdesakan, kita prihatin sekali. Pemerintah tahunya hanya logistik, tapi kebutuhan lain tak diperhatikan. Seharusnya karena ini sudah bulan Ramadan, pemerintah berpikir tentang sahur dan salat tarawih para pengungsi bagaimana,” tukasnya.

Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan warga sekitar Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumut, untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, potensi erupsi susulan masih tinggi.

Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, sepanjang Selasa (17/6) terjadi 120 kali guguran, empat kali luncuran awan panas sepanjang 2-3 km ke sisi timur-tenggara dan selatan. Selain itu, dua kali luncuran lava pijar 1,5 km ke tenggara dan 2 km ke selatan, tremor menerus serta semua parameter seismisitas masih tinggi.

Selanjutnya, pada Rabu (18/6) siang telah terjadi satu kali awan panas guguran dari puncak dengan jarak luncur sejauh 2,5 km ke Tenggara, dan guguran lava pijar dari puncak sejauh 700-1.500 meter ke Tenggara, tremor menerus. “Potensi erupsi susulan masih tinggi. Status Awas (level IV),” ujar Sutopo dalam keterangan persnya, kemarin.

Dijelaskan, adanya perluasan radius yang harus dikosongkan menyebabkan warga beberapa desa harus dievakuasi. Saat ini pengungsi 10.377 jiwa (2.762 KK) yang tersebar di 10 pos pengungsian. Pengungsi berasal dari Desa Guru Kinayan, Tiga Pancur, Pintu Besi, Sukanalu, Beras Tepu, Sigarang-garang, Jeraya, Kuta Rayat, Kuta Gunggung, Mardinding, Kuta Tengah, dan Dusun Lau Kawar.

Pengungsi bukan hanya berasal dari desa sisi tenggara-selatan dari puncak kawah, tetapi desa-desa di sisi utara, timur dan barat daya pun mengungsi. Di beberapa pos penampungan , lanjut Sutopo, terdapat pengungsi yang banyak, seperti di pos pengungsian BPPT, jambur Tongkoh dan Tahura ada 2.728 jiwa (666 KK).

“Tim Reaksi Cepat BNPB telah hadir di Sinabung mendampingi BPBD Karo. Bupati Karo telah meminta bantuan Rp 1,4 milyar dana siap pakai kepada BNPB untuk penanganan pengungsi,” ujarnya.

Dikatakan Sutopo, Bupati Karo telah menetapkan masa tanggap darurat sejak 2 Juni 2015 hingga 6 Juli 2015. “Kebutuhan mendesak adalah tenda pengungsi, selimut, MCK, makanan tambahan, lauk pauk, masker, tikar, matras, tanki air, pakaian, logistik untuk kebutuhan dapur, dan psikolog untuk trauma healing,” pungkasnya. (des/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/