26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

10 Jam Tertimbun Longsor, Aisyah Susul Ibu ke Liang Lahat

Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.
Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN
Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – “OMPUNG, ompung (kakek/nenek)!,” terdengar teriakan dari dalam reruntuhan. Suara bocah yang semakin mengecil itu membangkitkan semangat dan harapan seluruh relawan yang turun mencari korban di reruntuhan puing rumah milik Bisri di Silayanglayang, Lingkungan IV, Kelurahan Wek II, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Selasa (28/7) menjelang subuh.

Sontak semua relawan mencari asal suara dan berusaha mencari celah dari balik rumah yang runtuh akibat ditimba longsoran tebing, Senin (27/6) sore. Ya, itu adalah suara Aisyah. Semua bergerak cepat, hingga akhirnya semakin dekat dengan suara korban yang terperangkap reruntuhan bangunan.

“Aisyah sabar ya nak, sudah dekat ini, berdoalah dulu,” ucap seorang prajuit TNI memberi semangat.

Ada sekira satu jam pra relawan mencari celah dan membuka lubang dari tiang dan lantai bangunan beton itu. Hingga akhirnya, tubuh Aisyah pun terlihat jelas. Ia ditemukan selamat di balik kerasnya beton dan tanah, serta pijakan para relawan. Saat itu di atasnya terdapat sebuah kulkas dan sebuah dispenser. Itu pulalah yang menahan beton hingga tak menimpanya. Namun saat itu Aisyah belum bisa dikeluarkan. Masih ada besi beton yang harus dipotong terlebih dulu.

“Haus pak, haus…” ucapnya parau saat celah terbuka. “Air, air minum. Cepat beri air minum!” pinta relawan yang langsung memberikannya air mineral kemasan beserta sedotan plastik lewat celah-celah besi beton. Aisyah begitu kehausan, hingga menghabiskan beberapa gelas air mineral. Akhirnya, setelah memperlebar celah dengan memotong besi beton dengan menggunakan, gunting besi dan mesin gerinda. Aisyah berhasil diangkat dengan kondisi lemas tak berdaya.

“Subbahallah, Allahu Akbar, Ya Allah,” teriak ratusan warga yang menyaksikan proses evakuasi. Tangis haru pun terdengar menyertainya, tak dari satu dua orang, ada banyak warga yang meneteskan air mata.

Setelah mampu bertahan hampir 10 jam di apit puing-puing bangunan, Aisyah kemudian dilarikan ke RSUD Padangsidimpuan. Di sana, sebagian tubuh gadis kecil itu tampak mulai kaku. Namun ia masih bisa berteriak: Ompung… Ompung…! “Lama lagi pulang ompung? Ompung… Sakit…” tangis manja Aisyah saat melihat kakeknya Suhaimi menghampirinya di ruang IGD.

“Mana yang sakit Syah? Ompung di sini,” tanya Suhaimi memberi semangat sembari berharap cucunya bisa sehat. “Mau muntah aku ompung, tapi sakit perutku. Gak bisa kuapakan,” sahut Aisyah menjelaskan keluhannya yang kala itu diberi bantuan oksigen.

Kembali ke lokasi kejadian, setengah jam kemudian, atau tepatnya pukul 05.00 WIB, Adik Aisyah, Muhammad Al Iman yang merupakan anak keempat pasangan Bisri dengan Almarhummah Nuraini juga ditemukan. Namun saat ditemukan, Al Iman sudah meninggal dunia.

Sementara itu Aisyah, satu-satunya korban yang selamat, terus dipantau perkembangannya. Sanak keluarga beserta keluarga melihatnya bergantian, meski dari kejauhan. Doa pun terus terucap dari keluarga dan warga di rumah sakit. Namun hingga kemarin pukul 17.30 WIB, duka kembali merundung. Di ruangan tempat Aisyah dirawat, isak tangis kembali membahana.

Ya, Aisyah yang semula selamat setelah berjuang di antara reruntuhan hampir sepuluh jam, akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Ia menyusul ibunya Nurmini (29) dan ketiga adiknya; Maryam Lubis (5), Muhammad Al Iman (2) dan Ibrohim (29 Hari).

“Aisyah… nak, Aisyah… Astagfirullah! Aisyah!” pekik ayahnya Bisri.

Sesekali ia terduduk dan kembali bangkit. Tak sanggup lagi, ia pun tumbang dan harus terbaring di ruangan itu. Semua keluarga menangis dan tersedu. Bahkan, warga yang menyaksikan pun turut menangis. Kini tinggal kakak Aisyah bernama Annisah (9) yang selamat. Sebelumnya ia ditemukan warga tak berapa lama usai kejadian.

Kemarin, Annisah juga berada di ruang perawatan adiknya, Aisyah. Ia hanya terdiam menyaksikan kepergian adiknya yang terakhir selamat itu. “Tinggal kamu bou satu-satunya, sabar kamu bou, tinggal kamu,” peluk tangis histeris anggota keluarga korban sembari membawa Annisah dari sisi Aisyah.

Sementara Bisri masih berjuang untuk bangkit. Namun kedukaan mendalam itu membuatnya tak berdaya. Ia pun dibopong dan dibantu sejumlah wartawan yang hadir di sana.

Sonjia mei, ia madung tenang doi, na ias dope ia, ita ikhlaskon ma aha na dilehen ni Tuhan. Ita do na dewasa on, karejonta dope angkon na ita karejoon (Bagaimanalah nak, sudah tenang dia di sana. Dia masih suci, mari kita ikhlaskan apa kehendak Tuhan. Kita yang dewasa ini masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan),” tabah kekek Aisyah bernama Suhaimi kepada anaknya Bisri. Meski tak kuasa menahan tangis, Suhaimi tampak lebih tegar. Ia tak henti-hentinya membujuk Bisri untuk tegar dan merelakan kepergian Aisyah. “Tadi pagi masih tegar, ini sudah drop. Entah bagaimana bisa begini,” ucap anggota keluarga lain menyaksikan Aisyah.

Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.
Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN
Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – “OMPUNG, ompung (kakek/nenek)!,” terdengar teriakan dari dalam reruntuhan. Suara bocah yang semakin mengecil itu membangkitkan semangat dan harapan seluruh relawan yang turun mencari korban di reruntuhan puing rumah milik Bisri di Silayanglayang, Lingkungan IV, Kelurahan Wek II, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Selasa (28/7) menjelang subuh.

Sontak semua relawan mencari asal suara dan berusaha mencari celah dari balik rumah yang runtuh akibat ditimba longsoran tebing, Senin (27/6) sore. Ya, itu adalah suara Aisyah. Semua bergerak cepat, hingga akhirnya semakin dekat dengan suara korban yang terperangkap reruntuhan bangunan.

“Aisyah sabar ya nak, sudah dekat ini, berdoalah dulu,” ucap seorang prajuit TNI memberi semangat.

Ada sekira satu jam pra relawan mencari celah dan membuka lubang dari tiang dan lantai bangunan beton itu. Hingga akhirnya, tubuh Aisyah pun terlihat jelas. Ia ditemukan selamat di balik kerasnya beton dan tanah, serta pijakan para relawan. Saat itu di atasnya terdapat sebuah kulkas dan sebuah dispenser. Itu pulalah yang menahan beton hingga tak menimpanya. Namun saat itu Aisyah belum bisa dikeluarkan. Masih ada besi beton yang harus dipotong terlebih dulu.

“Haus pak, haus…” ucapnya parau saat celah terbuka. “Air, air minum. Cepat beri air minum!” pinta relawan yang langsung memberikannya air mineral kemasan beserta sedotan plastik lewat celah-celah besi beton. Aisyah begitu kehausan, hingga menghabiskan beberapa gelas air mineral. Akhirnya, setelah memperlebar celah dengan memotong besi beton dengan menggunakan, gunting besi dan mesin gerinda. Aisyah berhasil diangkat dengan kondisi lemas tak berdaya.

“Subbahallah, Allahu Akbar, Ya Allah,” teriak ratusan warga yang menyaksikan proses evakuasi. Tangis haru pun terdengar menyertainya, tak dari satu dua orang, ada banyak warga yang meneteskan air mata.

Setelah mampu bertahan hampir 10 jam di apit puing-puing bangunan, Aisyah kemudian dilarikan ke RSUD Padangsidimpuan. Di sana, sebagian tubuh gadis kecil itu tampak mulai kaku. Namun ia masih bisa berteriak: Ompung… Ompung…! “Lama lagi pulang ompung? Ompung… Sakit…” tangis manja Aisyah saat melihat kakeknya Suhaimi menghampirinya di ruang IGD.

“Mana yang sakit Syah? Ompung di sini,” tanya Suhaimi memberi semangat sembari berharap cucunya bisa sehat. “Mau muntah aku ompung, tapi sakit perutku. Gak bisa kuapakan,” sahut Aisyah menjelaskan keluhannya yang kala itu diberi bantuan oksigen.

Kembali ke lokasi kejadian, setengah jam kemudian, atau tepatnya pukul 05.00 WIB, Adik Aisyah, Muhammad Al Iman yang merupakan anak keempat pasangan Bisri dengan Almarhummah Nuraini juga ditemukan. Namun saat ditemukan, Al Iman sudah meninggal dunia.

Sementara itu Aisyah, satu-satunya korban yang selamat, terus dipantau perkembangannya. Sanak keluarga beserta keluarga melihatnya bergantian, meski dari kejauhan. Doa pun terus terucap dari keluarga dan warga di rumah sakit. Namun hingga kemarin pukul 17.30 WIB, duka kembali merundung. Di ruangan tempat Aisyah dirawat, isak tangis kembali membahana.

Ya, Aisyah yang semula selamat setelah berjuang di antara reruntuhan hampir sepuluh jam, akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Ia menyusul ibunya Nurmini (29) dan ketiga adiknya; Maryam Lubis (5), Muhammad Al Iman (2) dan Ibrohim (29 Hari).

“Aisyah… nak, Aisyah… Astagfirullah! Aisyah!” pekik ayahnya Bisri.

Sesekali ia terduduk dan kembali bangkit. Tak sanggup lagi, ia pun tumbang dan harus terbaring di ruangan itu. Semua keluarga menangis dan tersedu. Bahkan, warga yang menyaksikan pun turut menangis. Kini tinggal kakak Aisyah bernama Annisah (9) yang selamat. Sebelumnya ia ditemukan warga tak berapa lama usai kejadian.

Kemarin, Annisah juga berada di ruang perawatan adiknya, Aisyah. Ia hanya terdiam menyaksikan kepergian adiknya yang terakhir selamat itu. “Tinggal kamu bou satu-satunya, sabar kamu bou, tinggal kamu,” peluk tangis histeris anggota keluarga korban sembari membawa Annisah dari sisi Aisyah.

Sementara Bisri masih berjuang untuk bangkit. Namun kedukaan mendalam itu membuatnya tak berdaya. Ia pun dibopong dan dibantu sejumlah wartawan yang hadir di sana.

Sonjia mei, ia madung tenang doi, na ias dope ia, ita ikhlaskon ma aha na dilehen ni Tuhan. Ita do na dewasa on, karejonta dope angkon na ita karejoon (Bagaimanalah nak, sudah tenang dia di sana. Dia masih suci, mari kita ikhlaskan apa kehendak Tuhan. Kita yang dewasa ini masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan),” tabah kekek Aisyah bernama Suhaimi kepada anaknya Bisri. Meski tak kuasa menahan tangis, Suhaimi tampak lebih tegar. Ia tak henti-hentinya membujuk Bisri untuk tegar dan merelakan kepergian Aisyah. “Tadi pagi masih tegar, ini sudah drop. Entah bagaimana bisa begini,” ucap anggota keluarga lain menyaksikan Aisyah.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/