26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kapal Malaysia-Tanjungbalai Tenggelam, 14 WNI Tewas

Kapal tenggelam-ilustrasi
Kapal tenggelam-ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jalur gelap di perairan Indonesia-Malaysia khususnya Port Kelang-Tanjungbalai kembali menelan korban. Kali ini, publik dikejutkan dengan insiden kapal kayu yang tenggelam di perairan Malaysia dan merenggut belasan jiwa warga negara Indonesia (WNI) yang hendak mudik Idul Adha. Pemerintah pun saat ini berupaya menindaklanjuti insiden tersebut dengan berkoordinasi dengan pemerintah Malaysia.

Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono menjelaskan, peristiwa tersebut diduga terjadi, Kamis (3/9) sekira pukul 03.00 waktu setempat di wilayah peraian Sabak Berenam, Selangor. Kapal tersebut diindikasikan menyangkut sekitar 100 penumpang dari Port Kelang menuju Tanjungbalai, Sumatera Utara. Peristiwa tersebut baru diketahui saat nelayan menemukan jenazah dan bangkai kapal pukul 05.30.

“Akhirnya, para nelayan menyampaikan informasi tersebut kepada APMM (Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia) pukul 10.30. Setelah itu, informasi diteruskan ke KBRI Kuala Lumpur dan kami tindak lanjuti,” ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (3/9).

Saat ini, pihak otoritas sudah menemukan sekitar 14 jenazah penumpang yang sementara ini disemayamkan di RS Teluk Intan. Sedangkan, korban selamat yang berhasil ditemukan dinyatakan sekitar 20 orang. Mereka saat ini sedang diamankan di Kepolisian Hutan Melintang, Malaysia.

“Informasi mengenai penumpang masih simpang siur. Melihat ukuran kapal dengan panjang 15 meter dan lebar tiga meter, tidak mungkin bisa dinaiki oleh 100 orang. Perkiraan otoritas jumlah penumpang maksimal 70 orang saja. Dan sampai saat ini, informasi yang ada bahwa semua penumpang adalah WNI,” terangnya.

Untuk menemukan sisa korban, lanjut dia, otoritas pun telah mengerahkan satu pesawat, satu helikopter, tujuh kapal pencari dan beberapa kapal nelayan. Pencarian tersebut bakal berlangsung dalam jangka tujuh hari. Secara paralel, proses investigasi juga bakal dilakukan. Asumsi awal, kecelakaan terjadi memang karena kelebihan muatan. Sehingga, kapal kayu tersebut tak bisa menahan ombak besar di lautan.

Hermono menambahkan, pihaknya pun berupaya untuk mencari informasi mengenai latar belakang insiden tersebut. Memang, arus pulang para WNI melalui jalur gelap bukan pemandangan yang awam. Namun, situasi dimana kapal gelap dipenuhi penumpang itu biasanya terjadi saat menjelang Idul Fitri.

“Staff kami sempat berbicara sebentar dengan korban selamat. Mereka memang ingin pulang kampung ke kota asal seperti Aceh. Dugaan sementara memang karena momentum Idul Adha,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, hal tersebut membuktikan bahwa pengawasan terhadap jalur-jalur tikus antar negara masih belum maksimal. Dari pengamatannya, kedua pemerintah hanya melakukan investigasi mengenai penyebab kecelakaan saja. Padahal, investigasi menyeluruh untuk menyelidiki oknum yang melakukan penyebarangan gelap itu juga harus dilakukan.

“Dari sisi TKI, mereka pun lebih memilih jalur gelap. Sebab, pemulangan WNI dan TKI overstayer saat ini dimonopoli oleh perusahaan Iman Sdn Bhd. Dan biayanya tidak murah,” jelasnya.

Terpisah, Dan Lanal TBA, Letkol Laut (P) Edward Halomoan Sibuea ST mengatakan, sudah mendapat informasi kapal tenggelam tersebut. “Tapi menyangkuty nama tongkang, data penumpang masih menunggu data dari Malaysia,” ujarnya. (bil/jpg/ril)

Kapal tenggelam-ilustrasi
Kapal tenggelam-ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jalur gelap di perairan Indonesia-Malaysia khususnya Port Kelang-Tanjungbalai kembali menelan korban. Kali ini, publik dikejutkan dengan insiden kapal kayu yang tenggelam di perairan Malaysia dan merenggut belasan jiwa warga negara Indonesia (WNI) yang hendak mudik Idul Adha. Pemerintah pun saat ini berupaya menindaklanjuti insiden tersebut dengan berkoordinasi dengan pemerintah Malaysia.

Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono menjelaskan, peristiwa tersebut diduga terjadi, Kamis (3/9) sekira pukul 03.00 waktu setempat di wilayah peraian Sabak Berenam, Selangor. Kapal tersebut diindikasikan menyangkut sekitar 100 penumpang dari Port Kelang menuju Tanjungbalai, Sumatera Utara. Peristiwa tersebut baru diketahui saat nelayan menemukan jenazah dan bangkai kapal pukul 05.30.

“Akhirnya, para nelayan menyampaikan informasi tersebut kepada APMM (Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia) pukul 10.30. Setelah itu, informasi diteruskan ke KBRI Kuala Lumpur dan kami tindak lanjuti,” ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (3/9).

Saat ini, pihak otoritas sudah menemukan sekitar 14 jenazah penumpang yang sementara ini disemayamkan di RS Teluk Intan. Sedangkan, korban selamat yang berhasil ditemukan dinyatakan sekitar 20 orang. Mereka saat ini sedang diamankan di Kepolisian Hutan Melintang, Malaysia.

“Informasi mengenai penumpang masih simpang siur. Melihat ukuran kapal dengan panjang 15 meter dan lebar tiga meter, tidak mungkin bisa dinaiki oleh 100 orang. Perkiraan otoritas jumlah penumpang maksimal 70 orang saja. Dan sampai saat ini, informasi yang ada bahwa semua penumpang adalah WNI,” terangnya.

Untuk menemukan sisa korban, lanjut dia, otoritas pun telah mengerahkan satu pesawat, satu helikopter, tujuh kapal pencari dan beberapa kapal nelayan. Pencarian tersebut bakal berlangsung dalam jangka tujuh hari. Secara paralel, proses investigasi juga bakal dilakukan. Asumsi awal, kecelakaan terjadi memang karena kelebihan muatan. Sehingga, kapal kayu tersebut tak bisa menahan ombak besar di lautan.

Hermono menambahkan, pihaknya pun berupaya untuk mencari informasi mengenai latar belakang insiden tersebut. Memang, arus pulang para WNI melalui jalur gelap bukan pemandangan yang awam. Namun, situasi dimana kapal gelap dipenuhi penumpang itu biasanya terjadi saat menjelang Idul Fitri.

“Staff kami sempat berbicara sebentar dengan korban selamat. Mereka memang ingin pulang kampung ke kota asal seperti Aceh. Dugaan sementara memang karena momentum Idul Adha,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, hal tersebut membuktikan bahwa pengawasan terhadap jalur-jalur tikus antar negara masih belum maksimal. Dari pengamatannya, kedua pemerintah hanya melakukan investigasi mengenai penyebab kecelakaan saja. Padahal, investigasi menyeluruh untuk menyelidiki oknum yang melakukan penyebarangan gelap itu juga harus dilakukan.

“Dari sisi TKI, mereka pun lebih memilih jalur gelap. Sebab, pemulangan WNI dan TKI overstayer saat ini dimonopoli oleh perusahaan Iman Sdn Bhd. Dan biayanya tidak murah,” jelasnya.

Terpisah, Dan Lanal TBA, Letkol Laut (P) Edward Halomoan Sibuea ST mengatakan, sudah mendapat informasi kapal tenggelam tersebut. “Tapi menyangkuty nama tongkang, data penumpang masih menunggu data dari Malaysia,” ujarnya. (bil/jpg/ril)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/