BINJAI, SUMUTPOS.CO – Keinginan Mahrani (49) menjenguk cucu kesayangannya, Ghani Armansyah berujung maut. Warga Jalan Sutoyo, Lingkungan 6, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Binjai Barat itu tewas dalam tragedi tenggelamnya kapal tongkang di perairan Sabak Bernam, Selangor. Selain Mahrani, tetangganya bernama Aminah (50) juga ikut jadi korban. Namun jasadnya belum teridentifikasi.
Saat disambangi, Minggu (6/9) siang, rumah duka sudah dipenuhi keluarga, sanak saudara dan tetangga yang ingin melayat sembari menunggu kedatangan jenazah korban. Atika, anak pertama korban yang ditemui di sana mengatakan, kabar tewasnya korban ia ketahui dari adiknya, Dedek Ashari yang juga bekerja di Malaysia sebagai montir. Saat itu, korban akan kembali ke Indonesia untuk berkunjung ke keluarganya setelah 4 tahun tak pulang.
“13 tahun ibu sudah bekerja di sana bang, namun 4 tahun belakangan ini ibu tidak pulang ke rumah. Karena ingin melihat cucunya, ibu pun pulang,” lirih Atika dengan berderai air mata. Dikatakannya, sebelum berangkat, korban sempat menghubungi Atika melalui video call dan sempat berbincang lama tentang rencana kepulangannya ke Indonesia.
“Ibu sempat nelpon bang malam Jumat lalu, dia bilang kangen ma keluarga dan cucu, namun dia minta agar aku tidak memberitahukan rencana kepulanganya kepada pihak keluarga. Makanya aku diam aja, ga ada keluarga yang aku kasih tau bang,” ungkapnya sedih. Selain itu, lanjut Atika, ibunya juga sempat menyampaikan pesan kepada Ghani, cucu yang ia sayangi, agar menunggu kedatangannya.
Semasa hidupnya, Mahrani dikenal sebagai pekerja keras, ramah dan bersahabat. Namun ajal berkata lain, Mahrani tewas saat akan kembali ke Malaysia disebabkan kapal yang ia tumpangi tenggelam. Maharani meninggalkan 4 anak, Atika, Dedek Ashari, Joko Syahputra dan M. Doni Syawal serta dua cucu, Arda Rehan Pratama dan Ghani Armansyah. Sementara itu, suasana rumah duka korban lain bernama Aminah yang jasadnya belum ditemukan, masih terlihat sepi. Aminah merupakan tetangga Mahrani yang turut tewas dalam kecelakaan itu. Namun sampai hari ini jenazah Aminah belum teridentifikasi.
Pihak keluarga yang ditemui kru koran ini berharap jenazah Aminah secepatnya ditemukan. “Kami sangat berharap kali, agar jenazah ibu kami ditemukan, biar kami tau, dimana kami akan berziarah, mudah-mudahan jenazah ibu cepat ditemukan,” lirih anak kedua korban, Yan Ikbal dengan berderai air mata. Dia menjelaskan, untuk saat ini, pihak rumah sakit yang mengidentifikasi semua jenazah telah melakukan identifikasi.
“Abang kami, Yan Safrizal yang juga di Malaysia telah diambil air liurnya untuk keperluan identifikasi, dan sekarang kami masih menunggu hasilnya,” pungkasnya. Aminah sendiri meninggalkan 4 orang anak, Yan Safrizal, Yan Ikbal, Eka Wahyuni, Fitri Yosmizar, dan 6 cucu. Dikatakan Ikbal,ibunya sudah bekerja di Malaysia sejak tujuh tahun lalu. “Kabar terakhir, korban menelpon aku, dan berencana akan pulang dengan menggunakan kapal, jadi ibu menyuruh saya untuk menjemput,” kenangnya.
Dari perbincangan di telepon, lanjut Ikbal, Kamis (3/9) dirinya berniat menjemput kedatangan ibunya di Pelabuhan Tanjung Balai sekitar pukul 8.00 WIB. Tiga jam menunggu dan tidak ada kabar, Ikbal menghubungi adiknya Eka Wahyuni. “Dari pembicaraan melalui telepon, Eka mengatakan kalau di perairan Selat Malaka ada kapal terbalik, salah satu korban ibu kita bang,” jelasnya menirukan perkataan Eka.
KORBAN TEWAS JADI 63 ORANG
Otoritas SAR Malaysia telah berhasil menemukan 63 jenazah warga negara Indonesia yang mengalami musibah nahas akibat kapalnya terbalik di perairan Sabak Bernam, Selangor. Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi mengatakan tantangan ke depan adalah identifikasi jenazah.
Dari laporan yang diterima menlu, terdapat banyak kendala dalam proses identifikasi jenazah dalam kecelakaan itu. Misalnya kapal tidak memiliki manifest penumpang dantidak sedang menjalani jalur reguler. Selain itu, penumpang kapal tidak saling mengenal satu sama lain. “Tim Perlindungan WNI Kemlu dan KBRI KL untuk mengambil langkah-langkah khusus dalam rangka percepatan proses identifikas,” kata Retno.
Dari perkiraan 100 orang yang berjubel, hanya 20 penumpang yang selamat dari insiden itu. Hingga berita ini dilansir, seluruh korban tewas sementara disemayamkan di tiga Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Ipoh, RS Sabak Bernam dan RS Teluk Intan. Kemlu untuk situasi darurat mendirikan hotline bagi mereka yang menduga atau meyakini keluarganya berada di kapal tersebut. Hotline Kemlu untuk keluarga korban kapal tenggelam di Sabak Bernam adalah 0812-8900-9045.
Informasi dihimpun KBRI Kuala Lumpur, kapal kelebihan penumpang itu berangkat dari Sabak Bernam menuju Balai Tanjung Asahan, Sumatera Utara. Para penumpang adalah buruh migran di Malaysia yang tidak memiliki dokumen, sehingga nekat menaiki kapal tidak layak tersebut untuk kembali ke Tanah Air. Nahas, dalam perjalanan Kamis(3/9) subuh waktu setempat, kapal yang mereka tumpangi oleng, lalu terempas ke laut. Mayoritas korban tewas adalah buruh migran perempuan. (bam/deo)