MEDAN, SUMUTPOS.CO – Apa yang sebaiknya dilakukan para staf kehumasan (Public Relation) perusahaan, saat menghadapi krisis? Tiga pembicara ini berbagi ilmu.
“Menghadapi krisis, petugas Public Relation sebaiknya melakukan sejumlah persiapan, di antaranya perlengkapan penunjang media krisis (telp, faks, komputer, radio). Menyebarkan postingan informasi positif di situs sendiri tentang peristiwa yang terjadi, memanfaatkan fasilitas jejaring sosial untuk pesan yang akan disampaikan, serta menyiapkan rangkaian pesan (statement) dalam menghadapi sejumlah pertanyaan dari media massa,” kata Phillip Hoffman, Deputi Konsulat Amerika untuk Sumatera Utara.
Kiat yang dilakukannya saat peristiwa gempa dan tsunami tahun 2011 di negara Jepang, di mana beliau saat itu bertugas, disampaikannya dalam Seminar dan WorkShop Public Relations mengangkat tema Trend Of Management Crisis And Branding Activity di Gedung Raz Plaza kawasan Dr. Mansyur Medan, Selasa (29/9). Seminar digelar Ikatan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi (IMAMIKOM) Universitas Sumatera Utara, PERHUMAS Muda USU, dan Tanoto Foundation.
Teknik lain menghadapi krisis disampaikan Direktur PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) Drs. Leonard Hutabarat. Ia memaparkan teknik kehumasan yang dilakukan TPL ketika masa krisis terjadi di perusahaan tahun 1998 yang lalu.
“Perusahaan melakukan dialog eksternal bersama masyarakat mencari respon positif terhadap perusahaan, upgrade sistem dan teknologi baru untuk penyampaian pesan informasi publik, serta membuka peluang bagi kalangan aktivis mahasiswa, lembaga masyarakat/pemerintah, media dan jurnalis berkunjung ke perusahaan melihat langsung aktivitas pabrik dan pengolahan limbah,” katanya.
Sementara pembicara ketiga, Wakil Ketua Perhumas BPC Medan sekaligus Akademisi Magister Ilmu Komunikasi USU Drs. Safrin, memaparkan pentingnya konsep dan ide branding activity, untuk memberikan pemahaman kepada konsumen.
Menurutnya branding activity selayaknya harus dimengerti terlebih dahulu oleh produsen produk. Konsep yang ditawarkan Safrin kepada produsen adalah segmentation, targetting dan positioning atau yang lebih dikenal dengan sebutan STP.
“Merek adalah keniscayaan suatu produk, tanpa itu produk tidak mendapatkan tempat di hati konsumen, sebab tak bisa dipungkiri saat ini konsumen membeli produk berdasarkan merek atau nama produknya,” papar Safrin.
Seminar dan WorkSkop yang diikuti oleh sebagian besar mahasiswa Magister Komunikasi, perusahaan swasta dan pemerintah ini, juga membahas materi Branding Activity mengenai strategi menjual merek dari suatu produk melalui iklan. (rel)