26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Leher Lase Digorok, Temannya Menghilang

Foto: Metro Tabagsel/Sumut Pos Grup Jenazah Sakri Edi Lase saat ditemukan bergelimang darah. Lehernya nyaris putus digorok.
Foto: Metro Tabagsel/Sumut Pos Grup
Jenazah Sakri Edi Lase saat ditemukan bergelimang darah. Lehernya nyaris putus digorok.

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan Sakri Edi Lase (45) belum menemui titik terang. Pun begitu, pihak keluarga mencurigai pelakunya merupakan teman yang saat itu berangkat dengan korban.

Otisa Halawa (25) istri korban berkisah. Pada Jumat (5/2) sekira pukul 08.00 Wib adalah kali terakhir Otisa dan anak-anaknya bertemu dengan suaminya. Saat itu suaminya tidak sedikit pun memperlihatkan gelagat aneh.

“Biasa saja, dia permisi mau ke Sidimpuan (Kota Padangsidimpuan,red) mau jumpa sama tokenya. Dan itu sudah biasa, apalagi setiap satu minggu sekali dia selalu ‘kiraan’ (gajian,red). Kalo masalah ada yang janggal atau hal yang aneh juga tidak ada,” tukasnya sembari mengaku setiap pulang ke rumah selalu membawa uang sekitar Rp3-4 juta.

Edi sudah lama bekerja sebagai tukang kebun di perkebunan kelapa sawit milik Tanjung.

Edi disebut-sebut sebagai orang kepercayaan Tanjung. Sangkin percayanya, Marga Lase yang dibawa korban sejak lahir, diganti dengan marga Tanjung.

“Iya, istilahnya dialah (suaminya,red) mandornya. Jadi ada beberapa orang lagi kawannya yang juga ikut bekerja di kebun itu,” jelasnya saat ditemui di RSUD Kota Padangsidempuan, Minggu (7/2).

“Waktu ke Sidimpuan ada kawannya yang ikut. Tapi sewaktu suami saya ditemukan kawannya itu sudah tidak nampak lagi,” lanjutnya.

Soal barang-barang korban yang hilang, Otisa juga tidak dapat memastikannya. Namun, tas sandang kecil yang biasa dibawanya juga tidak ditemukan.

Senada juga diakui, Tolina Halawa (23), adik kandung Otisa. Tolina mengaku sangat tahu bagaimana perilaku korban yang tak lain abang iparnya.

Tolina menduga pembunuh Sakri adalah temannya yang ikut ke Padangsidempuan. “Kami duga dia (pelaku). Karena sewaktu kami cari di kampung, dia sudah tidak ada lagi,” jelasnya sambil menyebut terduga pelak adalah anggota korban yang juga bekerja di kebun milik Tanjung.

Terpisah, petugas olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) Polres Tapsel sempat kesal dengan keluarga korban. Sebab, seperti tertutup. “Kita juga heran, kenapa pihak keluarga seperti tertutup. Apalagi sempat jenazah mau dimakamkan mereka,” ungkap salah seorang petugas Polres Tapsel yang sempat mendatangi TKP.

“Waktu ke sana pun kondisi TKP sudah bersih, bahkan mayatnya pun sudah dibersihkan. Begitu juga dengan genangan darah yang ada di lokasi ditemukan pun tak nampak lagi,” sambung petugas yang merasa kesal dengan sikap warga mengambil inisiatif sendiri sehingga menyulitkan petugas.

Sementara, Kasat Reskrim AKP Jama K Purba SH mengaku masih sebatas memeriksa saksi-saksi.

Begitu juga dengan teman korban yang terakhir kali bersamanya, masih dalam pencarian.

“Masih kita cari (pelakunya),” tutur Jama. (yza/smg/ala)

Foto: Metro Tabagsel/Sumut Pos Grup Jenazah Sakri Edi Lase saat ditemukan bergelimang darah. Lehernya nyaris putus digorok.
Foto: Metro Tabagsel/Sumut Pos Grup
Jenazah Sakri Edi Lase saat ditemukan bergelimang darah. Lehernya nyaris putus digorok.

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan Sakri Edi Lase (45) belum menemui titik terang. Pun begitu, pihak keluarga mencurigai pelakunya merupakan teman yang saat itu berangkat dengan korban.

Otisa Halawa (25) istri korban berkisah. Pada Jumat (5/2) sekira pukul 08.00 Wib adalah kali terakhir Otisa dan anak-anaknya bertemu dengan suaminya. Saat itu suaminya tidak sedikit pun memperlihatkan gelagat aneh.

“Biasa saja, dia permisi mau ke Sidimpuan (Kota Padangsidimpuan,red) mau jumpa sama tokenya. Dan itu sudah biasa, apalagi setiap satu minggu sekali dia selalu ‘kiraan’ (gajian,red). Kalo masalah ada yang janggal atau hal yang aneh juga tidak ada,” tukasnya sembari mengaku setiap pulang ke rumah selalu membawa uang sekitar Rp3-4 juta.

Edi sudah lama bekerja sebagai tukang kebun di perkebunan kelapa sawit milik Tanjung.

Edi disebut-sebut sebagai orang kepercayaan Tanjung. Sangkin percayanya, Marga Lase yang dibawa korban sejak lahir, diganti dengan marga Tanjung.

“Iya, istilahnya dialah (suaminya,red) mandornya. Jadi ada beberapa orang lagi kawannya yang juga ikut bekerja di kebun itu,” jelasnya saat ditemui di RSUD Kota Padangsidempuan, Minggu (7/2).

“Waktu ke Sidimpuan ada kawannya yang ikut. Tapi sewaktu suami saya ditemukan kawannya itu sudah tidak nampak lagi,” lanjutnya.

Soal barang-barang korban yang hilang, Otisa juga tidak dapat memastikannya. Namun, tas sandang kecil yang biasa dibawanya juga tidak ditemukan.

Senada juga diakui, Tolina Halawa (23), adik kandung Otisa. Tolina mengaku sangat tahu bagaimana perilaku korban yang tak lain abang iparnya.

Tolina menduga pembunuh Sakri adalah temannya yang ikut ke Padangsidempuan. “Kami duga dia (pelaku). Karena sewaktu kami cari di kampung, dia sudah tidak ada lagi,” jelasnya sambil menyebut terduga pelak adalah anggota korban yang juga bekerja di kebun milik Tanjung.

Terpisah, petugas olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) Polres Tapsel sempat kesal dengan keluarga korban. Sebab, seperti tertutup. “Kita juga heran, kenapa pihak keluarga seperti tertutup. Apalagi sempat jenazah mau dimakamkan mereka,” ungkap salah seorang petugas Polres Tapsel yang sempat mendatangi TKP.

“Waktu ke sana pun kondisi TKP sudah bersih, bahkan mayatnya pun sudah dibersihkan. Begitu juga dengan genangan darah yang ada di lokasi ditemukan pun tak nampak lagi,” sambung petugas yang merasa kesal dengan sikap warga mengambil inisiatif sendiri sehingga menyulitkan petugas.

Sementara, Kasat Reskrim AKP Jama K Purba SH mengaku masih sebatas memeriksa saksi-saksi.

Begitu juga dengan teman korban yang terakhir kali bersamanya, masih dalam pencarian.

“Masih kita cari (pelakunya),” tutur Jama. (yza/smg/ala)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/