26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Karutan: Orang Dalam Tak Mau ’Nyanyi’

Foto: Pardi/PM kepala Rutan kabanjahe, Kriston Napitupulu, membantah peredaran narkoba marak di rutan yang dipimpinnya.
Foto: Pardi/PM
kepala Rutan kabanjahe, Kriston Napitupulu, membantah peredaran narkoba marak di rutan yang dipimpinnya.

TANAHKARO, SUMUTPOS.CO – Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Klas II-B Kabanjahe, Kriston Napitupulu akhirnya mau sedikit buka mulut. Dia mengaku tidak bisa menepis informasi soal peredaran sabu di Rutan yang dipimpinnya.

“Memang Rutan jadi sasaran empuk bagi penggunaan sabu. Pemain-pemain ini semua sudah pasti berupaya menyuplai sabu kemari. Tapi kita juga terus berupaya mengantisipasi itu,” kata Kriston saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (7/3).

Untuk melakukan penyelidikan dan penindakan, Kriston masih mengharapkan informasi dari masyarakat. Ia menyebut, maraknya peredaran sabu di lokasi itu dikarenakan para tahanan tidak mau ‘nyanyi’.

“Masalahnya mereka tidak mau ‘nyanyi’. Mereka malah ikut nimbrung dalam kegiatan ini. Kan itu masalahnya. Kemarin juga kita sudah lakukan razia mendadak. Kita temukan 2 set bong dan 6 unit HP. Berarti kita sudah bisa pastikan kalau di situ ada barang (sabu),” jelasnya.

Meski demikian, Kriston mengaku pihaknya tetap melakukan upaya-upaya meminimalisir tingkat peredaran sabu. “Dengan memperketat pengawasan di pintu masuk dan melakukan razia rutin setiap minggunya,” katanya.

Soal adanya big bos sabu yang menyuplai ke dalam Rutan, Kriston juga mengaku tidak mengetahui hal itu. “Kalau memang Anda tahu, kasi saya info. Biar saya sikat. Seperti yang saya bilang tadi, orang-orang di dalam ini tidak mau ‘nyanyi’, padahal dia tahu,” cetusnya.

Ia mengatakan, pihaknya membutuhkan bantuan semua pihak untuk mengikis peredaran sabu di Rutan yang ia pimpin. “Kita harus kerja sama yang baik. Kita sistem lho. Keberhasilan pembinaan narapidana ada empat unsur yakni narapidana, petugas, keluarga dan masyarakat. Ini adalah satu kesatuan yang saling menopang. Saya nggak akan bisa bekerja sendiri. Emangnya saya malaikat?” tukasnya.

Bagaimana soal kamar khusus bagi pengguna sabu? “Saya pastikan itu tidak ada. Tapi kalau mereka makai di kamar, itu bisa saja. Kasi saya info yang jelas, biar saya sikat,” kata dia.

Soal kutipan Rp25 ribu yang dibebankan bagi para tamu, Kriston lagi-lagi member jawaban normatif. “Kadang-kadang orang dalam ini banyak teknik-tekniknya minta uang dari keluarga tahanan. Untuk urus inilah, untuk urus itulah. Berapa kali saya temukan itu. Padahal kutipan itu tidak ada diberlakukan di sini,” kilahnya.

Sebelumnya diberitakan, Rutan Kabanjahe disebut-sebut sebagai tempat peredaran narkoba. Bukan itu saja, pungli yang semakin tinggi menjadi keluhan masyarakat Tanah Karo atau pun luar daerah yang berkunjung.(cr-9/ala)

Foto: Pardi/PM kepala Rutan kabanjahe, Kriston Napitupulu, membantah peredaran narkoba marak di rutan yang dipimpinnya.
Foto: Pardi/PM
kepala Rutan kabanjahe, Kriston Napitupulu, membantah peredaran narkoba marak di rutan yang dipimpinnya.

TANAHKARO, SUMUTPOS.CO – Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Klas II-B Kabanjahe, Kriston Napitupulu akhirnya mau sedikit buka mulut. Dia mengaku tidak bisa menepis informasi soal peredaran sabu di Rutan yang dipimpinnya.

“Memang Rutan jadi sasaran empuk bagi penggunaan sabu. Pemain-pemain ini semua sudah pasti berupaya menyuplai sabu kemari. Tapi kita juga terus berupaya mengantisipasi itu,” kata Kriston saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (7/3).

Untuk melakukan penyelidikan dan penindakan, Kriston masih mengharapkan informasi dari masyarakat. Ia menyebut, maraknya peredaran sabu di lokasi itu dikarenakan para tahanan tidak mau ‘nyanyi’.

“Masalahnya mereka tidak mau ‘nyanyi’. Mereka malah ikut nimbrung dalam kegiatan ini. Kan itu masalahnya. Kemarin juga kita sudah lakukan razia mendadak. Kita temukan 2 set bong dan 6 unit HP. Berarti kita sudah bisa pastikan kalau di situ ada barang (sabu),” jelasnya.

Meski demikian, Kriston mengaku pihaknya tetap melakukan upaya-upaya meminimalisir tingkat peredaran sabu. “Dengan memperketat pengawasan di pintu masuk dan melakukan razia rutin setiap minggunya,” katanya.

Soal adanya big bos sabu yang menyuplai ke dalam Rutan, Kriston juga mengaku tidak mengetahui hal itu. “Kalau memang Anda tahu, kasi saya info. Biar saya sikat. Seperti yang saya bilang tadi, orang-orang di dalam ini tidak mau ‘nyanyi’, padahal dia tahu,” cetusnya.

Ia mengatakan, pihaknya membutuhkan bantuan semua pihak untuk mengikis peredaran sabu di Rutan yang ia pimpin. “Kita harus kerja sama yang baik. Kita sistem lho. Keberhasilan pembinaan narapidana ada empat unsur yakni narapidana, petugas, keluarga dan masyarakat. Ini adalah satu kesatuan yang saling menopang. Saya nggak akan bisa bekerja sendiri. Emangnya saya malaikat?” tukasnya.

Bagaimana soal kamar khusus bagi pengguna sabu? “Saya pastikan itu tidak ada. Tapi kalau mereka makai di kamar, itu bisa saja. Kasi saya info yang jelas, biar saya sikat,” kata dia.

Soal kutipan Rp25 ribu yang dibebankan bagi para tamu, Kriston lagi-lagi member jawaban normatif. “Kadang-kadang orang dalam ini banyak teknik-tekniknya minta uang dari keluarga tahanan. Untuk urus inilah, untuk urus itulah. Berapa kali saya temukan itu. Padahal kutipan itu tidak ada diberlakukan di sini,” kilahnya.

Sebelumnya diberitakan, Rutan Kabanjahe disebut-sebut sebagai tempat peredaran narkoba. Bukan itu saja, pungli yang semakin tinggi menjadi keluhan masyarakat Tanah Karo atau pun luar daerah yang berkunjung.(cr-9/ala)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/