33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Puluhan Simpatisan Tuntut Polisi Bebaskan Pria ‘Penendang’ Garuda Itu

Foto: Sabam/PM Massa simpatisan berdemo di depan Kantor Polres Tobasa, mendesak polisi mem bebaskan Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan mengupload fotonya di Facebook.
Foto: Sabam/PM
Massa simpatisan berdemo di depan Kantor Polres Tobasa, mendesak polisi mem bebaskan Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan mengupload fotonya di Facebook.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan mahasiswa yang mengaku sahabat dan simpatisan Sahat Gurning (27) berunjuk rasa di Bundaran Majestik, Jalan Gatot Subruto, Medan Jumat (15/4). Mereka menuntut Polres Toba Samosir segera membebaskan Sahat yang ditahan atas aksinya yang berpose sedang menendang gambar Garuda Pancasila pada media sosial.

Menurut pengunjuk rasa, Sahat tidak bersalah. Mereka yakin dia melakukan perbuatan itu bukanlah karena ingin mencari sensasi atau mau terkenal. “Yang dilakukannya hanya bentuk kekecewaan atas para pejabat negara yang tidak lagi memedomani Pancasila. Banyak korupsi dan tindakan yang tidak bermoral,” kata massa sembari membagi-bagikan selebaran ‘save Sahat Gurning’.

Lanjut mereka, banyak orang lain bahkan sosok-sosok terkenal, yang jelas-jelas telah menghina Pancasila. Namun, mereka tidak diperlakukan seperti Sahat. “Karena itu kami meminta agar Sahat segera dibebaskan,” tuntut massa.

Ediman, salah satu pengunjukrasa juga menilai kasus Sahat berbeda dengan Zaskia Gotik. Sahat melakukan kritik sosial sedangkan Zaskia Gotik telah memperolok Pancasila.

“Berbeda dengan Zaskia Gotik yang mengolok-olokan Pancasila justru dibiarkan bebas dan dijadikan duta Pancasila, ini menunjukkan lemahnya dan bobroknya pemerintah kita,” ujarnya.

Ediman juga miris melihat orang-orang yang menghujat Sahat tanpa mengetahui apa yang menjadi alasan Sahat melakukan hal tersebut. “Banyak orang yang tidak senang dengan kritiknya, tanpa mencari tahu apa penyebabnya kekecewaan dari Sahat dan langsung menghujat Sahat,” tutupnya.

Hal senada juga dikatakan Irvan Silalahi, Mahasiswa Teknik di Universitas Dharma Agung. “Bebaskan Sahat Gurning yang ditahan di Polres Tobasa, karna dia bukan penjahat. Sahat Gurning adalah pejuang Pancasila, statement yang dikeluarkannya adalah untuk mengkritisi kinerja pemerintah yang tak sesuai dengan amanat Pancasila,” teriaknya.

Mahasiswa Teknik Elektro di Universitas Dharma Agung bernama Berry G.Simbolon juga menilai ada upaya kriminalisasi atas kasus Sahat. “Sahat tidak boleh dikrimalisasikan, karna tindakan Sahat adalah bentuk dari kekecewaan yang di analisanya dari negara ini,” tandasnya.

Seperti diketahui, Sahat Gurning, warga Desa Tangga Batu, Parkaksian, Toba Samosir itu diciduk polisi, Selasa (12/4) lalu, karena mengunggah foto menendang lambang Garuda Pancasila. Netizen pun bereaksi. Banyak yang menganggap tindakannya meniru artis dangdut Zaskia Gotik. Selain foto yang diduga menghina lambang negara itu, dalam akun Facebooknya, Sahat juga menambahkan catatan yang memancing emosi netizen.’PANCASILA’ itu hanya ‘LAMBANG’ Negara Mimpi, yang benar adalah PANCAGILA.

1. Keuangan Yang Maha Kuasa. 2. Korupsi Yang Adil Dan Merata. 3. Persatuan Mafia Hukum Indonesia. 4. Kekuasaan Yang Dipimpin Oleh Nafsu Kebejatan Dalam Persekongkolan dan Kepurak-Purakan. 5. Kenyamanan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pejabat dan Wakil Rakyat. Selain itu, ia juga menuliskan semboyan: Berbeda-beda sama rakus.

Tak ayal, Sahat menjadi terkenal. Hingga Selasa (12/4), foto dan catatan yang diunggahnya itu dibagikan sebanyak 14.490 kali dan dikomentari 23 ribu netizen. Saat ini Sahat masih diperiksa intensif oleh penyidik Polres Tobasa. Belum diketahui maksud dan tujuan Sahat nekat melakukan hal itu. Sebelum diamankan polisi, Sahat juga sempat beberapa kali update status. (fl/hez/int/deo)

Foto: Sabam/PM Massa simpatisan berdemo di depan Kantor Polres Tobasa, mendesak polisi mem bebaskan Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan mengupload fotonya di Facebook.
Foto: Sabam/PM
Massa simpatisan berdemo di depan Kantor Polres Tobasa, mendesak polisi mem bebaskan Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan mengupload fotonya di Facebook.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan mahasiswa yang mengaku sahabat dan simpatisan Sahat Gurning (27) berunjuk rasa di Bundaran Majestik, Jalan Gatot Subruto, Medan Jumat (15/4). Mereka menuntut Polres Toba Samosir segera membebaskan Sahat yang ditahan atas aksinya yang berpose sedang menendang gambar Garuda Pancasila pada media sosial.

Menurut pengunjuk rasa, Sahat tidak bersalah. Mereka yakin dia melakukan perbuatan itu bukanlah karena ingin mencari sensasi atau mau terkenal. “Yang dilakukannya hanya bentuk kekecewaan atas para pejabat negara yang tidak lagi memedomani Pancasila. Banyak korupsi dan tindakan yang tidak bermoral,” kata massa sembari membagi-bagikan selebaran ‘save Sahat Gurning’.

Lanjut mereka, banyak orang lain bahkan sosok-sosok terkenal, yang jelas-jelas telah menghina Pancasila. Namun, mereka tidak diperlakukan seperti Sahat. “Karena itu kami meminta agar Sahat segera dibebaskan,” tuntut massa.

Ediman, salah satu pengunjukrasa juga menilai kasus Sahat berbeda dengan Zaskia Gotik. Sahat melakukan kritik sosial sedangkan Zaskia Gotik telah memperolok Pancasila.

“Berbeda dengan Zaskia Gotik yang mengolok-olokan Pancasila justru dibiarkan bebas dan dijadikan duta Pancasila, ini menunjukkan lemahnya dan bobroknya pemerintah kita,” ujarnya.

Ediman juga miris melihat orang-orang yang menghujat Sahat tanpa mengetahui apa yang menjadi alasan Sahat melakukan hal tersebut. “Banyak orang yang tidak senang dengan kritiknya, tanpa mencari tahu apa penyebabnya kekecewaan dari Sahat dan langsung menghujat Sahat,” tutupnya.

Hal senada juga dikatakan Irvan Silalahi, Mahasiswa Teknik di Universitas Dharma Agung. “Bebaskan Sahat Gurning yang ditahan di Polres Tobasa, karna dia bukan penjahat. Sahat Gurning adalah pejuang Pancasila, statement yang dikeluarkannya adalah untuk mengkritisi kinerja pemerintah yang tak sesuai dengan amanat Pancasila,” teriaknya.

Mahasiswa Teknik Elektro di Universitas Dharma Agung bernama Berry G.Simbolon juga menilai ada upaya kriminalisasi atas kasus Sahat. “Sahat tidak boleh dikrimalisasikan, karna tindakan Sahat adalah bentuk dari kekecewaan yang di analisanya dari negara ini,” tandasnya.

Seperti diketahui, Sahat Gurning, warga Desa Tangga Batu, Parkaksian, Toba Samosir itu diciduk polisi, Selasa (12/4) lalu, karena mengunggah foto menendang lambang Garuda Pancasila. Netizen pun bereaksi. Banyak yang menganggap tindakannya meniru artis dangdut Zaskia Gotik. Selain foto yang diduga menghina lambang negara itu, dalam akun Facebooknya, Sahat juga menambahkan catatan yang memancing emosi netizen.’PANCASILA’ itu hanya ‘LAMBANG’ Negara Mimpi, yang benar adalah PANCAGILA.

1. Keuangan Yang Maha Kuasa. 2. Korupsi Yang Adil Dan Merata. 3. Persatuan Mafia Hukum Indonesia. 4. Kekuasaan Yang Dipimpin Oleh Nafsu Kebejatan Dalam Persekongkolan dan Kepurak-Purakan. 5. Kenyamanan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pejabat dan Wakil Rakyat. Selain itu, ia juga menuliskan semboyan: Berbeda-beda sama rakus.

Tak ayal, Sahat menjadi terkenal. Hingga Selasa (12/4), foto dan catatan yang diunggahnya itu dibagikan sebanyak 14.490 kali dan dikomentari 23 ribu netizen. Saat ini Sahat masih diperiksa intensif oleh penyidik Polres Tobasa. Belum diketahui maksud dan tujuan Sahat nekat melakukan hal itu. Sebelum diamankan polisi, Sahat juga sempat beberapa kali update status. (fl/hez/int/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/