30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kembali ke Kesukuan dengan Alat Keglobalan

New Hope-Dahlan IskanKINI ada banjir yang tidak mengenal musim: banjir informasi. Ada semangat yang terus kian tinggi: semangat membuat grup di media sosial. Itulah gejala baru pada zaman media elektronik sekarang ini. Ada baiknya, ada bahayanya. Dan yang pasti banyak repotnya. Dan sering low batt-nya.

Hampir tiap minggu saya di-invite. Untuk dimasukkan satu grup WA baru. Atau Line. Padahal, saya sudah ikut delapan grup. Itu saja bukan main kepadatan lalu lintas di HP saya.  Praktis, tiap detik ada info baru yang menyalakan layar HP. Apalagi kalau ada tokoh yang meninggal. Atau sakit. Semua anggota grup mengirim doa. Bunyinya sama.

Yang agak lumayan kalau ada yang berulang tahun. Memang isinya mirip-mirip semua juga. Tapi, kadang ada lucunya.  Apalagi kalau ada yang kawin: Kadang ada pornonya. Yang tidak pernah memberi info adalah kalau ada yang bercerai. Mungkin takut mantannya cepat laku.

Grup yang saya ikuti sangat bervariasi. Ada yang anggotanya dari empat aliran agama. Ada yang satu agama, tapi dari aliran yang sangat berbeda.  Ada yang grup kelompok aktivis. Ada yang agak khusus: kelompok pimpinan Jawa Pos Group se-Indonesia. Dari semua grup yang saya ikuti, tidak satu pun yang saya inisiatornya.

Seandainya semua invite saya okekan, mungkin sudah lebih dari 100 grup di HP saya. Kini saya terpaksa left dari beberapa grup karena lagi belajar. Di Amerika pula. Dan menulis buku.

Waktu masih BBM dulu, saya yang minta dibuatkan grup-grup BBM. Tapi, sebatas untuk memperlancar pekerjaan: grup eselon I Kementerian BUMN, grup infrastruktur, grup perkebunan, grup pabrik gula, dan seterusnya. Semua terkait dengan pekerjaan. Praktis, semua persoalan dibahas di situ. Pekerjaan bisa dikoordinasikan dengan amat cepat. Juga terbuka untuk semua anggota grup. Produktif sekali.

Kini agak berbeda.

Dari grup-grup yang saya ikuti, saya bisa melihat banyak hal di luar pekerjaan. Sekaligus mengamati perkembangan sosial.  Yang saya catat, grup-grup WA itu memiliki kecenderungan hanya diikuti kelompoknya sendiri: yang satu ide, satu perjuangan, satu pemikiran.  Bahkan satu tujuan.

New Hope-Dahlan IskanKINI ada banjir yang tidak mengenal musim: banjir informasi. Ada semangat yang terus kian tinggi: semangat membuat grup di media sosial. Itulah gejala baru pada zaman media elektronik sekarang ini. Ada baiknya, ada bahayanya. Dan yang pasti banyak repotnya. Dan sering low batt-nya.

Hampir tiap minggu saya di-invite. Untuk dimasukkan satu grup WA baru. Atau Line. Padahal, saya sudah ikut delapan grup. Itu saja bukan main kepadatan lalu lintas di HP saya.  Praktis, tiap detik ada info baru yang menyalakan layar HP. Apalagi kalau ada tokoh yang meninggal. Atau sakit. Semua anggota grup mengirim doa. Bunyinya sama.

Yang agak lumayan kalau ada yang berulang tahun. Memang isinya mirip-mirip semua juga. Tapi, kadang ada lucunya.  Apalagi kalau ada yang kawin: Kadang ada pornonya. Yang tidak pernah memberi info adalah kalau ada yang bercerai. Mungkin takut mantannya cepat laku.

Grup yang saya ikuti sangat bervariasi. Ada yang anggotanya dari empat aliran agama. Ada yang satu agama, tapi dari aliran yang sangat berbeda.  Ada yang grup kelompok aktivis. Ada yang agak khusus: kelompok pimpinan Jawa Pos Group se-Indonesia. Dari semua grup yang saya ikuti, tidak satu pun yang saya inisiatornya.

Seandainya semua invite saya okekan, mungkin sudah lebih dari 100 grup di HP saya. Kini saya terpaksa left dari beberapa grup karena lagi belajar. Di Amerika pula. Dan menulis buku.

Waktu masih BBM dulu, saya yang minta dibuatkan grup-grup BBM. Tapi, sebatas untuk memperlancar pekerjaan: grup eselon I Kementerian BUMN, grup infrastruktur, grup perkebunan, grup pabrik gula, dan seterusnya. Semua terkait dengan pekerjaan. Praktis, semua persoalan dibahas di situ. Pekerjaan bisa dikoordinasikan dengan amat cepat. Juga terbuka untuk semua anggota grup. Produktif sekali.

Kini agak berbeda.

Dari grup-grup yang saya ikuti, saya bisa melihat banyak hal di luar pekerjaan. Sekaligus mengamati perkembangan sosial.  Yang saya catat, grup-grup WA itu memiliki kecenderungan hanya diikuti kelompoknya sendiri: yang satu ide, satu perjuangan, satu pemikiran.  Bahkan satu tujuan.

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/