26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Guru Wajib Sambut Ortu Murid

Sejumlah siswa tampak menyalami para gurunya sebelum masuk ke ruang kelas.
Sejumlah siswa tampak menyalami para gurunya sebelum masuk ke ruang kelas.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Masa libur sekolah telah usai. Kini waktunya menyambut tahun ajaran baru. Hari ini (18/7) menjadi hari pertama masuk sekolah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menganjurkan orangtua (ortu) murid untuk mengantar anak di hari pertama sekolah.

Anies mengatakan, mengantar anak ke sekolah yang dimaksud bukanlah memastikan anak sampai ke tujuan. Lebih dari itu, mengantar anak di hari pertama sekolah menjadi ajang orangtua dan guru menjalin komunikasi.

”Guru sudah di-briefing untuk menyambut orangtua murid di sekolah,” ujar Anies dalam Kampanye Antar Anak ke Sekolah di kawasan Car Free Day (CFD) Jakarta, kemarin (17/7).

Menurut dia, pendidikan adalah pola kolaborasi. Yang terjalin antara orangtua dan guru. Nah, hari pertama sekolah menjadi momentum yang tepat untuk memulai komunikasi dua pihak. Kalau interaksi di sekolah bisa terjalin, banyak hal positif yang bisa dipetik.

Anies mengakui, di sejumlah sekolah masih terjadi banyak pungutan liar (pungli). Meski dilarang, praktik pungli masih sering dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan colong-colongan. Misalnya, untuk mengambil rapor atau mendaftarkan anak ke sekolah, orangtua siswa mesti membayar Rp10 ribu. Padahal, seharusnya gratis.

Nah, orangtua yang dimintai pungutan tersebut seringkali merasa enggan melapor. Sebab, pungutan yang diminta tidak seberapa. Bila terjadi pungutan di sekolah, Anies mengimbau pada orangtua siswa untuk melapor. Bisa dengan mengirim pesan singkat ke 0811976929 atau melalui website laporpungli.kemdikbud.go.id.

Di Kemendikbud, pegawai yang memiliki anak dianjurkan untuk mengantarkan anak ke sekolah lebih dulu. ”Kami tidak pakai kata terlambat untuk pegawai yang mengantar anak ke sekolah,” kata Anies.

Mengantar anak ke sekolah juga berguna untuk menumbuhkan potensi anak. Selain itu juga mengurangi potensi penyimpangan. Artinya, bila guru dan orangtua berinteraksi, mereka akan lebih bisa mendorong perkembangan anak kea rah yang positif. Guru bisa membocorkan potensi anak di sekolah, kemudian orangtua di rumah dapat mengembangkan potensi tersebut.

”Kalau di sekolah anak sukanya menggambar, orangtua diberi tahu untuk membelikan anak kertas gambar dan pensil warna. Sehingga, mendukung perkembangan potensi anak,” papar Anies.

Di lain sisi, komunikasi orangtua dan guru juga dapat memecahkan masalah dengan cepat dan tepat. Namun, yang selama ini terjadi adaalah orangtua dan guru tidak berinteraksi. Bahkan, kalaupun ada masalah, penyelesaiannya pun dilakukan masing-masing pihak.

”Lalu muncul konflik antara orang tua dan guru,” terangnya.

Anies juga menuturkan, hari ini (18/7) juga mengantar ketiga anaknya di hari pertama sekolah. Tugas tersebut dibagi dua, untuk Anies dan Fery Farhati Ganis (istri Anies). Hal tersebut karena jarak dari rumah ke sekolah ketiga anaknya tidak searah.

Namun, saban tahun, Anies tak pernah absen mengantar anak di hari pertama sekolah. Anies juga memilih sekolah untuk anak yang lokasinya dekat dengan kantor.

”Jadi kalau pulang sekolah anak saya bisa ke kantor dan berinteraksi dengan saya mengenai kegiatannya di sekolah,” imbuhnya.

Salah satu orang tua yang akan mengantar anaknya ke sekolah di hari pertama sekolah adalah Sudaryono, karyawan swasta. Menurutnya, meski anak keduanya telah duduk di bangku SMA, mengantar anak ke sekolah menjadi bentuk perhatian. Dan, dia bisa mengawasi anaknya ketika di sekolah melalui guru-gurunya. (gin/agm/jpg)

Sejumlah siswa tampak menyalami para gurunya sebelum masuk ke ruang kelas.
Sejumlah siswa tampak menyalami para gurunya sebelum masuk ke ruang kelas.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Masa libur sekolah telah usai. Kini waktunya menyambut tahun ajaran baru. Hari ini (18/7) menjadi hari pertama masuk sekolah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menganjurkan orangtua (ortu) murid untuk mengantar anak di hari pertama sekolah.

Anies mengatakan, mengantar anak ke sekolah yang dimaksud bukanlah memastikan anak sampai ke tujuan. Lebih dari itu, mengantar anak di hari pertama sekolah menjadi ajang orangtua dan guru menjalin komunikasi.

”Guru sudah di-briefing untuk menyambut orangtua murid di sekolah,” ujar Anies dalam Kampanye Antar Anak ke Sekolah di kawasan Car Free Day (CFD) Jakarta, kemarin (17/7).

Menurut dia, pendidikan adalah pola kolaborasi. Yang terjalin antara orangtua dan guru. Nah, hari pertama sekolah menjadi momentum yang tepat untuk memulai komunikasi dua pihak. Kalau interaksi di sekolah bisa terjalin, banyak hal positif yang bisa dipetik.

Anies mengakui, di sejumlah sekolah masih terjadi banyak pungutan liar (pungli). Meski dilarang, praktik pungli masih sering dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan colong-colongan. Misalnya, untuk mengambil rapor atau mendaftarkan anak ke sekolah, orangtua siswa mesti membayar Rp10 ribu. Padahal, seharusnya gratis.

Nah, orangtua yang dimintai pungutan tersebut seringkali merasa enggan melapor. Sebab, pungutan yang diminta tidak seberapa. Bila terjadi pungutan di sekolah, Anies mengimbau pada orangtua siswa untuk melapor. Bisa dengan mengirim pesan singkat ke 0811976929 atau melalui website laporpungli.kemdikbud.go.id.

Di Kemendikbud, pegawai yang memiliki anak dianjurkan untuk mengantarkan anak ke sekolah lebih dulu. ”Kami tidak pakai kata terlambat untuk pegawai yang mengantar anak ke sekolah,” kata Anies.

Mengantar anak ke sekolah juga berguna untuk menumbuhkan potensi anak. Selain itu juga mengurangi potensi penyimpangan. Artinya, bila guru dan orangtua berinteraksi, mereka akan lebih bisa mendorong perkembangan anak kea rah yang positif. Guru bisa membocorkan potensi anak di sekolah, kemudian orangtua di rumah dapat mengembangkan potensi tersebut.

”Kalau di sekolah anak sukanya menggambar, orangtua diberi tahu untuk membelikan anak kertas gambar dan pensil warna. Sehingga, mendukung perkembangan potensi anak,” papar Anies.

Di lain sisi, komunikasi orangtua dan guru juga dapat memecahkan masalah dengan cepat dan tepat. Namun, yang selama ini terjadi adaalah orangtua dan guru tidak berinteraksi. Bahkan, kalaupun ada masalah, penyelesaiannya pun dilakukan masing-masing pihak.

”Lalu muncul konflik antara orang tua dan guru,” terangnya.

Anies juga menuturkan, hari ini (18/7) juga mengantar ketiga anaknya di hari pertama sekolah. Tugas tersebut dibagi dua, untuk Anies dan Fery Farhati Ganis (istri Anies). Hal tersebut karena jarak dari rumah ke sekolah ketiga anaknya tidak searah.

Namun, saban tahun, Anies tak pernah absen mengantar anak di hari pertama sekolah. Anies juga memilih sekolah untuk anak yang lokasinya dekat dengan kantor.

”Jadi kalau pulang sekolah anak saya bisa ke kantor dan berinteraksi dengan saya mengenai kegiatannya di sekolah,” imbuhnya.

Salah satu orang tua yang akan mengantar anaknya ke sekolah di hari pertama sekolah adalah Sudaryono, karyawan swasta. Menurutnya, meski anak keduanya telah duduk di bangku SMA, mengantar anak ke sekolah menjadi bentuk perhatian. Dan, dia bisa mengawasi anaknya ketika di sekolah melalui guru-gurunya. (gin/agm/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/