Tuntungan geger dengan temuan sesosok jasad gadis remaja bernama Sandra Yolanda Duha (15), Sabtu (13/8) lalu. Siswi SMP yang akrab disapa Nanda oleh keluarga dan teman-temannya itu ditemukan tewas mengenaskan, dengan sebilah pisau yang masih menempel di lehernya. Gumpalan darah kental di rerumputan pun menambah lokasi temuan korban kian mencekam. Siapakah pelaku yang tega menghabisi nyawa gadis itu?
SABAM SIBURIAN, Medan
Kemarin siang, wartawan coba mengikuti prosesi pemakaman buah hati pasangan Sohiato Duha dan Selvi Wawiling itu, di lokasi Pemakaman Kristen Pasar Induk Medan, Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Prosesi pengantaran jasad korban ke pesemayaman terakhirnya itu berlangsung dengan penuh keharuan. Isak tangis dan rasa haru bercampur menjadi satu.
Kesedihan itu jugalah yang dirasakan Martha Duha (21) kakak kandung Nanda. Saat ditemui di rumah duka, masih terlihat rasa tak rela kehilangan yang ditunjukkan sang kakak. Martha tak henti-hentinya menangisi dan meratapi kepergian adik kesayangannya itu.
Namun, di balik itu semua, ada pengakuan terkuak dari kedua sela bibirnya.
Ya, siang itu Martha mengungkapkan jika pembunuhan terhadap adiknya dilakukan oleh tiga orang berpakaian urak-urakan dan tidak berstatus sekolah. Selain itu, ketiga pelaku juga disebut-sebut tinggal tak jauh dari kediaman mereka.
“Bapak udah nanya kasus ini sama kawannya paranormal di Nias. Kata paranormalnya, pelaku ada 3 orang. Ciri-cirinya masih lajang, berpakaian urak-urakan dan tinggal tak jauh dari rumah kami ini,”ujar Martha menjelaskan.
Selain dari keterangan bapaknya, Martha juga menguatkan pengakuan sang ibu yang juga ikut bertanya kepada seorang paranormal.
Paranormal yang dikenal ibunya itu pun megungkapkan hal yang tak jauh berbeda. “Mamak juga nanya sama kawannya paranormal, paranormal itu juga bilang kalau pelaku ada 3 orang. Dengan ciri-ciri berpakaian urak-urakan dan nggak jauh dari rumah ini,” ungkap Martha mengulangi omongan ibunya itu.
Meski tak begitu percaya sepenuhnya dengan penerawangan paranormal, namun Martha tak ingin menampiknya. Bagaimana tidak, keterangan kedua paranormal itu sama persis dengan keterangan Satpam Bharlind School tempat Nanda mengenyam pendidikan.
“Di sekolah Nanda, ada abang kami yang kerja sebagai satpam. Dia bilang, pernah beberapa kali lihat kalau Nanda di jemput 3 orang dengan pakaian urak-urakan tanpa seragam sekolah,” ungkap Martha yang secara bersamaan juga dipanggil Kapolsek Delitua AKP Wira Prayatna ke dalam mobilnya.
Sesaat keluar dari Innova hitam yang terparkir di depan rumahnya, Martha mengaku baru saja selesai menjawab sejumlah pertanyaan yang dilontarkan Kapolsek.
Dari pengakuan Martha juga, jika hingga saat ini gadgetnya masih dipegang pihak kepolisian. Karena, Marta sempat menerima Whatsapp dari Nanda. Dalam percakapannya bersama korban, Martha menjelaskan isi Whatsapp nya bersama korban.
Berikut isi percakapan korban Nanda pagi sebelum ditemukan tak bernyawa.
Nanda: kak mana bg Cipto (pacar Martha)
Martha: ada apa dek? Mungkin masih tidur dia
Nanda: mau minta tolong kak bukakan kata sandi hp Samsung ini.
Martha: mungkin dia masih tidur. Kau nggak sekolah rupanya.
Percakapan itupun terhenti seketika. Martha mengaku jika pesan yang dikirimnya kepada adiknya telah dibaca, tapi tak kunjung dibalas. Hingga siang hari, atau tepatnya sekitar pukul 12.00 Wib keluarga mendengar Nanda telah tiada.
Kini, siapapun pelakunya dan apapun motif para pelaku, Martha hanya berharap pelaku yang tak memiliki hati nurani itu segera tertangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. (*)