26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Panen tak Panen, Tergantung Debu Vulkanik

Foto: Pardy Simalango/PM Tanaman jeruk warga di beberapa desa di lingkar Sinabung, Karo, diguyur debu vulkanik.
Foto: Pardy Simalango/PM
Tanaman jeruk warga di beberapa desa di lingkar Sinabung, Karo, diguyur debu vulkanik.

Erupsi dan awan panas guguran, hasil letusan Gunung Sinabung dalam enam tahun terakhir, tak hanya berdampak bagi desa-desa di kawasan zona merah. Bahkan, ribuan hektar tanaman pertanian warga di luar kawasan zona merah juga rusak akibat tertimbun debu vulkanik.

Pardy Simalango, Karo

Pemandangan itu terlihat di sejumlah kawasan di luar zona merah di antaranya Desa Naman, Ndeskati, Sukatepu, Sukandebi, Gung Pinto, Kutambelin (Kecamatan Namanteran), Desa Cimbang (Kecamatan Payung), Desa Gajah (Kecamatan Simpang Empat), Desa Tiganderket (Kecamatan Tiganderket), Desa Beram (Kecamatan Merdeka), dan Berastagi.

“Lahan pertanian kami di sini sudah sangat sulit untuk digarap. Jika terjadi erupsi ataupun awan panas, kawasan kami juga ikut diguyur debu vulkanik, bahkan cukup parah. Memang warga desa kami tidak mengungsi. Tapi kami berharap ini juga diperhatikan pemerintah,” ujar Aston Sembiring, warga Desa Kutambelin kepada POSMETRO, Senin (5/9).

Dia menyebut, penderitaan yang mereka alami tak jauh berbeda dengan yang dialami warga pengungsi yang saat ini berada di camp pengungsian. “Lahan pertanian mereka juga hancur, sama dengan kami. Bedanya, tempat tinggal mereka banyak yang ikut hancur, sedangkan kami tidak. Namun, dampak parahnya juga kami rasakan,” keluhnya.

Hal senada disampaikan mantan Kepala Desa Cimbang, Salem Ginting. Menurutnya, meski desa mereka terletak di luar kawasan zona merah, tidak sedikit areal pertanian mereka yang rusak. Acap kali, kata dia, tanam-tanaman mereka mengalami gagal panen.

“Akibat kerusakan lahan pertanian ini, beralih menjadi lahan tidur. Luasnya mencapai puluhan ribu hektar. Tidak hanya di kawasan kami. Kondisi ini juga terus terjadi di Desa Beram dan Sukatepu. Bahkan sejak awal terjadinya erupsi Gunung Sinabung 2010 silam,” jelas Salem.

Lebih jauh dijelaskan, akibat dampak tersebut, tanaman pertanian mereka seperti buah tomat, jagung dan cabai selalu untung-untungan (spekulatif). “Kalau tidak kena debu vulkanik, kemungkinan tanaman kami berhasil hingga dapat dipanen. Tapi kalau terkena debu vulkanik, pasti tanaman kami rusak dan gagal panen,” kata dia.

Untuk itu, lanjutnya, guna mengantisipasi dampak buruk terhadap mereka, hal ini harus menjadi perhatian pemerintah. “Kalau para pengungsi masih rutin mendapat bantuan berupa makanan, biaya sewa rumah dan lahan, biaya sekolah maupun sarana transportasi. Akan tetapi, kami juga mengalami kerusakan pertanian cukup parah. Pemerintah daerah dan pusat harus memperhatikan kondisi kami,” tandasnya. (cr-9)

Foto: Pardy Simalango/PM Tanaman jeruk warga di beberapa desa di lingkar Sinabung, Karo, diguyur debu vulkanik.
Foto: Pardy Simalango/PM
Tanaman jeruk warga di beberapa desa di lingkar Sinabung, Karo, diguyur debu vulkanik.

Erupsi dan awan panas guguran, hasil letusan Gunung Sinabung dalam enam tahun terakhir, tak hanya berdampak bagi desa-desa di kawasan zona merah. Bahkan, ribuan hektar tanaman pertanian warga di luar kawasan zona merah juga rusak akibat tertimbun debu vulkanik.

Pardy Simalango, Karo

Pemandangan itu terlihat di sejumlah kawasan di luar zona merah di antaranya Desa Naman, Ndeskati, Sukatepu, Sukandebi, Gung Pinto, Kutambelin (Kecamatan Namanteran), Desa Cimbang (Kecamatan Payung), Desa Gajah (Kecamatan Simpang Empat), Desa Tiganderket (Kecamatan Tiganderket), Desa Beram (Kecamatan Merdeka), dan Berastagi.

“Lahan pertanian kami di sini sudah sangat sulit untuk digarap. Jika terjadi erupsi ataupun awan panas, kawasan kami juga ikut diguyur debu vulkanik, bahkan cukup parah. Memang warga desa kami tidak mengungsi. Tapi kami berharap ini juga diperhatikan pemerintah,” ujar Aston Sembiring, warga Desa Kutambelin kepada POSMETRO, Senin (5/9).

Dia menyebut, penderitaan yang mereka alami tak jauh berbeda dengan yang dialami warga pengungsi yang saat ini berada di camp pengungsian. “Lahan pertanian mereka juga hancur, sama dengan kami. Bedanya, tempat tinggal mereka banyak yang ikut hancur, sedangkan kami tidak. Namun, dampak parahnya juga kami rasakan,” keluhnya.

Hal senada disampaikan mantan Kepala Desa Cimbang, Salem Ginting. Menurutnya, meski desa mereka terletak di luar kawasan zona merah, tidak sedikit areal pertanian mereka yang rusak. Acap kali, kata dia, tanam-tanaman mereka mengalami gagal panen.

“Akibat kerusakan lahan pertanian ini, beralih menjadi lahan tidur. Luasnya mencapai puluhan ribu hektar. Tidak hanya di kawasan kami. Kondisi ini juga terus terjadi di Desa Beram dan Sukatepu. Bahkan sejak awal terjadinya erupsi Gunung Sinabung 2010 silam,” jelas Salem.

Lebih jauh dijelaskan, akibat dampak tersebut, tanaman pertanian mereka seperti buah tomat, jagung dan cabai selalu untung-untungan (spekulatif). “Kalau tidak kena debu vulkanik, kemungkinan tanaman kami berhasil hingga dapat dipanen. Tapi kalau terkena debu vulkanik, pasti tanaman kami rusak dan gagal panen,” kata dia.

Untuk itu, lanjutnya, guna mengantisipasi dampak buruk terhadap mereka, hal ini harus menjadi perhatian pemerintah. “Kalau para pengungsi masih rutin mendapat bantuan berupa makanan, biaya sewa rumah dan lahan, biaya sekolah maupun sarana transportasi. Akan tetapi, kami juga mengalami kerusakan pertanian cukup parah. Pemerintah daerah dan pusat harus memperhatikan kondisi kami,” tandasnya. (cr-9)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/