30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Lada, Rahasia Bumbu Bercinta Tempo Doeloe

Rempah-rempah jadi rahasia kualitas bercinta tempoe doeloe.
Rempah-rempah jadi rahasia kualitas bercinta tempoe doeloe.

DE COITU (On Sexual Intercourse) karya Konstantinus Afrikanus (1020-1087) buku petunjuk seks paling utama pada Abad Pertengahan. Rempah-rempah selalu muncul di setiap ramuan bercinta yang diresepkannya.

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

Untuk mengobarkan cinta di pagi hari, Konstantinus meresepkan cengkeh yang direndam dalam susu.

Untuk memicu gairah seks yang melemah; akar lengkuas, kayumanis, cengkih, lada panjang, arugula dan wortel. Ini disebut-sebut ramuan terbaik Konstantinus.

“Bentuk wortel yang menyerupai kelamin pria membuatnya diperhitungkan sejak lama sebagai perangsang,” tulis Jack Turner dalam Spice. The History of A Temptation (telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Sejarah Rempah).

Untuk mengatasi impotensi, Konstantinus menganjurkan electuary dari jahe, lada, akar lengkuas, kayumanis dan beragam herbal yang harus diminum setelah makan siang dan makam malam.

Bagi mereka yang hanya perlu membangkitkan sedikit gairah seks, ramuannya kacang arab, jahe, kayumanis, madu dan berbagai herbal lainnya.

Konstantinus yang sohor sebagai pendeta Benediktin terpelajar mengaku dapat hasil yang sangat memuaskan. “Saya telah mengujinya…reaksinya sangat cepat dan dengan efek yang tidak berlebihan.”
Itu pengakuan mengejutkan. Pun demikian, karyanya terus dicetak ulang. Hingga 300 tahun setelah kematian Konstantinus, buku De Coitu tetap populer.

Perlu juga diketahui, meski selalu meresepkan rempah dalam hubungan bercinta, buku itu tak mengabaikan metode rayuan konvensional.

Seperti ciuman di pipi, berpegangan tangan, menatap muka, menghela nafas panjang, atau menghisap lidah–istilah Latin pada Abad Pertengahan untuk menyebut french kiss. Namun, bila semua itu tak berhasil, barulah coba ramuan berempah.

Konstantinus bukan sembarang orang. Pendeta kelahiran Carthage pada 1020 dan meninggal pada 1087 di biara Benediktin, Montecassino merupakan figur yang sangat berpengaruh.

Sebelum menjadi seksolog ternama, ia merantau ke Babilonia (pusat pendidikan di zamannya), India, Mesir dan Ethiopia. Tiga puluh sembilan tahun lamanya ia bertualang di negeri-negeri itu sebelum akhirnya mudik dan jadi pendeta.

Konstantin-lah yang memelopori penerjemahan naskah ilmiah dan filosofi Arab ke bahasa latin. Sejarah menggadang-gadang namanya sebagai ilmuwan yang, “memperkenalkan Eropa akan metode penelitian ilmiah setelah lama terlupakan sejak keruntuhan Romawi,” papar Jack Turner, penerima gelar M.B.A Kajian Klasik di Universitas Melbourne.

Kajian erotisme rempah sebagai bumbu percintaan tak berhenti di Konstantinus dengan karya istimewanya; De Coitu (On Sexual Intercourse).

Rempah-rempah jadi rahasia kualitas bercinta tempoe doeloe.
Rempah-rempah jadi rahasia kualitas bercinta tempoe doeloe.

DE COITU (On Sexual Intercourse) karya Konstantinus Afrikanus (1020-1087) buku petunjuk seks paling utama pada Abad Pertengahan. Rempah-rempah selalu muncul di setiap ramuan bercinta yang diresepkannya.

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

Untuk mengobarkan cinta di pagi hari, Konstantinus meresepkan cengkeh yang direndam dalam susu.

Untuk memicu gairah seks yang melemah; akar lengkuas, kayumanis, cengkih, lada panjang, arugula dan wortel. Ini disebut-sebut ramuan terbaik Konstantinus.

“Bentuk wortel yang menyerupai kelamin pria membuatnya diperhitungkan sejak lama sebagai perangsang,” tulis Jack Turner dalam Spice. The History of A Temptation (telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Sejarah Rempah).

Untuk mengatasi impotensi, Konstantinus menganjurkan electuary dari jahe, lada, akar lengkuas, kayumanis dan beragam herbal yang harus diminum setelah makan siang dan makam malam.

Bagi mereka yang hanya perlu membangkitkan sedikit gairah seks, ramuannya kacang arab, jahe, kayumanis, madu dan berbagai herbal lainnya.

Konstantinus yang sohor sebagai pendeta Benediktin terpelajar mengaku dapat hasil yang sangat memuaskan. “Saya telah mengujinya…reaksinya sangat cepat dan dengan efek yang tidak berlebihan.”
Itu pengakuan mengejutkan. Pun demikian, karyanya terus dicetak ulang. Hingga 300 tahun setelah kematian Konstantinus, buku De Coitu tetap populer.

Perlu juga diketahui, meski selalu meresepkan rempah dalam hubungan bercinta, buku itu tak mengabaikan metode rayuan konvensional.

Seperti ciuman di pipi, berpegangan tangan, menatap muka, menghela nafas panjang, atau menghisap lidah–istilah Latin pada Abad Pertengahan untuk menyebut french kiss. Namun, bila semua itu tak berhasil, barulah coba ramuan berempah.

Konstantinus bukan sembarang orang. Pendeta kelahiran Carthage pada 1020 dan meninggal pada 1087 di biara Benediktin, Montecassino merupakan figur yang sangat berpengaruh.

Sebelum menjadi seksolog ternama, ia merantau ke Babilonia (pusat pendidikan di zamannya), India, Mesir dan Ethiopia. Tiga puluh sembilan tahun lamanya ia bertualang di negeri-negeri itu sebelum akhirnya mudik dan jadi pendeta.

Konstantin-lah yang memelopori penerjemahan naskah ilmiah dan filosofi Arab ke bahasa latin. Sejarah menggadang-gadang namanya sebagai ilmuwan yang, “memperkenalkan Eropa akan metode penelitian ilmiah setelah lama terlupakan sejak keruntuhan Romawi,” papar Jack Turner, penerima gelar M.B.A Kajian Klasik di Universitas Melbourne.

Kajian erotisme rempah sebagai bumbu percintaan tak berhenti di Konstantinus dengan karya istimewanya; De Coitu (On Sexual Intercourse).

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/